Author's POV
Karel terlihat sibuk berkutat dengan macbook yang berada didepannya, sedangkan Kanya sedang me-review hasil kerjanya dalam kertas yang berada di genggamannya.
" Kak, bagian proposalnya kayak ada yang kurang, deh." Kanya terlihat memandangi kertas dihadapannya dengan raut wajah kebingungan.
" Apa? Urus aja sendiri. Itu kan tugas lo, bukan gue!" cerocos Karel.
" Kok gue? Ini tuh, tugas lo. lo yang nge-review hasilnya. Gue mah cuma ngetik doang." Elak Kanya.
" Ini tugas lo, bego. semua yang bersangkutan dengan kertas itu tugas lo. Masih mending juga gue bantuin. Dasar gatau diri." Gerutu Karel kesal, sementara Kanya diam tak menggubris.
Tiba tiba, segerombolan gadis-gadis cantik yang memakai seragam sama persis seperti Karel dan Kanya menghampiri mereka berdua.
" Kanya, lo bisa ikut gue bentar?" pinta seorang gadis berambut sebahu.
" Emm.. gu-," belum selesai Kanya berbicara, Karel memotong ucapannya.
" Gue ikut." Kanya langsung menoleh ke arah Karel dan menatapnya dengan tatapan kebingunga.
" Kalau cewe-cewe pergi itu lama. Ntar kerjaan lo ga siap. Deadlinenya besok." Ucap Karel santai yang membuat Kanya dongkol.
" Yaudah, yuk. Sekarang aja. Lebih cepet lebih bagus, kan?" Kata seorang perempuan yang lain di geng itu.
Mereka pergi bersama sama menuju suatu tempat.
--
" Masih lama, ya? Sumpah gue laper banget, gue mau makan ." gerutu Kanya sebal.
" Bentar lagi kok, Nya. Indy juga laper nih hehe." Ucap gadis manis yang berada di kursi kemudi.
" Buruan! Gue belum nyelesain proposal, tau!" bentak Kanya pada ketiga gadis itu. Tetapi mereka hanya diam dan tak menggubris ucapan Kanya.
Tak beberapa lama, mereka sampai di sebuah café yang nyaman dan tentram di tengah hiruk piruk kota Jakarta.
" Kanya, kita udah nyam-," Ucapan Salsha terpotong melihat Kanya sudah turun sedari tadi.
' Sabar, Sal. Untung dia calon pacar si ganteng.' Batin Salsha dalam hati.
--- Di café ---
Kanya's POV
Setelah sampai di café, aku melihat ke seluruh penjuru ruangan untuk melihat kursi yang kosong. Tetapi, mataku menangkap sebuah sosok yang ku hindari selama ini, yaitu kak Angga dan kak Amanda. Dan sialnya, mereka juga melihat ke arahku.
Holly shit!
Dengan cepat aku mengarahkan pandanganku ke arah lain. Tetapi dapat kulihat dari sudut mataku bahwa mereka tengah membicarakan sesuatu sambil sesekali menunjuk ke arahku. Aku merasakan sesuatu hal buruk akan terjadi padaku.
Sedikit panik memang, tetapi aku harus menutupinya agar kak Karel tidak curiga terhadap gelagat anehku. Oh tidak, mereka semua menuju ke arah kami!
Karel's POV
Aku sedari tadi memperhatikan gadis mungil nan cantik yang berada di sampingku. Ya, siapa lagi kalau bukan gadis yang kucintai selama ini, Kanya.
Kulihat dia sedikit memucat saat melihat ke satu arah, yaitu arah serong kanannya. Dengan cepat aku mengikuti arah pandangannya. Ternyata dia melihat ke arah teman-temanku. Setelah ku lihat seksama, aku merasa ada sesuatu yang ganjil di suasana ini.
" Honey, are you okay?" Aku menatap wajah cantiknya yang ku puja selama ini.
" I-I'm ok." Balasnya sedikit gugup.
Aku tahu, dibalik kata I'M OK tersirat kata I'M BROKEN. Dasar wanita, selalu menutupi kehancurannya. Sama saja seperti Steffi, selalu menutup diri jika aku menanyakan pria yang ia sukai.
Aku sedikit heran, mengapa sahabatku yang satu itu cenderung tertutup kepada lelaki? Padahal wajahnya cukup menarik untuk ukuran anak SMA ANTARIKSA.
Author's POV
" Woi! Bengong aja trus. Yuk kesana, tuh ada meja kosong disana."Ajak Nana, gadis imut yang bernama asli Natasha.
" Yukk." Indy dan salsha mengiyakan ucapan Nana, tetapi tidak dengan Kanya dan Karel. Mereka sedikit ragu untuk melangkah ke arah yang ditunjuk Nana karena meja itu tepat berada di depan meja Angga dan teman-temannya.
Dalam benak Karel, ia takut temannya berburuk sangka dengan Karel karena tadi ia menolak diajak untuk berkumpul. Alasannya bahwa ia sedang menyelesaikan proposal. Ia takut bahwa teman-temannya menganggap ia berbohong.
Sedangkan di dalam benak Kanya, ia tak mungkin kesana. Bisa bisa rencana yang ia bangun selama ini gagal total. Kanya berencana untuk menjauh dan tak memperdulikan persoalan hubungan Angga dan Amanda lagi. Sudah cukup selama ini ia telah dihujat seluruh siswa di sekolahnya. Ia tak mau berdekatan apalagi ikut campur dalam masalah Angga dan Amanda lagi.
Melihat keduanya diam membatu, ketiga gadis itu menarik tangan Kanya dan Karel untuk ikut dengan mereka. Awalnya mereka kira Kanya dan Karel akan memberontak, tetapi nyatanya keduanya menurut saja.
" Yuk pesen makanan, guys." Ajak Indy.
" Lo mau ngomongin apaan? Gue sejujurnya ga kenal lo. kenapa lo bisa kenal gue?"
" Yaiyalah, gimana lo mau kenal gue? Kenal sama temen seangkatan IPA atau bahkan sama temen kelas sendiri aja mungkin engga." Ceplos Nana yang membuat Salsha dan Audy melotot tajam ke arahnya.
" Trus lo mau ngomong apa? Buruan. Gue ga punya waktu banyak buat dengerin omongan lo." Kanya jenuh berada di posisi ini.
" Em, sebenernya bukan gue yang mau ngomong, tapi-," Ucapan Salsha terhenti saat seseorang memotong ucapannya.
" Gue yang mau ngomong." Potong Dean yang ternyata mendengar percakapan mereka.
" Ngomong apaan?" Tanya Kanya ketus.
" Jadian, yuk?"
---
kira kira jadian ga ya? wkwk
maaf ya ceritanya masih bertele tele, jadi ga dapet feelnya hehe
- salam sayang dari incess
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall For You (Again And Again)
Teen Fictionmenyayangimu, apakah harus sesakit ini? menginginkanmu, apakah harus segila ini? mencintaimu, apakah harus membutuhkan pengorbanan sebesar ini? aku sudah berkorban, lantas mengapa kau malah membuangku? jika tak ingin memilikiku, mengapa kau menerba...