JAM sebelas siang—adalah cuaca yang bisa dibilang paling panas, apalagi di saat musim kemarau seperti saat ini. Masyarakat kota Jakarta tampak gusar melakukan aktivitas mereka dalam cuaca yang panas ini,
Tapi tidak dengan gadis berkepang dua dan dress polos biru selutut ini. Dengan sabar dan senyum menyeringai, ia berdiri di depan sebuah toko, menanti kawannya datang.
Gadis itu mengambil masker putih dari tas selempangnya, dan dengan cepat mengenakannya. Otomatis, wajahnya pun tak terlihat dengan jelas.
Kemudian ia menatap jam yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Pukul sebelas lewat lima menit—sementara ia dan teman-temannya sudah sepakat untuk datang jam sepuluh lewat lima puluh menit.
"Keyra."
Sontak, gadis yang dipanggil Keyra itu menoleh kepada sumber suara. Kekesalannya lenyap sudah.
"Iya. Lo, Axel?" balas Keyra hati-hati. Gadis itu menatap lelaki di sampingnya yang berpakaian serba hitam, mulai dari masker, hoodie, jeans, hingga sepatunya. Lelaki ini cocok untuk digambarkan sebagai seorang penculik, namun pikiran itu segera ia tepis.
'Axel' mengganguk. "Jadi, dimana Carly sama Zevano?" tanyanya.
Jawaban itu langsung terjawab ketika sepasang remaja berbaju putih berjalan ke arah mereka dari tempat yang sama.
"Cie, samaan nih, bajunya?" goda Axel—eh, Ethan.
"Kebetulan," sangkal Carly malu-malu.
"Masa?" sambung Keyra—eh, Angela.
"Beneran." jawab Carly.
"Kok gue gak percaya?"
"Udah-udah," lerai Zevano—mengeluarkan empat buah tiket bioskop bertuliskan 'The Ring'.
Angela menenguk ludahnya ngeri menatap judul film yang akan ia tonton, "Ki... kita nonton The Ring?" tanyanya kaku—disambut anggukan Zevano.
"J... jangan! Gue takut," ringis Angela pelan.
"Jangan takut, ada gue kok yang nemenin lo," bisik Ethan sambil merangkul gadisnya.
Dengan langkah takut, Angela akhirnya membuntuti ketiga temannya menuju bioskop tersebut. Memasuki studio tempat film The Ring diputar, tubuh Angela mengigil entah kedinginan, atau ketakutan. Angela duduk diantara Ethan dan Carly, dan Carly duduk di samping Zevano.
Dari awal, film ini memang sudah mengerikan dan mengejutkan. Tangan Angela menggengam tangan Ethan erat, kedua matanya menutup, dan satu tangannya lagi menutup lubang telinganya. Sementara, Ethan memeluknya erat.
Di ujung sebelah pasangan itu, keduanya tampak menatap datar film yang mereka tonton, tanpa ekspresi kagum, takut, ataupun senang. Keduanya dengan santai meraup seember popcorn yang ada di tengah-tengah mereka.
Kayaknya gua salah pilih rencana nih. gumam Zevano sambil menatap perempuan di sampingnya yang menonton film horror tanpa rasa takut.
Kembali di sebelah mereka, Ethan menatap gadisnya yang tampak berada di dekapannya. Punggungnya bergerak—membuatnya tampak seperti terisak.
"Angel?"
Gadis itu tidak menyahut, terus bersembunyi di dekat Ethan.
"Angela, lo kenapa?"
Gadis yang dipanggil itu sama sekali tidak menyahut, hanya terus diam.
Ethan mengangkat kepala gadis itu. Alangkah terkejut dirinya ketika mendapati mata gadis itu yang bengkak karena menangis, ditambah pipinya yang basah, dan mulutnya yang mengigil. Gadis itu benar-benar ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet
Teen FictionSequel: NACH SIEBEN JAHREN [ON GOING] #275 TEEN FICTION [25/12/17] Part lengkap semua, follow dulu baru baca. Jangan lupa vote atau komen. * * * Angela Kaistal, gadis yang menghabiskan kelas sepuluhnya menont...