Beberapa hari setelah permainan itu selesai, tak ada seorangpun yang mengungkitnya seolah tidak pernah terjadi apapun. Walaupun didalam benak masih bertanya-tanya, tak ada seorangpun yang berani mengungkapkan isi pikirannya. Hingga akhirnya Amanda memulai untuk membicarakan hal itu bertepatan saat Kanya sedang melewati segerombolan siswa hits di SMA tersebut.
" Rel, lo masih suka sama Kanya?" Amanda bertanya dengan sedikit keraguan.
" Biasa aja. Emang kenapa?" Karel memasang muka datar. Sangat datar.
" Emm, kalau lo emang masih ada perasaan sama tu cewek, darenya Dean kita batalin aja." Usul Christopher.
Semua mengangguk, tetapi tidak dengan Steffi. Ia tak ingin dare tersebut dibatalkan. Karna ia takut jikalau dare tersebut dibatalkan, Karel akan mengambil kesempatan itu untuk menyatakan perasaannya pada Kanya.
" Apaan sih. Gue udah gaada perasaan lagi kok sama dia, cuma sekedar kagum doang kali. Kalau pun gue masih ada perasaan sama dia, slow aja kali. It just a game, right?" Karel masih terlihat tenang.
" Serius lo, Rel? Kalau emang lo masih suka sama tu cewek, jujur aja. Biar kita bantuin lo deket sama dia." Bryan memberi saran. Sedangkan Karel hanya menggeleng lemah.
" Masih trauma sama cewek, Rel?" Angga bertanya pelan hingga hampir tak terdengar
" Masa lalu itu bukan untuk di hindari, tetapi dijadikan sebagai pelajaran agar kedepannya tidak salah melangkah." Kata Dean mantap.
" Itu mah beda tipis, Den. Gue ngehindarin masa lalu supaya kedepannya gue ga salah ngelangkah. Gue gamau jatuh lagi untuk yang kedua kalinya. Gue gamau nyakitin cewe lagi, Den. Udah cukup selama ini gue udah nyakitin orang yang gue sayang. Udah cukup gue nyakitin adik gue, ngebunuh pacar gue.
Dan gue juga gamau berhubungan sama cewe, Den. Cewe itu brengsek, sama kayak orang yang ngeluarin gue dari rahimnya. Dia brengsek, Den. Brengsek! Sama aja kayak cowoknya. Sama-sama mau enaknya doang. Tanggung jawab gamau kan? Nyesel gue keluar dari rahimnya. Kalau gue boleh milih, lebih baik gue ga dilahirin!" Karel menggebrak meja kantin dengan keras hingga seluruh makhluk di penjuru kantin menoleh ke arahnya. Kemudian ia berlalu dari tempat itu.
~~
Karel mengeluarkan sebungkus rokok dari saku celana abu miliknya. Ia mulai membakar sang nikotin itu dan menghisapnya. Ia menikmati kesendiriannya itu dengan cara membuat bola bola asap yang keluar dari mulutnya yang berasal dari rokok yang dihisapnya. Karel memang belum bisa menerima setiap kenyataan pahit yang ia jalani.
Walaupun ia hidup berkecukupan bahkan bisa dibilang berkelimpahan seperti Dean, ia merindukan kehidupan sederhana yang bahagia bersama keluarga kandungnya. Bukan keluarga angkatnya. Meskipun orang tua angkatnya sudah merawat dan membesarkannya layaknya anak kandung sendiri.
Ia mengingat kejadian 10 tahun yang lalu, yang masih terbayang hingga detik ini. Ia mengingat semua rentetan peristiwa itu hingga detail detail yang paling kecil yang mungkin banyak orang akan melupakannya. Hingga detik ini, ia masih belum bisa mempercayai kisah kisah kelam yang menimpa dirinya.
Karel terlalu asik dengan masa lalu yang ada didalam pikirannya hingga ia tak sadar bahwa ada seseorang gadis berdiri yang sedang memperhatikannya dari belakang.
" Heh! Ini tuh, sekolah. Bukan tempat nongkrong! Lo kira ini warung kopi? Seenak jidat lo aja ngerokok disini." cerocos gadis itu.
Tersadar bahwa ada suara seseorang dibelakangnya, Karel langsung menoleh ke sumber suara dan mendapati Kanya sedang berkacak pinggang. Reaksi Karel sangat datar sementara Kanya sangat terkejut.
' Ketua OSIS ngerokok disekolah? Yang bener aja!' Batin Kanya heran.
" Oh, ternyata elo. Lo itu kan ketua OSIS, kenapa lo yang ngelanggar aturan?" Tanya Kanya galak.
" Ketua OSIS juga manusia kali, pasti punya salah." Jawab Karel santai sambil menghisap rokoknya lagi.
" Tapi, ini kan kesalahan yang lo sengaja!" Emosi Kanya memuncak.
" Yang bilang ga sengaja siapa?"
" Serah lo bang, serah." Kanya pasrah menghadapi kakak kelasnya yang menyebalkan itu.
Karel tak membalas perkataan Kanya. Ia malah menepuk lantai dua kali, memberi isyarat pada Kanya untuk duduk disebelahnya. Kanya pun mendekat dan akhirnya duduk di sebelah kiri Karel.
" Matiin dong, rokoknya. Gue alergi sama bau begituan." Pinta Kanya. Karel langsung mematikan punting rokok yang ia pegang sedari tadi.
" Kalau ada masalah, cerita. Jangan gini juga kali. kan temen lo banyak, masa gaada satupun yang bisa diajak cerita?" Karel menoleh ke arah Kanya.
" Gue belum siap buat cerita ke siapapun, termasuk mereka. Cape gue kalau mau flashback ke yang dulu."
Mereka berdua terlarut dalam pikirannya masing masing.
---
maaf ya incess baru update ceritanya, soalnya incess gaada kuota hehehe. incess publish 2 part hariini. dibaca dan di vote ya(+comment) hehehe.
sorry ceritanya masih bertele-tele dan pastinya masih garing.
~salam sayang, incess.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall For You (Again And Again)
Ficção Adolescentemenyayangimu, apakah harus sesakit ini? menginginkanmu, apakah harus segila ini? mencintaimu, apakah harus membutuhkan pengorbanan sebesar ini? aku sudah berkorban, lantas mengapa kau malah membuangku? jika tak ingin memilikiku, mengapa kau menerba...