- Three

2.5K 239 28
                                    

Allison POV

Seperti biasa, hari ini aku menjalankan rutinitasku sehari-hari yang sebenarnya sangat monoton. Kuliah-Pulang-Mengerjakan tugas-Tidur. Begitu terus menerus hingga weekend tiba. Namun, terkadang saat aku sedang mengerjakan tugas kuliahku ada Harry yang setia menemaniku.

Sayangnya, hari ini ini Harry pergi untuk menemui keluarga nya di Holmes Chapel. Awalnya, Ia mengajakku namun aku menolaknya karena seminggu ini aku sedang menghadapi ujian semester.

"Kau melamun terus, memikirkan Harry ya?" Ucapan Barbara membuatku sedikit terkejut. Oh ternyata ia sudah datang. Tapi tunggu, mengapa ia datang bersama seorang pria? Dan sepertinya aku familliar dengan pria ini?

"Heyyo Ally!" Aksen irish nya yang kental membuatku langsung bisa menebak siapa laki-laki ini. Aku menatapnya dan Barbara bergantian dengan tatapan heran.

"Kalian berkencan, eh?" Tanyaku tiba-tiba. Mereka berdua duduk bersebelahan dihadapanku sambil menatap satu sama lain canggung. Oh aku mengerti. "Engg— T-idak." Balas Barbara gelagapan. "Belum." Niall langsung menimpalnya. Aku menggelengkan kepalaku. Ada-ada saja mereka ini.

"Apa yang kau lakukan disini, Niel? Mau ikut belajar bersamaku dan Barbara?" Memang niatku dan Barbara bertemu di Cafe ini untuk membahas perihal salah satu mata kuliah kami yang belum begitu kami pahami.

"Eh? Enak saja. Kalian sajalah yang belajar. Aku ingin makan saja."

•••

"Aku ingin sekali memelukmu lagi, moodku benar-benar hancur berada disini. Allyyyy." Rengek Harry, membuatku gemas ingin cepat-cepat bertemunya. Ayolah bahkan kita baru berpisah selama beberapa jam.

"Jika kau terus merengek seperti ini aku lebih memilih membaca buku tebalku, ketimbang bertelfon denganmu Harry."

"Teganya dirimu lebih mementingkan buku-buku itu daripada aku." Mendengar ucapan Harry yang sudah kelewat berlebihan, aku memutar bola mataku malas. "Jangan memutar bola matamu, aku tak suka."

"Bagaimana kau bisa tahu?"

"Karena sinyal-sinyal cinta kita memang sangat kuat, Allison."

"Kau menjijikan! Oh ya, sebenarnya apa yang terjadi padamu? Mengapa sepertinya setiap kau datang menemui keluargamu, kau selalu berakhir dengan keadaan mood yang buruk?" Jujur aku sudah menanyakan perihal ini berkali-kali tapi Harry tak kunjung menjawabnya. Ia selalu saja mengalihkan topik.

"Eh? Mmm-mmm tidak apa-apa. Aku hanya merindukanmu, kau merindukanku tidak?" See? Ia mengalihkan topiknya.

"Jangan mengalihkan topik pembicaraan Harry, sayang."

"Uh-uh. Baiklah, sebenarnya..."

"Sebenarnya?"

"Dad me-memintaku untuk menggantikannya, menjadi CEO di Styles Company. Y-yeah begitulah.."

"Kau yakin? Bukankah itu bagus? Lalu apa yang membuatmu kesal?"

Aku mendengar ia mendecak sebal, "Ayolah Allison baby, aku masih sangat betah bersama One Direction!"

"Ohh seperti itu."

"Bagaimana menurutmu? Lebih baik aku iyakan tawaran dad atau tetap bersama band-ku?"

Kali ini aku yang mendecak sebal, "Jangan membuatku berfikir lagi Harry, sudah cukup aku memikirkan ujianku minggu ini. Kau jangan."

Terdengar kekehannya disana, "Nah, kalau begitu kau sama bingung nya denganku." Ya, ia memang benar. Itu merupakan dua pilihan yang sulit.

 NEW YORK CITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang