8 - STEP ONE

136 24 22
                                    

Kanya memasuki kelasnya dan langsung menuju bangku tempat dimana tasnya berada. Ia duduk di atas kursi tersebut kemudian membuka tas dan mengambil sesuatu dari dalam tasnya itu. Ya, sebuah buku diary berwarna hitam putih kesukaannya, ntah dari kapan ia mulai menulis diary dan entah dari kapan ia menyukai warna hitam dan putih. Lalu ia menggoreskan tinta pena ke dalam buku diarynya sambil membaca tulisan tulisan yang dahulu ia tulis.

'If you believe in yourself, anything is possible.'

'Don't let your past steal your present'

'Don't trust too much, don't love too much, don't hope too much. Because that too much can hurt you so much.'

' where are you? I need you so much, Gab! Why do you leave me alone? You had promised that you never leave me alone. But now? You lie to me!'

Saat Kanya asik membaca coretan coretan dalam diarynya itu, tiba tiba sosok berbadan tegap tengah berdiri didepannya dan menepuk bahunya.

" Kanya?" Kanya menengadahkan kepalanya untuk melihat siapa yang mengganggunya bernostalgia.

Ternyata Karel. " Baca apaan? Serius banget dari tadi gue liat. Mau ikut baca juga dong!"

Karel mengambil kursi yang berada didekatnya lalu mendekatkan kursi itu pada kursi kanya dan mendudukinya.

" Issh! Kemal deh, ew!" Kanya langsung menutup buku diarynya itu dan menguncinya.

" Baru juga mau baca, udah ditutup. Dasar payah!" Gerutu Karel.

" Hahaha. Dih, curut ngambek!" Karel pura–pura memasang muka jengahnya padahal hatinya senang melihat gadisnya tertawa. Ralat, bukan gadisnya, tetapi.. Siapa aja deh yang penting dia senang dah.

" Mau liat," Karel memasang muka melas.

" Dih, kaya gembel gitu muka lo.

Nih" kanya memperlihatnya sampul diarynya itu lalu menaruh bukunya diatas meja.

" Bukan liat covernya, liat dalemnya. Etdah!" Karel memanyunkan bibirnya. Saat tangan Karel ingin menggapai buku diary itu, tangan Kanya langsung menepis tangan Karel.

" Kepo banget sih! Urus dulu diri lo baru kepoin orang!" gerutu Kanya.

Tak terasa, sepasang mata melihat adegan mereka berdua menatap mereka dengan tatapan tak terbaca. Siapakah dia?

--..--

" Woi, udel! Dari mana aja lo? dicariin dari tadi juga ga muncul muncul. Giliran kita mau balik eh lo kesini!" Dean dan teman temannya mengurungkan niatnya kembali ke kelas

" Biasa, abis ngapel bareng pacar!" Karel menaik turunkan alisnya.

" Cowok yang mana lagi, Rel?" Christopher sedikit mengencangkan suaranya dengan sengaja.

" Kali ini cewek, bukan cowok lagi!"

" Ga doyan yang berbatang lagi, Rel?" Celetuk Bryan.

" Cewe yang mana nih yang bisa sembuhin gaynya Karel, guys? We must say thank's to her!" Timpal Angga.

" Trus, Calvin gimana? Dia nerima keputusan lo dengan lapang dada ga?" Dean tak kalah antusias dibanding temannya.

" Abis ngapelin Kanya, right?" Tanya Steffi polos. Suasana yang tadinya gaduh dengan tawa mereka tiba-tiba sunyi. Masing-masing menampilkan raut muka yang berbeda beda yang memiliki arti yang berbeda beda juga. Hening sejenak.

Fall For You (Again And Again)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang