- One

4.4K 311 39
                                    

Allison POV

Suara kicauan burung mulai terdengar di telingaku, cahaya matahari pun belum seluruhnya masuk kedalam kamar. Melihat kearah jam dinding, menunjukan pukul 6 pagi. Oh pantas saja, ini masih terlalu pagi.Tumben sekali aku bisa bangun sepagi ini. Biasanya aku masih tertidur dengan lelapnya dibawah selimut. Namun, entah mengapa pagi ini aku merasa sangat bersemangat?

Segera bergegas mandi, lalu berpakaian. Sepertinya tidak buruk jika sekali kali aku sarapan diluar, lagipula aku sedang malas memasak. Dan kudengar ada cafe yang baru saja dibuka didekat apartemenku. Jadi tidak ada salahnya juga jika aku mencobanya.

Ting! Ting!

Suara deringan yang berasal dari ponselku menginstrupsi kegiatanku yang sedang bersiap siap untuk meninggalkan apartemenku ini. Kelasku dimulai pukul 8 dan sekarang masih menunjukkan pukul setengah 7. Masih ada satu setengah jam untuk sekedar sarapan.

Teringat dengan deringan tadi, aku segera membuka ponselku. Ternyata ada satu pesan dari Harry, kekasihku.

From : Harry Styles

Good morning sweetheart, hari ini aku akan mengantarmu ke kampus. Segera mandi dan bersiaplah. I'll be there in 30 minutes x

Dengan segera kubalas pesannya,

To : Harry Styles

Morning Hazz. Aku sudah siap dan baru saja berniat untuk sarapan di Doughnut Plant. Bagaimana jika kita bertemu disana?

Tanpa menunggu balasan darinya aku segera memasukan ponselku kedalam kantung celana jeans yang kupakai. Lalu mengambil tas yang biasa kugunakan untuk pergi ke kampus, dan langsung menuju ke Doughnut Plant untuk sarapan dan bertemu dengan lelaki keriting itu.

•••

Kini, aku dan Harry sudah berada didalam mobil. Setelah sarapan di Doughnut Plant, ia langsung mengendarai mobilnya menuju ke kampusku. Tumben sekali ia menjemputku, apakah jadwalnya sedang kosong?

Oh iya, jangan kalian berfikir jika Harry berada satu kampus denganku. Tidak. Ia sudah tidak berkuliah lagi, sekarang ia tengah tergabung dengan salah satu boyband yang sedang hangat menjadi perbincangan anak-anak remaja, bersama 3 sahabatnya juga. Yeah, One Direction.

"Maaf aku tidak bisa menjemputmu nanti. Aku harus ke studio, untuk menyelesaikan laguku." Ucapnya ketika kami baru saja memasuki area kampus. Dengan begitu, aku mengangguk paham.

"It's okay. Aku bisa pulang dengan Barbara." Kulihat ia tersenyum. Mobilnya berhenti tepat didepan gedung fakultasku. Aku segera melepas seatbeltku dan tak lama dirinya menarikku kedalam pelukkanya yang tak pernah gagal membuatku nyaman.

"Maukah kau datang ke studio saat mata kuliahmu telah selesai?" Pintanya, dengan ragu aku mendongakkan kepalaku. Menatap mata hijau emeraldnya. "Akan kukabari lagi nanti, okay?" Ia mengangguk lemah kemudian melepas pelukkannya.

"Baiklah. Belajar yang rajin ya! Aku mencintaimu." Ia menempelkan bibirnya dengan bibirku dan sedikit melumatnya. "Okay, bye Harry. Aku juga mencintaimu." Aku keluar dari mobilnya dan melambaikan tanganku, ia membalasnya lalu segera menancap gasnya untuk meninggalkan area kampusku.

"Love birds. Sungguh mesranya. Uh dan lihat betapa tampannya kekasihmu tadi." Tiba-tiba seorang wanita dengan rambut coklatnya yang bergelombang menghampiriku, dia Barbara. Salah satu sahabatku dikampus.

"Sshhh. Kau ini, jika ada yang mendengar bagaimana?" Aku segera menyenggol lengannya pelan. Jujur, baik aku maupun Harry. Kami sama sama tidak ingin mempublikasikan hubungan kami ke publik.

"Ya biarlah. Supaya mereka tahu bahwa Allison Stunner yang sedang berjalan disebelahku ini adalah seorang kekasih Harry Styles. Idolaku." Well, Barbara memang seorang directioners. Bahkan, banyak terpampang poster-poster the boys di kamarnya.

Saat kami memasuki kelas, ternyata hanya tersisa dua bangku kosong yang terletak di depan. Dengan sangat amat terpaksa aku dan Barbara pun menduduki tempat itu. Selang beberapa menit, salah satu dosen yang terkenal killer memasuki ruangan.

"Siapkan kertas dan alat tulis kalian, saya akan mengadakan ujian mendadak saat ini."

Oh damn!

•••

"Kau serius kita akan segera bertemu para lelaki-lelaki surga itu?" Tanya Barbara untuk kesekian kalinya, yap memang aku sengaja mengajaknya ke studio tempat one direction sedang menyelesaikan lagu-lagu untuk album terbarunya.

"Oh Ally! Aku masih tak menyangka. Kau memang sahabat terbaik!" Pekiknya saat kami baru saja memasuki gedung Modest! "Barbs, jangan berteriak. Please, simpan jiwa fangirl-mu untuk nanti. Bisa kan?" Orang-orang menatap kami dengan tatapan heran saat Barbara memekik.

"Oh my gosh. Sorry Al, i'm too excited." Kami menaiki lift, lalu tanganku bergerak memencet angka 10. "Kau tau sebenarnya kau tidak harus mengajakku seperti ini." Ujarnya sesaat kami keluar dari lift.

"Really? Apa kau bercanda? Barbs, kau mendapat nilai tertinggi saat ujian mendadak tadi. Anggaplah ini sebuah hadiah dariku." Aku tersenyum kearahnya, ia terlihat tersenyum gugup. Oh i know what you're feelin'.

Memang aku sengaja mengajaknya untuk ikut bersamaku, sebagai hadiah karena ia telah mendapat nilai tertinggi saat ujian mendadak tadi. Selain itu, karena aku tau. Ia belum pernah bertemu dan berinteraksi secara langsung dengan the boys.

Sampailah kami didepan pintu cokelat mengkilap dengan papan yang ditempel bertulis 'One Direction'. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu aku segera membuka pintu itu dan masuk kedalam, dengan Barbara juga tentunya.

"BABY!!!!" Begitu masuk, aku langsung disambut dengan pelukan yang sangat erat oleh Harry. "Uh-uh. I can't breath Har-ry.." Ia melepas pelukannya, lalu tersenyum menampakkan kedua dimplesnya. "Aku senang akhirnya kau datang. Dan siapa ini?" Harry mengalihkan pandangannya pada Barbara yang sedang sedikit menundukan kepalanya, aku tahu Barbara sedang salah tingkah.

"Oh, kenalkan. She's my bestfriend Barbara." Mendengar namanya disebut, Barbara mengangkat kepalanya. Menatap Harry dengan tatapan kagum, "H-hei H-harry." Aku memberi kode pada Harry untuk memeluknya. Dan syukurlah ia mengerti, Harry segera memeluk Barbara singkat. "You're a fan?" Tanya Harry.

Barbara menggeleng, "I'm not a fan. I'm a biggest fan." Perkataannya membuat aku dan Harry tertawa, ia pun ikut tertawa kecil. "Baiklah. Ayo kita temui yang lain." Ajak Harry.

•••

"Guys, aku ingin mengantar Allison dan Barbara pulang dulu." Izin Harry pada teman-temannya. Yang lain terlihat menggangguk, namun tidak dengan Niall.

"Okay, hati-hati dijalan Hazz!" Louis berkata, disusul oleh anggukan Harry. "And see you soon Allison and Barbara." Kali ini Liam mengeluarkan suaranya. "See you." Jawabku dan Barbara bergantian.

"Uhm, Hazz. Biar aku saja yang mengantar Barbara pulang." Niall yang sedari tadi hanya diam, kini mulai membuka suara. Barbara yang berada disebelahku dengan refleks menggenggam tanganku erat sambil mengigit bibir bawahnya. Oh tentu saja, Niall adalah member favoritnya.

"Huh? O-okay. Asal Barbara tidak keberatan." Harry memberikan tatapan seperti 'Kau tak apa jika Niall yang mengantarmu pulang?' Dengan ragu Barbara mengganggukkan kepalanya.

Dengan begitu suara riuh sorak menyorak the boys yang menggoda Niall menggelegar. Membuatku menatap Barbara dengan senyuman jahil. "You go, Nialler!" Teriak Louis, membuat tawa kami semakin meledak-ledak.

"Sudah cukup, boys. Uh-huh, Barbs. Ayo." Ajaknya. Bisa kulihat, tangannya dengan perlahan menggenggam tangan Barbara. "Watch you hands, Nialler!" Seruku.

Suara riuh sorak-sorakan dari the boys pun semakin terdengar, kami semua selalu senang jika menggoda Niall. Karena kita semua pun tahu, ia tak pernah dekat dengan perempuan selama beberapa tahun terakhir bukan?

*****

A/N
• Let's just pretend Syco juga ada di New York aha👌🏻
• leave your vomments please.

 NEW YORK CITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang