Author POV
Saat pulang sekolah, Kanya berjalan menuju rooftop sekolahnya. Tetapi ia pergi ke kelas Angga terlebih dahulu untuk melihat apakah Angga masih ada dikelasnya atau tidak. Namun yang ia lihat hanya ada Dean disitu.
" Liat kak Angga ga?" Tanya Kanya pada Dean. Namun Dean tak menghiraukan Kanya.
" Gue ngomong sama lo." Ketus Kanya. Sementara Dean hanya celingak celinguk mencari orang yang yang sedang Kanya tuju.
" Gue ngomong sama lo, kak." Senggol Kanya.
" Sama gue?" Dean menunjuk dirinya.
" Yaiyalah, sama siapa lagi coba!" Gerutu Kanya.
" Gue kira lo ngomong sama diri lo sendiri. Bahasa lo itu ga sopan. Lo lagi ngomong sama kakak kelas, bukan temen lo. Seengganya kalau lo gatau nama gue, lo kan bisa manggil gue dengan embel-embel kak atau bang. Ga pernah diajarin sopan ya sama orang tua lo?" Cerocos Dean panjang lebar.
" Gausah bawa-bawa orang tua bisa?" Kanya terlihat menahan amarah.
" Serah lo. Ngapain lo nyari Angga?" Tanya Dean penuh selidik.
" Dia nyuruh gue ke rooftop."
" Trus ngapain lo kesini?"
" Ya mana tau dia ada disini jadi gue ga capek capek nyamperin dia ke rooftop."
" Perasaan tadi dia lari ke bawah deh. Tapi gatau juga, mungkin dia naik lagi ke rooftop."
" Oh. Yaudah deh. Thanks ya kak Dean. Bye!" Kanya tersenyum tipis ke arah dean sambil melambaikan tangannya. Dean turun ke lantai dasar menuju parkiran sedangkan Kanya ke lantai atas menuju rooftop sekolah.
Kanya POV
Aku berjalan ke lantai atas menuju rooftop sambil melihat ke sekeliling. Ternyata sangat sepi, bahkan tidak ada orang disini. Namun aku yakin kalau kak Angga sudah menungguku lama. Aku berjalan dan akhirnya aku sampai di rooftop. Tetapi tak kulihat satu orang pun disana.
' Mungkin kak Angga sedang menuju ke sini.' Pikirku
Jadi, aku memutuskan untuk menunggu kak Angga. Setelah hampir 10 menit aku menunggunya, aku mendengar langkah kaki menuju kesini.
' Pasti kak Angga.' Batinku senang karena aku tak perlu menunggu lebih lama dari ini.
Tiba tiba...
" Hai, cantik. Nunggu gue kan? Atau nunggu kematian lo?" ucap lelaki brengsek itu.
Seketika, lututku mulai gemetaran dan kakiku mulai lemas. Aku tak dapat menahan beban badanku. Jantungku berdegup kencang. Malapetaka didepan mataku.
' Somebody , please help me!' Teriakku dalam hati.
Lelaki itu terus mendekat ke arahku dan aku juga semakin mundur hingga punggungku menabrak tembok yang berada dibelakangku. Tidak mungkin! Bagaimana caranya untuk melarikan diri? Aku sudah tak kuat berdiri apalagi berlari. Lelaki itu semakin mendekat kea rah ku.
' Kumohon! Siapapun yang ada dibawah, kumohon tolong aku!' Batinku gelisah.
Lelaki itu semakin mendekat dan tanpa ku sadari ia sudah tepat berdiri didepanku. Ia semakin memperpendek jarak diantara kami. Aku sudah pasrah dengan ini semua. Penderitaanku akan dimulai lagi!
Aku tak mampu berkata kata. Lidahku kelu. Bibirku tak mampu terbuka. Mataku memanas menahan air mata.
' Aku tak boleh terlihat lemah didepan lelaki brengsek ini!' Ucapku menguatkan diriku sendiri.
" Mau apa lo?" ucapku polos. Sangat sangat polos.
' Bodoh banget sih lo, Kanya! Jelas jelas dia bilang mau bunuh lo! Dari dulu dia mau bunuh lo kali!' Aku merutuki diriku sendiri.
" Menurut kamu kita mau ngapain, sayang?" ucapnya tersenyum sangat manis sambil membelai halus pipiku.
' Cuih! Lo pikir gue gatau niat busuk lo!' Umpatku kesal. Didalam hati pastinya. Karna kalau sampai aku keluarkan kata kata itu, bisa bisa langsung di tikam perutku.
" A-ku ga-tau, kak." Ucapku gugup sambil melihat ke arah bawah.
Aku masih tak mempercayai apa yang ada didepan mataku ini. Semua terjadi begitu cepat. Sangat cepat. Sampai aku tak bisa memikirkan mengapa semua ini bisa terjadi.
Mengapa masa lalu itu menghantuiku?
Tiba tiba, aku tersadar dari lamunanku ketika lelaki brengsek itu semakin mempertipis jarak dan merobek seragam yang aku pakai dengan kasar hingga kancing bajuku tersebar ke berbagai arah. Refleks, aku langsung meletakkan kedua tanganku diatas dadaku karena aku memakai tanktop berbahan katun berwarna putih yang bisa dibilang hampir transparan.
Ia berusaha melepaskan kasar tanganku yang berada diatas dadaku. Oh no! aku semakin mempererat posisi tanganku itu dan dia akhirnya menyerah dengan melepaskan tangannya dari tanganku. Dia memundurkan satu kakinya dan dapat kulihat bahwa pandangannya tertuju ke arah bibirku.
' Sialan! Brengsek! Bajingan! Fuck!' Aku memakinya dalam hatiku.
Lalu ia maju dan mendekatkan wajahnya ke arah wajahku. Semakin lama semakin dekat. Aku memalingkan wajahku ke arah kanan dan ia menolehkan pipiku ke arahnya dengan kasar. Saat bibir kami hampir bersentuhan, tiba tiba...
---
ada apa gerangan ya? mereka jadi ciuman ga tuh? hehe maaf masih garing, kak. huhuhu :(
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall For You (Again And Again)
Fiksi Remajamenyayangimu, apakah harus sesakit ini? menginginkanmu, apakah harus segila ini? mencintaimu, apakah harus membutuhkan pengorbanan sebesar ini? aku sudah berkorban, lantas mengapa kau malah membuangku? jika tak ingin memilikiku, mengapa kau menerba...