Author's POV
Ini sudah kali keempat Dean meminta Kanya untuk menjadi pacarnya. Bahkan, teman-temannya sudah beberapa kali bilang pada Dean bahwa permainannya tak usah dilanjutkan. Tetapi Dean tetap bersikukuh untuk bermain main dengan Kanya. Ia ingin membuat Kanya mengakui bahwa ia juga terjerat oleh pesona Dean.
Namun siapa sangka, bahwa Dean sudah terlebih dahulu terjerat pesona yang dimiliki oleh Kanya. Hatinya selalu menariknya agar jujur pada perasaannya bahwa ia menyukai Kanya tetapi logikanya mengelak. Dean selalu berpikir bahwa ia hanya terobsesi dengan apa yang ia inginkan. Padahal, jika dipikir pikir, jika seseorang terobsesi dengan sesuatu maka ia pasti menyukai hal itu.
Dasar Dean si kepala batu!
--
" Eh, siniin dong, bolanya. Gue mau shoot sekali." Ucap Dean pada seorang anak lelaki kelas 10 yang sedang memegang bola basket.
" Unt-," Ucapan anak itu terhenti karena Dean langsung mengambil bola ditangannya.
" It's for you, baby." Dean memamerkan senyum smirknya sambil mengeshoot bola basket itu ke suatu arah, tetapi bukan ke dalam ring basket.
Setelah dirasa ukurannya pas, Dean melempar bola itu dengan cukup keras. Semenit setelahnya, Dean kebingungan lantaran tempat yang ia arahkan untuk melempar bola sedang dikelilingi banyak orang.
Kanya's POV
Krucuk krucuk
Perutku sudah bergemuruh pertanda meminta agar segera diisi. Namun apalah daya, aku harus stop uang jajan maupun makan terlebih dahulu. Aku harus menghemat pengeluaran karena aku takut jika aku tiba-tiba di pecat dari café tempatku bekerja. Fyuh!
Sudah jatuh, tertimpa tangga pula.
Itu lah pribahasa yang pas dengan keadaan ku sekarang. Di bulan ini, aku merasa mendapatkan kesialan yang bertubi tubi. Dimulai dari aku bertemu dengan Alex , Dean yang selalu menghantuiku, hingga kak Karel yang kurasa perlahan-lahan menjauhiku.
Tidak mungkin! Perutku sudah berteriak teriak meminta makanan. Sudahlah, tak ada jalan lain selain pergi ke kantin untuk membeli sebotol air mineral pengganjal perutku. aku berjalan menuju ke kantin. Sendirian pastinya. Tetapi, saat aku berjalan di koridor ruang perpustakaan, aku merasakan ada sesuatu mengenai kepalaku
Dug!
Ternyata, sebuah bola basket mendarat mulus di kepalaku. Argggh, sakit sekali rasanya. Perlahan, kepalaku mulai berkunang kunang dan mataku mulai kabur hingga akhirnya aku tak sadarkan diri.
Dean's POV
Aku berlari ke arah Kanya , sasaranku untuk melempar bola, yang tengah dikerumuni oleh banyak siswa. Aku menerobos kerumunan itu dan melihat seorang gadis yang ku kenal terbaring pingsan.
" Kanya?!" kataku panik.
Aku segera membopong tubuh mungil itu dan berlari secepat mungkin menuju uks. Setelah tiba di uks kulihat tiada siapapun yang berada di dalam ruangan itu. Lantas, dengan sigap aku menolongnya dengan cara cara sederhana yang pernah ku dengar sewaktu simulasi penanganan korban pingsan oleh PMI.
Aku mulai membuka dasi yang melekat lehernya. Tak lupa juga tali ikat pinggang yang membelit pinggangnya yang kecil itu. Kata orang, kalau ada yang pingsan itu biasanya dikasih nafas buatan.
" Kasih ga ya? ogah banget gue nyium dia! Tapi kalau ga dikasih, ntar yang ada dia ga sadar-sadar, dikiranya dia kenapa napa lagi." Aku berbicara pada diriku sendiri.
" Kasih aja deh." Aku memutuskan untuk memberinya nafas buatan.
Aku mulai mendekatkan bibirku ke arah bibir ranum yang mungil itu. Aku memejamkan mataku dan semakit mendekatkan bibirku kearah bibirnya. Saat bibir kami hampir bersentuhn, tiba tiba saja dari arah pintu uks terdengar riuh riuh suara yang semakin lama semakin terdengar jelas dan...
Author's POV
" DEAN!!" suara menggelengar Amanda membuat Dean kaget hingga hampir terjungkal dari kursi yang di dudukinya.
" Berisik, bego!" Dean mengelus kedua telinganya yang hampir tuli karena mendengar lengkingan suara Amanda yang membahana itu.
" Kenapa?" Kanya membuka suara. Rupaya semua yang berada di uks itu tak sadar jika Kanya sudah terbangun dari pingsannya.
" Eh, Kanya. Lo tau ga sih? Dean itu mau-,"
" Tau kok, kak. Jomblo ya gitu, deh. Gaada bibir pacarnya, bibir pacar orang lain yang dicium."
" Pacar orang lain?" Semua yang ada disitu serempak bertanya keheranan, sementara Kanya hanya membalasnya dengan menganggukkan kepala pelan.
" Lo pacaran dengan siapa?" Amanda kepo.
" Sam."
" Sam?" ulang Christopher.
" Sam-a siapa aja juga boleh." Jawab Kanya dengan nada datar.
" Anjirr." Karel mengumpat sambil tertawa.
" Gue gaplok juga ni anak." Amanda merasa dibodohi.
" Ada golok ga ya?"
" Ternyata ratu es bisa ngelawak juga ya."
" Untung sayang." Ceplos Dean yang membuat suasana yang sangat riuh menjadi hening.
" Apa, Den?" Tanya Cassie untuk memastikan apakah sistem pendengarannya memang bekerja dengan baik atau tidak.
" Lo mau eskrim ga?" Dean mengalihkan arah pembicaraan pada Kanya yang masih terbaring lemas di atas ranjang UKS.
Saat telinganya menangkap kata eskrim, matanya langsung berbinar binar dan wajahnya berubah menjadi sangat sumringah. " Mau!" Ucapnya dengan gembira.
Melihat tingkah Kanya yang kekanakan, Dean tersenyum tipis seraya mengangguk pelan. " Yang kayak kemarin kan?"
" Iya."
Dean berlalu dari ruang Uks untuk membelikan Kanya eskrim.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall For You (Again And Again)
Teen Fictionmenyayangimu, apakah harus sesakit ini? menginginkanmu, apakah harus segila ini? mencintaimu, apakah harus membutuhkan pengorbanan sebesar ini? aku sudah berkorban, lantas mengapa kau malah membuangku? jika tak ingin memilikiku, mengapa kau menerba...