Allison POVSudah sekitar tiga jam aku berada di apartement Barbara, dia sekarang sedang menjelaskan kepadaku tentang materi-materi yang baru saja dipelajari minggu lalu ketika aku izin untuk pulang ke Los Angeles. Kami memang terbiasa seperti ini, belajar bersama dan saling memberikan penjelasan mengenai mata kuliah yang kami tidak mengerti.
Menurutku ini lebih menyenangkan ketimbang kau harus mengejar-ngejar dosen untuk meminta kelas tambahan, belum lagi kau harus mencocokan jadwalmu dengan dosen itu.
"Jadi, apa kau mengerti semua yang kujelaskan tadi Ally?" Tanya Barbara layaknya seorang guru yang sedang mengajari anak muridnya, dan sialnya anak muridnya itu adalah aku. "Ya, mrs. Thank you very much." Aku terkekeh begitupun dirinya.
Selesai juga akhirnya sesi 'pengejaran materi' ini. Aku dan Barbara membereskan buku-buku yang bergeletakkan dimeja berbentuk bulat yang ada di ruang santai ini, lalu kemudian meminta izin kepadanya untuk membangunkan kekasih tercintaku yang sedang tertidur di kamar Barbara.
Lihat siapa yang baru saja menyesal untuk bersikukuh mengantarkan serta menungguku disini? Harry. Yap, laki-laki itu bahkan merengek memintaku untuk pulang bersamanya ketika aku baru saja berada di apartement Barbara selama satu jam. Sungguh, mengingat kelakuan nya tadi aku jadi ingin mencubit pipi nya dengan keras, karena kesal.
Bayangkan saja, apa yang akan kau lakukan jika kekasihmu merengek meminta pulang seperti anak kecil berumur 5 tahun yang meminta dibelikan balon oleh ibunya? Begitulah tingkah Harry tadi, plus alasan nya meminta pulang sangat tidak masuk akal, ia berkata 'Aku lelah Ally, ayo kita pulang saja. Aku mengantuk.'
Aku sudah menyuruhnya untuk kembali ke apartementku duluan namun ia menolak, dengan alasan ia takut nanti ketiduran dan lupa menjemputku. Ugh, ingin rasanya aku membekap kedua pipinya dan berkata bahwa aku bukan anak kecil lagi, tanpa dijemput olehnya pun aku masih bisa pulang sendiri.
"Harry, wake up. Hey ... Aku sudah selesai, ayo bangun!" Aku mengguncangkan tubuhnya pelan, namun bukan nya bangun ia hanya menggeliat sebentar tanpa membuka matanya.
"Harry? Ayo dong. Tadi katanya kau ingin pulang? C'mon wake up, wake up!" Lagi, tak ada sahutan darinya. Akhirnya aku menyerah dan duduk di tepi ranjang, memperhatikan nya yang sedang tertidur sambil berfikir bagaimana cara membangunkan anak beruang yang sangat sulit dibangunkan ini.
Aha! Tiba-tiba sebuah ide cemerlang terlintas di otakku. Aku mengeluarkan ponsel dari kantung celana jeansku lalu membuka aplikasi musik. Yah semoga ini bisa membangunkan nya. Sebelum memutar lagu, aku mendekatkan ponselku ke telinganya. Lalu memastikan jika volumenya sudah full. Setelah itu baru aku menekan tanda play pada layar.
We are never ever ever getting back together... We are never ever ever getting back together...
You go talk to your friends, talk to my friends, talk to me. But we are never ever ever ever getting back together!Terdengar suara indah milik Taylor Swift, mendengar suara itu Harry sontak membuka matanya dan sepertinya refleks langsung menutup telinganya. Aku yang melihatnya seperti itu hanya bisa menahan tawaku agar tidak meledak-ledak. Sudah kuduga ini memang cara jitu untuk membangunkan nya.
"Jauhkan musik sialan itu dari indra pendengaranku!" Kali ia berkata sambil menutup seluruh wajahnya dengan bantal. Tawaku sudah tidak bisa ditahan lagi. Akhirnya aku tertawa dengan sangat kencang hingga perutku terasa sakit.
Harry menatapku dengan tatapan datarnya, oops! Lebih baik aku menyudahi tawaku sebelum anak beruang berubah menjadi beruang liar. "Itu sama sekali tidak lucu, Allison Stunner." Ujarnya serius.

KAMU SEDANG MEMBACA
NEW YORK CITY
Fanfiction[ COMPLETED ] "The city comes alive when we're together." Allison Stunner, seorang mahasiswa dari sebuah universitas terkenal di New York menjalin hubungan dengan seorang Harry Styles bintang pop terkenal dunia yang namanya sangat dieluh-eluhkan ol...