ceritanya di revisi ulang. sengaja partnya dimulai dari kanya masuk sekolah supaya waktunya lebih lama, ceritanya dibikin sedikit lebih panjang dari ekspetasi awalku. silahkan menikmati kak, maaf garing
-----
" Selamat pagi, anak-anak. Selamat datang di SMA ANTARIKSA. Saya, Budiman Rasymin, selaku kepala sekolah SMA ANTARIKSA mengucapkan selamat datang kepada peserta didik baru, yakni anak kelas 10. Untuk mempersingkat waktu, mari kita mulai membagikan kelas. Segera siapkan telinga untuk mendengarkan baik-baik nama masing-masing, sebab pengulangan hanya berlangsung 2 kali. Nama-nama akan dibacakan oleh Karel, selaku ketua OSIS di SMA ANTARIKSA"
Setelah pak Budi selesai berbicara, kini giliran Karel yang berbicara. Karel membaca satu persatu nama siswa tersebut. Dan tiba saatnya giliran Kanya yang dipanggil. Kanya memasuki ruangan X IPA 3, yang menjadi kelasnya untuk setahun kedepan. Kanya memilih bangku yang paling belakang, di pojok paling kanan. Tiba tiba...
" Kamu ya yang bernama Kanya? Kanyadele Agatha Arabella?" Tanya seorang kakak OSIS
" Iya." jawab Kanya singkat
" Kenalin aku Stephanie Azalea, panggil aja Steffi. Ini temenku, Cassandra Callie. Panggil aja Cassie" Dengan senyum manisnya
" Oh."
" Kamu dari sekolah mana?" Tanya Steffi lagi kepada Kanya
" Harapan Bangsa." Kanya sibuk mengutak atik handphone nya
" Harapan Bangsa? Waw. Boleh juga." Kanya melirik selama dua detik ke arah kakak kelas itu dan kembali memainkan handphonenya
" Kamu tinggal dimana?" Tanyanya lagi
" Bukan urusanmu," Kanya meninggalkan tempat itu
" Kok dia beda sih sama Bella? Bella ramah banget. Lah dia? Dingin kayak es. Buset dah"
" Udahlah biarin aja. Mungkin memang bawaannya gitu. Jangankan kakak adik, saudara kembar identic aja pasti sifatnya berbeda. Gimana dengan kakak adik?"
" Iya ya, tapi, aneh aja gitu. Kayak ada yang beda dari anak itu"
Disisi lain, tepatnya di jalan arah menuju kantin...
" Hai cewek. Sendirian aja nih?" Ucap lelaki yang diketahui adalah siswa kelas 12 di SMA ANTARIKSA.
" Hai adik cantik. Kalau dipanggil nyahut dong. Sombong banget sih." Sambung temannya yang lain. Karna kesal, kedua lelaki tersebut bergerak menghadang perempuan yang sedari tadi di godanya. Perempuan tersebut tak lain adalah Kanya. Langkah Kanya terhenti karna dihadang oleh abang kelasnya.
"Minggir. Gue mau lewat." Ucap Kanya dingin
" Adik kok tadi dipanggil ga nyahut?" Goda abang kelas tersebut.
" Minggir! Gue mau lewat." Ucap Kanya sedikit membentak
" Jangan marah marah, sayang. Nanti cantiknya hilang." Pada saat abang kelas tersebut mau mencolek dagu Kanya, Kanya langsung menepis tangan tersebut dan mendorong tubuh lelaki tersebut. Tetapi, kekuatannya tidak lebih besar dibandingkan dengan lelaki tersebut. Sesaat kemudian, Kanya terkepung oleh teman teman dari lelaki yang diketahui merupakan kepala geng tersebut.
" Eits. Ada apa sayang? Kamu ga kuat ya dorong aku? Dorong aku aja ga kuat, apalagi .."
" Diem lo. Minggir ga? Gue hitung satu sampai tiga kalau kalian semua ga minggir, gue bakalan teriak sekenceng kencengnya. Satu.."
" Widiih. Aduh adek takut kak." Dengan nada mengejek
" Dua.. "
" Aduh gimana nih, tolong akyu dong tolong akyu." Dengan ejekan yang terdengar lebih parah dari sebelumnya
" Tiga.."
" Mana? Katanya mau teriak. Gaada yang denger pun, percuma. Gaada juga yang mau nolongin kamu, sayang." Ucap lelaki tersebut dengan mengedipkan matanya sebelah. Kemudian, fokus lelaki tersebut turun dari wajah Kanya kearah dada Kanya.
" Kanyadele Agatha Arabella. Nama yang bagus. Orangnya juga bagus." Lelaki tersebut melihat nama yang tertera di seragam putih biru kanya, tepatnya seragam bagian kanan pas di dada kanannya.
" Hei, kenapa masih ada yang berkeliaran diluar kelas? Apa kalian tidak mendengar bahwa bel sudah berbunyi sedari tadi? Kalian semua, masuk sekarang juga!" hardik bu Sonya, guru yang diketahui ter-killer di sekolah itu.
Untung ada ibu itu. Kalau ga, bisa mampus gue
Kembali ke kelas. Kakak-kakak OSIS sedang mengabsen murid-murid tersebut sambil menyuruhnya memperkenalkan identitasnya. Kini giliran kanya
" Kanyadele Agatha Arabella." panggil Karel. Namun, yang dipanggil justru tak menyahut.
" Tadi anak itu keluar, Rel. Belum balik sampai sekarang. Kursinya masih kosong." Kata Cassie setelah melihat bangku yang di duduki Kanya tadi. Tiba tiba kanya datang..
" Permisi, maaf saya terlambat." Kata kanya yang di depan pintu
" Haa, itu Kanya!" seru Steffi. Kanya menatap mereka dengan tatapan datar, sangat datar. Tak ada ekspresi bersalah atau takut-takut sama sekali. Padahal, Karel sudah lama ingin melihat tatapan tersebut dari adik-adik juniornya. Ia sudah lama tidak mengerjai adik juniornya. Akhirnya, Karel berpura-pura marah dengan harapan jika kanya takut padanya.
" Kamu habis dari mana? Bel udah bunyi 15 menit yang lalu dan kamu baru dateng sekarang? Kamu pikir ini sekolah bapak kamu?" ketua osis tersebut marah terhadap kanya. Kanya lagI-lagi menatapnya tanpa ekspresi dan enggan untuk menjawab pertanyaan dari sang ketua OSIS tersebut.
" Gue ngomong itu dijawab! Bukan Cuma diliat! Lo kira gue pajangan apa cuma di liat?" bentak Karel kesal karna mengetahui bahwa Kanya sama sekali tidak takut pada hardikan itu. Dia terlihat biasa saja. Sangat biasa saja. Berbeda dengan semua yang menatap Kanya horror karna melihat Karel yang mukanya merah padam menahan amarahnya.
" Udah selesai marahnya? Hati hati, ntar cepet tua, baru tau rasa." Ejek Kanya masih dalam tatapan datar lalu berlalu ke arah bangkunya meninggalkan kakak-kakak OSISnya yang saling melemparkan tatapan-tatapan seperti orang linglung.
'Nih anak mentalnya terbuat dari apa coba? Dibentak gitu ga gentar.' tanya Karel dalam hati. Tetapi berbeda dengan Karel, Steffi malah kebingungan dengan sikap anak itu.
'Etdah, Bella kok bisa ya bertahan ya sama nih anak. Padahal kan, Bella termasuk orang yang ga sabaran.' kata Steffi dalam hati. Lain Steffi lain Cassie. Dia memiliki pertanyaan tersendiri tentang sikap Kanya yang tampak sangat enggan untuk berbicara dengan siapapun
'Nih anak kenapa ya? Kenapa dia ga berbaur? Dia gabisa berbaur atau dia gamau berba.ur? Kalau gabisa berbaur, masa iya dia gabisa berbaur? Kan dia udah gede. Masa ga berani komunikasian sama temennya. Dia aja berani bersikap kurang ajar ke Karel. Apa mungkin dia gamau berbaur ya? Tapi masa iya sih, Bella aja orangnya ramah banget gitu. Gamungkin dia gamau berbaur. Dia aja keliatannya pengen punya temen gitu. Ah gatau ah. Pokoknya gue harus bisa memecahkan masalah ini.' Kata Cassie dalam hatinya
Ternyata dibalik kejadian itu, ada sepasang mata yang menatap insiden tadi dengan raut yang tak terbaca. Dia adalah...
Amanda
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall For You (Again And Again)
Teen Fictionmenyayangimu, apakah harus sesakit ini? menginginkanmu, apakah harus segila ini? mencintaimu, apakah harus membutuhkan pengorbanan sebesar ini? aku sudah berkorban, lantas mengapa kau malah membuangku? jika tak ingin memilikiku, mengapa kau menerba...