- Seventeen

1.5K 181 42
                                    

Author POV

"Apa yang habis Luke bicarakan padamu? Sepertinya serius sekali?" Tanya Allison begitu Harry baru saja kembali dari taman bersama Luke.

"Tidak ada, kau ingin tahu saja. Ini urusan pria tahu?" Luke menjawab pertanyaan Allison.

Allison memajukan bibir bawahnya kesal mendengar jawaban sahabatnya itu, kemudian ia menarik Harry untuk menjauh dari Luke. "Ayo Harry, jauh-jauh dari Luke. Dia menyebalkan!" Allison menjulurkan lidahnya meledek Luke yang juga sedang menjulurkan Lidahnya membalas Allison.

Harry yang melihat tingkah kekasihnya itu hanya terkekeh, "Sshh sudah sudah. Kami hanya membicarakan seputar musik kok." Ucapnya pada Allison.

Baru juga Allison ingin mengeluarkan suaranya lagi, tapi seorang dokter diiringi satu orang susternya itupun masuk untuk mengecek keadaan Kris.

Dengan sangat terpaksa Allison, Harry, Luke, juga Sierra harus menunggu diluar. Supaya dokter itu lebih leluasa untuk menjalankan tugasnya. Allison duduk bersama Harry didekat pintu kamar inap Kris sedangkan Sierra dan Luke izin ke kantin untuk membeli makan siang.

Sepertinya, sifat manja Allison sedang muncul, terbukti dari tangan nya yang ia selipkan dilengan Harry lalu kepalanya ditaruh di pundak Harry.

"Babe.." Panggil Allison, benarkan? Sifat manja nya memang sedang muncul.

"Kenapa?" Tanya Harry seraya menaruh kepalanya bertumpuk dengan kepala Allison. "Kau jangan kembali lagi ke London ya." Ucap Allison tiba tiba.

Harry mengerutkan keningnya, bingung. Tidak biasanya Allison memintanya tinggal seperti ini. "Lho, kalau aku tidak kembali ke London nanti album ku tidak selesai selesai dong, kasihan the boys." Ucap Harry.

Allison menghembuskan nafasnya pelan, "Aku takut." Ujarnya lagi. "Takut kenapa?" Tanya Harry semakin bingung.

"Takut kau meninggalkanku dan bahagia dengan perempuan lain."

Bagaikan terkena hantaman yang keras, Harry serasa sedang dipukul oleh ucapan Allison barusan. Sepertinya Allison sudah mempunyai firasat tentang Harry yang akan meninggalkannya. Harry bisa merasakan itu.

Harry mengangkat kepalanya lalu membetulkan posisinya, tangan nya yang tadinya sedang dipeluk oleh Allison ia taruh dibelakang leher perempuan itu, lalu tangan yang satu lagi ia gunakan untuk memeluk Allison. Dengan otomatis, Allison langsung menenggelamkan wajahnya pada dada bidang kekasihnya.

Mengecup dahi Allison dengan lembut, kemudian Harry berkata, "Sshhh, kau bicara apa sih! Aku disini dan tidak akan meninggalkanmu, sayang. Kalau pun itu terjadi, percayalah sebenarnya aku tak ingin melakukan nya. Aku sangat mencintaimu."

Ciuman yang tadinya diberikan di dahi Allison, kini turun menjadi kedua pipinya. "Aku juga mencintaimu, Harry."
Balas Allison.

Terakhir, Harry melumat bibir merah muda milik Allison dengan sangat lembut. Satu tangan nya kini sudah berada di pipi Allison, terkadang mengusapnya pelan.

Ciuman mereka terhenti karena suara decitan pintu yang terbuka, ternyata dokter dan suster itu telah selesai mengecek keadaan Kris. Mereka berdua pun segera memposisikan dirinya senormal mungkin, seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya.

Allison segera bangkit menemui dokter itu, "Bagaimana keadaan ibu saya dok?" Tanyanya. Dokter itu tersenyum sambil membenarkan posisi stetoskop yang melingkar di lehernya.

"Keadaan Mrs. Stunner sudah membaik, besok sudah diperbolehkan untuk pulang. Hanya saja, saya sudah memberikan vitamin dan antibiotik yang harus diminum secara rutin sampai habis. Untuk mempercepat kesembuhan nya." Jelas Dokter tersebut.

 NEW YORK CITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang