Epilogue

2.7K 219 82
                                        




New York City, 07:49 PM.

Mengeratkan coat yang dikenakan nya, Allison berjalan keluar dari flatnya menuju suatu tempat. Ia sedang butuh udara segar kali ini, lagi untuk ke-empat kalinya dalam seminggu setelah kepulangan nya dari London ia kembali memasuki salah satu kedai kopi yang berada tak jauh dari flatnya.

Harum biji kopi langsung menyeruak kedalam indra penciuman nya dikala ia baru memasuki kedai tersebut. Ia pun segera memesan satu cup latte kemudian keluar dari kedai tersebut. Bukan tempat itu yang ditujunya.

Sambil meminum latte digenggaman nya, ia kembali berjalan menelusuri kota New York yang sangat terlihat lebih padat dari biasanya. Terus berjalan menuju sebuah gedung tinggi yang terletak di fifth avenue, kemudian masuk kedalam.

Sebenarnya baru beberapa jam yang lalu ia keluar dari gedung ini, namun entah apa yang membuatnya kembali masuk kedalam sini. Beruntung ada Josh. Salah satu petugas keamanan yang biasa menjaga gedung ini ketika sudah tutup.

"Ms. Stunner? You need something?" Tanya Josh begitu Allison memasuki gedung ini, kantornya.

"Yeah, access to the rooftops." Seakan mengerti apa yang dimaksud atasan nya ini, Josh pun segera memberikan sebuah kartu kepada Allison.

"Jangan berlama-lama Miss, udara malam tidak baik untuk kesehatanmu," nasihat Josh sebelum Allison mengangguk sambil tersenyum dan berterima kasih padanya.

Beberapa menit kemudian ia sudah berada di rooftop. Bukan sesuatu yang aneh lagi memang bagi dirinya untuk datang kesini malam lama seperti ini, bahkan setiap Allison mengingat tentang dia , Ia selalu datang kesini untuk sekedar mencari udara segar sekalian untuk menenangkan pikiran nya.

Digenggamnya cup plastik yang birisi latte itu dengan kedua tangan nya, kemudian ia melihat pemandangan yang ada di sekitarnya. City lights of New York kali ini terasa tidak seindah biasanya. Kota ini seakan meredup dan mati.

" Turn on every light in New York City, I'd still be blind if you weren't with me. "

Ia pun mendongakkan kepalanya menatap langit, berharap bisa melihat bintang yang berkelap kelip. Namun ternyata lagi - lagi itu tidak didapatkan nya, langit terkesan gelap dan menyeramkan. Sepertinya akan turun hujan nanti malam.

Akhirnya ia pun menutup kedua matanya berusaha menghilangkan segala perasaan yang kerap mengganggunya ketika ia sedang merindukan seseorang. Seseorang yang telah jatuh ke pelukan orang lain.

"The city comes alive when we're together, Hazz." Ucapnya sendu. Sebulir air mata mengalir di pipinya.

" New York City please go easy on me tonight, cause I'm losing my lover to the arms of another, "


.

.


London, 12:49 AM

Entah apa yang membuat Harry terbangun dari tidurnya pada saat dini hari seperti ini. Menengok kesebelah kirinya, didapatinya Valerie yang sedang tertidur pulas dengan salah satu tangan nya yang melingkar disekitar perut Harry.

Awalnya ia berusaha untuk menyingkirkan tangan itu namun, ia teringat akan apa yang dikatakan oleh gadisnya dalam surat yang ditulis untuknya.

 NEW YORK CITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang