- Twenty one

1.7K 222 69
                                    

Allison POV

Kenalkan, aku Valerie Hudges. Tunangan Harry

Tunangan Harry

Tunangan Harry

Tunangan Harry

Bagaikan kaset rusak, kata-kata itu terus berputar secara berulang ulang didalam pikiranku. Aku sebenarnya benar-benar tidak paham dengan apa yang baru saja terjadi, terasa seperti baru dua jam yang lalu hubunganku dan Harry masih dalam kondisi yang bisa dibilang sangat baik.

Dua jam yang lalu, ia sukses membuatku tersenyum senang dengan menjemputku dan memelukku serta membawaku ke restaurant favoritku, tapi mengapa kebahagian itu langsung tergantikan dengan luka yang sangat dalam hanya karena dua kata yang diucapkan seorang perempuan yang bahkan sama sekali tidak kukenal?

Dengan airmata yang masih mengalir dipipiku, aku membayar ongkos taksi yang baru saja kunaiki lalu segera turun memasuki lobby apartementku. Di lobby yang kebetulan sedang ramai, beberapa pasang mata yang memperhatikanku dengan tatapan heran nya.

Ayolah aku tahu wajahku memang terlihat sangat buruk ketika menangis, tapi bisakah setidaknya mereka mengerti? Aku sangat merasa terganggu!

Aku menekan tombol lift dengan tidak sabaran, berharap pintu lift ini segera terbuka agar aku bisa segera bebas dari tatapan orang-orang menyebalkan itu. Setelah menunggu selama beberapa detik, akhirnya pintu lift itu terbuka. Tanpa menunggu apapun aku segera masuk dan langsung menekan tombol dengan angka 10 tepat dimana kamarku berada, kebetulan sekali lift ini sedang kosong jadi aku tidak perlu merasakan tatapan heran dari orang-orang lagi.

Begitu masuk kedalam apartement aku langsung menutup pintunya dan tak lupa juga menguncinya, agar Harry tidak bisa masuk kedalam dan tidak menggangguku lagi. Maafkan aku Harry, tapi aku benar-benar sedang membutuhkan waktu sendiri.


Harry POV

"Aku minta maaf, H." Valerie membuka suaranya secara tiba-tiba, membuatku yang sedang melamun memikirkan keadaan Allison sedikit terlonjak.

"Maaf untuk?"

Ia meraih tanganku yang kebetulan sedang berada diatas meja kemudian menggenggamnya erat.

"Allison pergi pasti karena ada aku disini, benar?"

Kulihat dari raut wajahnya, ia terlihat sangat merasa bersalah. Oh tidak, aku tidak bisa melihatnya seperti ini, ini bukan salahnya. Ini semua salahku.

"Hey, kau tidak perlu begitu. Allison pergi karena ada ujian besok, jadi ia harus belajar. Bukan karenamu," ucapku berusaha menenangkan nya.

"Benarkah? Tapi sepertinya ia terlihat tidak terlalu menyukaiku H." balasnya sambil menundukkan kepalanya. Aku menggeleng, "Mengapa kau bisa berfikir seperti itu? Justru yang kulihat ia sangat senang bertemu denganmu, hanya saja seperti yang kubilang tadi. Ia harus belajar untuk ujian nya."

Tentu saja aku berbohong, lagi. Kali ini bukan kepada Allison tetapi Valerie.

Valerie hanya tersenyum kecil menanggapi ucapanku, raut wajahnya masih menunjukkan rasa bersalah. Aku cukup tahu tentang dirinya, meskipun sudah diberi penjelasan seperti tadi, ia akan tetap merasa bersalah. "Oh ya, ngomong-ngomong kau akan pergi kemana setelah ini?" tanyaku berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Entahlah, mungkin mencari hotel? Karena selama 2 hari berada disini. Aku menginap dirumah temanku."

"Kalau begitu, lebih baik kau tinggal di apartementku. Aku memiliki satu kamar tamu kosong." Tawarku padanya. Ia terlihat ragu untuk menerimanya, "Apa itu tidak merepotkanmu?"

 NEW YORK CITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang