- Bonus Chapter -

2.2K 156 45
                                    


👈🏻👈🏻 karena setelah dihitung lebih byk yg memilih opsi ke-2 sooo here ya go!!! semoga kalian suka yaa HAHA.


Two years later ...

Allison POV

"Kau yakin dengan keputusanmu ini?"

Mengikat rambutku ala pony tail, aku menatap Barbara dari pantulan cermin dihadapanku. Ia nampak gusar sedari tadi.

Aku mengangguk pasti, keputusanku sudah bulat. "Ya tentu, apa yang harus dikhawatirkan?" Tanyaku.

Barbara menghembuskan nafasnya pasrah. "Baiklah, hubungi aku jika terjadi sesuatu. Okay?"

Aku mengangguk. Kemudian mengambil tas slempang hitamku dan memasukkan dompet, powerbank, beserta charger ponselku kedalamnya.

"Kalau seperti itu, aku berangkat ya? Jaga apartemenku baik-baik." Candaku memeluknya singkat.

Ia tertawa kecil kemudian menepuk pundakku pelan, "Aku mendoakan yang terbaik untukmu!" bisa kudengar suara teriakkannya sebelum aku benar-benar menutup pintu apartemen.

Baru saja keluar dari apartemenku, ponsel yang ada digenggamanku berbunyi. Ada panggilan masuk dari seseorang yang sedari tadi kutunggu-tunggu kabarnya, segera kuangkat telfon darinya tanpa berpikir panjang lagi.

"Hallo?"

"Allison, aku menunggumu di lobby."

"Baiklah, aku turun sekarang."

Sebelum kumatikan sambungannya orang itu kembali bersuara lagi. "Uhm... Allison,"

Memencet tombol untuk mengantarku ke lobby, kemudian aku menjawabnya. "Iya?"

Ia tak bersuara lagi selama beberapa detik, dengan sabar akupun menunggunya. Tapi sampai pintu lift ini terbuka, ia tak kunjung berbicara. "Harry? kau masih disana?" Ia masih diam tak mengeluarkan suaranya sedikitpun. "Aku baru saja keluar dari lift, kau dimana?"

"Ah-ya, a-aku ditempat biasa." Jawabnya gelagapan, sepertinya ia habis melamun.

"Okay."

Dengan begitu, kututup sambungannya. Membiarkan kalimat yang belum sempat kudengar dari dirinya. Biarlah, toh kita juga akan bertemu nantinya.

Mengedarkan pandanganku ke segala penjuru lobby ini, kutemukan dirinya tengah duduk menunggu disofa tak jauh dari pintu keluar. Segera aku menghampirinya.

Beberapa langkah lagi untuk sampai pada dirinya, tiba-tiba sesuatu yang ada didalam dadaku berdebar. Aku yang awalnya bersemangat untuk menghampirinya tiba-tiba terdiam.

Perasaan itu datang lagi.

Bukan hanya berdebar, kupu-kupu yang ada diperutku juga ikut beterbangan ketika mata hijaunya bertemu dengan mata coklat milikku. Senyumnya mengembang, begitupun dengan senyumku.

Ia berdiri lalu merentangkan tangannya, seolah memintaku untuk berlari dan masuk kedalam pelukkannya. Mungkin, dulu aku akan melakukan hal itu. Tapi sekarang...

"Hi, how are you?" kuhampiri dirinya, kemudian memeluknya singkat. You're moved on, Allison. batinku.

"Good, how are you?" Ia tersenyum.

"Good."

"Kita berangkat sekarang?" Tawarnya.

Aku mengangguk kemudian dia menuntunku menuju tempatnya memakirkan mobilnya. Ada beberapa paparazzi yang sudah stay didepan gedung apartemenku.

 NEW YORK CITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang