2 - PUKULAN TELAK

225 44 62
                                    


Author POV

Pagi itu, seperti biasa, peserta didik yang akan memasuki sekolah barunya pertama-tama akan menjalankan MOS atau Masa Orientasi Siswa, masa pengenalan siswa-siswa akan lingkungan sekolahnya. Berhubung hari ini adalah hari pertama siswa menjalankan MOS, para siswa terlebih dahulu melaksanakan apel pembukaan MOS untuk memulai acaranya. Setelah melaksanakan apel pembukaan MOS, para siswa baru diminta berbaris ditengah lapangan karna ada himbauan sedikit dari ketua OSIS.

" Seperti yang sudah kakak sampaikan kepada kalian kemarin, bahwa hari ini kalian akan menjalankan Masa Orientasi Siswa hari pertama, serta membawa peralatan-peralatan yang akan digunakan hari ini untuk MOS tersebut. Sebelum memulai kegiatan itu, saya meminta sedikit waktu kalian untuk mendengarkan pengarahan dari saya. Saya ingatkan jangan sampai ada yang tidak memperhatikan saya berbicara, apalagi sampai berbicara disaat saya sedang berbicara. Mengerti?"

" Mengerti, kak." Jawab siswa siswa kelas 10 tersebut kompak.

" Baiklah saya akan mulai." Karel pun berbicara dengan raut wajah yang serius sambil memperhatikan adik-adik kelasnya tersebut. Dia memantau siswa itu agar mereka memperhatikan Karel. Bukannya Karel kurang perhatian, atau gila hormat. Tetapi Karel ingin agar siswa terbiasa menghargai siapapun yang sedang berbicara didepan. Sekarang, pandangan Karel berhenti pada Kanya. Perempuan itu sedari tadi menunduk dan tidak sedetikpun memperhatikan Karel yang tengah berbicara. Karel pun langsung menghentikan pembicaraannya. Lalu, ia dengan sengaja membentak kanya lewat mic yang dipegangnya sedari tadi.

" Kanya! Mengapa kamu tidak memperhatikan saya berbicara dari tadi? Apa kamu tidak mendengar apa yang saya bilang barusan? Apa kamu tidak punya telinga? Atau telingamu tertinggal dirumah? Oh saya tahu, mungkin telingamu sedang digigit anaconda kan?" Kanya yang merasa dirinya dipanggil mengangkat wajahnya dan menemukan fakta yang sedikit mencengangkan bahwa ia menjadi pusat perhatian.

" What's wrong?" Tanya Kanya cuek

" Kanya, maju ke depan!" perintah Karel. Kanya menurutinya. Ia berjalan kearah Karel. Dan ia sudah berada tepat didepan Karel.

Deg.

'Ternyata, dia cantik banget ya kalau diliat dari dekat. Benar benar cantik.' Ucap karel dalam hati sambil mematung menatap kanya. Karel tanpa sadar sudah mengakui kecantikan Kanya di dalam hatinya, dia mengagumi kecantikan yang dimiliki Kanya.

" Ternyata..." gumam Karel yang masih menatap kanya lekat-lekat tanpa kedip.

" Ternyata apa? Ternyata gue cantik? Ternyata lo suka sama gue? Aelah basuy, basi cuy!" Kanya memutar bola matanya menatap Karel jengah.

" Udah gapunya telinga, ga punya kaca lagi. Miris amat sih hidup lo! Gue ga nyangka aja kalau lo mau maju tanpa mengeluarkan kata-kata berbisa yang keluar dari lidah silet lo itu! Gue kira gue bakal nyeret-nyeret lo buat maju kedepan. Kegeeran banget jadi orang." Ucap Karel langsung bersikap cuek secuek cueknya. didalam hatinya dia takut setengah mati melihat Kanya menebak sikapnya tadi dengan sangat mudah.

" Cowo itu didunia ini semuanya sama aja. Sama sama BULLSHIT." Kanya menekankan kata bullshit pada penuturannya tadi.

" Lo kenapa manggil gue? Cepetan gue ga punya waktu banyak buat ngeladenin orang yang gajelas plus ga penting. You're wasting my time."

" Sok penting banget jadi cewe, padahal gaada penting-pentingnya sama sekali. Lo itu gaada gunanya, gaberguna jadi orang. Pantesan aja gaada yang mau temenan sama lo karna lo gaberguna, bisanya Cuma nyusahin orang aja, bikin orang jadi capek. Pantesan aja gaada yang tahan sama lo, gaada yang peduli sama lo, gaada yang ngerhargain lo. Sikap lo aja ga pernah nunjukin kalau lo pantes di perduliin, pantes dihargain." Ucap Karel santai karna dia tahu bahwa Kanya tidak memperdulikannya. Yang Karel tahu kanya memiliki mental sekeras baja. Takkan tersinggung dengan cara apapun. Tetapi diluar ekspetasi Karel, kanya terlihat tidak bereaksi apapun.

Kanya POV

" Sok penting banget jadi cewe, padahal gaada penting pentingnya sama sekali. Lo itu gaada gunanya, gaberguna jadi orang. Pantesan aja gaada yang mau temenan sama lo karna lo gaberguna, bisanya Cuma nyusahin orang aja, bikin orang jadi capek. Pantesan aja gaada yang tahan sama lo, gaada yang peduli sama lo, gaada yang ngerhargain lo. Sikap lo aja nunjukin kalau lo ga pantes di perduliin, lo ga pantes dihargain." Katanya.

Deg.

Pantesan aja gaada yang mau temenan sama lo karna lo gaberguna

Pantesan aja gaada yang tahan sama lo

Gaada yang ngerhargain lo

Gaada yang peduli sama lo

Lo ga pantes di perduliin

Lo ga pantes dihargain

Kata katanya terngiang di benakku. Emang aku gapantes di perduliin, emang aku gapantes dihargain. Aku gaberguna, aku Cuma nyusahin orang. Memang semua kata katanya benar, sangat sangat benar. Dia benar. Aku ga pantes menjalin hubungan apapun dengan orang lain. Aku harusnya Cuma sendiri. Aku harus hidup sendiri. Seperti yang kulakukan setiap hari.

Tapi, tak dapat dipungkiri, hatiku sakit. Sangat sakit. Dia hanya bisa berkata seperti itu tanpa tahu kehidupanku. Dia hanya tahu diriku dari luar saja. Sudahlah, aku harusnya pergi dari sini sebelum airmataku jatuh didepan umum. Itu memalukan. Sangat memalukan.

Tetapi...

Author POV

Melihat kanya yang tidak bereaksi apapun, Karel cuek saja. Lain halnya dengan Cassie dan Steffi yang menyadari bahwa Kanya sedang memikirkan kata-kata karel yang menusuk tajam tersebut. Steffi langsung menginjak kaki Karel.

" Eeh, Kanya, omongan Karel gausah dimasukin ke dalam hati ya, dia emang gitu orangnya. Suka sotoy." Steffi menutupi kecanggungannya dengan cengiran.

" Emang kenyataannya gitu kok, kak." Kanya masih mempertahankan ekspresi datarnya.

" Engga kok. Dia emang sotoy tau Kanya. Sok sok nyindir orang padahal dirinya sendiri belum tentu benar." Cassie menoyor kepala Karel.

" Sakit, bego." Karel meringis.

" Aku kesana dulu ya, kak." Kanya langsung pergi setelah pamit tanpa menunggu kakak seniornya tersebut menyetujuinya.

" Pergi aja sana. Lo kira gue perduli?" Kata Karel. Dia baru menyadari bahwa niat awalnya itu menghukum Kanya.

" Eeh, Kanya tunggu, gue kan mau hukum lo. Kok lo malah kabur?" Karel berlari menghampiri Kanya yang sudah terlihat jauh dibelakang.

" Eeh lo mau kemana? Kan belum selesai acaranya. Apel pembukaan MOS baru mau dimulai." Teriak Karel.

" Ah udah lah, terserah dia mau apa. Ga peduli gue. Lagi pula dia ga penting buat gue. Dia yang butuh gue, bukan dia." Karel menggerutu. Karel berbalik arah ke arah tempatnya semula. Dan ia pun melanjutkan aktivitasnya yang tadi berhenti karna sebuah kejadian gapenting.

---

maaf kak, ceritanya singkat singkat. cuma 1000 kata. yang kemaren juga 1000 kata. di vote + comment ya kak, biar aku semangat hehe (maafkan aku yang alay)

Fall For You (Again And Again)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang