ANGELA menghempaskan tubuhnya ke atas sofa, meniup poninya ke atas. Kepalanya berpikir keras—siapakah adik kelas yang Ethan bentak tadi, dan apa yang sebenarnya mereka lakukan?
Gadis itu sadar, bahwa sebenarnya masih banyak hal yang tak ia ketahui dari seorang Ethan.
Matanya melirik kakaknya yang baru saja masuk ke dalam rumah dengan tatapan gembira. Sebenarnya ia tidak begitu peduli, namun apa salahnya bertanya?
"Kenapa, Kak? Kok hari ini kelihatan senang banget?"
Axel duduk di sebelah Angela, kemudian merangkul adiknya penuh kasih sayang.
"Kenapa sih? Jangan ngerangkul, ah! Badan kamu bau tau habis main basket," protes Angela sambil melepas rangkulan kakaknya.
"Lo tau nggak, dek?" tanya Axel dengan nada penuh kemenangan, "Gue jadian sama cewek."
"Iyalah, lo jadian sama cewek. Masa lo jadian sama cowok, mana mungkin?!" gerutu Angela yang masih kesal terkena keringat Axel, "Kok, ngomong lo-gua, nanti Mama marah!"
"Tenang, Mama lagi kerja." tepis Axel santai.
Angela tersenyum, kemudian menatap kakaknya lamat-lamat. "Jadi, siapa dia?" tanya Angela.
Axel berdecak kecil, "Galdys, kakaknya Vian." ucapnya penuh percaya diri.
"Ya ampun," keluh Angela sambil memegangi kepalanya sendiri. "Gimana ceritanya?"
Axel berdeham kecil sebelum bercerita, "Jadi, gue lagi jalan. Dia nunjukkin jempol sama telunjuknya yang dibentuk jadi hati, terus dia bilang, 'Sarangheyo'. Nah, gue kan nanya, artinya apa tuh? Terus katanya, artinya I love you." senyum Axel gembira.
"Terus?"
"Sejak itu, kita pacaran."
"Galdys kakak Vian, kan?"
"Iya,"
"Terserah lo deh, Kak. Semoga longlasting ya," senyum Angela paksa, berjalan menuju kamarnya.
"Thanks, dedek."
"Eh, tapi—" ucap Angela pelan sambil kembali duduk di sebelah Axel, "Kabarnya, dia itu galak dan pembully, kan? Apalagi sama adik kelas."
"Katanya, dia mau berubah demi gue." ucap Axel sambil mengedipkan sebelah matanya.
Angela menatap Axel pelan, kemudian tersenyum mengganguk. Kakinya melangkah menuju kamarnya, mengganti seragamnya dengan baju santai.
Drrrt.
Angela menekan tombol hijau di atas ponselnya. Tak lama, muncul wajah tampan Ethan di layar ponselnya.
"Halo, maaf aku menghilang hari ini. Terjadi sesuatu tadi,"
Angela membalas sapaan Ethan hanya dengan senyuman tipis.
"Kok, lesu begitu? Kamu kangen ya sama aku?"
"Gapapa."
"Ah, dasar cewek," keluh Ethan di seberang sana. "Ketika cewek ngomong gapapa, pasti sebenarnya terjadi sesuatu, kan?"
Mau tak mau, Angela tersenyum mendengar ucapan Ethan.
"Beruntung lo punya cowok yang peka," Ethan berdeham sebentar, "Wendy itu adik kandungnya Ellen. Tadi dia nyamperin gue bilang kalau dia udah tau kebenaran, kebenaran apa coba? Sampai dia megang-megang tangan gue gitu. Aduh, cogan siapa yang bisa tolak, ya?
"Ya intinya tadi Wendy bilang kalau dia pengen menyelesaikan masalah. Padahal, si cogan satu ini gak ada masalah sama dia. Ya gue juga nggak ngerti deh. Kan, cewek suka modus seribu satu sama cogan,"
Angela mengganguk mengerti.
"Aduh, kamu jangan diam doang dong. Gak seru nih kalau cogan doang yang nyeloteh, cecannya gak mau ikutan nyeloteh?"
Angela tersenyum kecil mendengar kelucuan Ethan, "Iya, cogan. Maafin cecannya yang udah salah paham ya," senyumnya.
"Makasih ya, cecannya udah mau pengertian,"
"Cogan, mau tau suatu hal, nggak?"
"Mau dong. Kan cogan nggak boleh ketinggalan gosip,"
"Abangnya cecan jadian loh sama kak Galdys!"
Terjadi keheningan sesaat, sebelum, "Galdys kakaknya Vian yang galak itu?!" seru Ethan setengah berteriak.
"Iya, tapi katanya Axel, kak Galdys bersedia berubah demi Axel."
"Aw, lucu banget mereka," balas Ethan sambil pura-pura gemas, "Kamu tau gak ya, masa, dia pernah jatuh niban gue, eh guenya yang diomelin! Nyebelin gak tuh!"
Angela cekikikan melihat tingkah laku Ethan hari ini yang lucu, "Kan dia udah rela berubah demi Kakak." belanya.
"Gapapa, kok. Titip salam ya buat Axel, bilangan, semoga longlasting ya. Kalian lucuk banget, besok-besok harus double date sama kita!"
"Iya, nanti aku bilangin, tenang aja,"
"Okay, cogan tutup dulu ya teleponnya, Ferdinand datang."
* * *
MATA Angela membuka kesal saat menyadari ibunya mengguncang-guncang keras bahunya yang menggangu acara tidur nyenyaknya. Tatapan Angela menuju ke arah ibunya, jam dinding, dan kembali pada ibunya.
"Mama, udah jam tujuh pas! Aku telat!" jeritnya panik sambil mengambil seragam di dalam lemari.
"Tenang, sayang! Hari ini kamu nggak sekolah, kamu izin."
Mendengar ucapan Mama yang bagaikan petir di siang bolong, segala aktivitas yang sedang Angela lakukan segera ia hentikan.
"Kenapa izin, Ma?"
"Teman SMA Papa dari Italia datang, dan akhirnya hari ini kita memutuskan untuk ikut reuni!"
Angela mengganguk senang, kemudian lekas mandi dan menunggu keluarganya di dalam mobil.
Gadis itu tampil cantik hari ini dengan dress selutut berwarna biru yang dipadu dengan cardigan biru, beserta flatshoes berwarna perak yang cantik. Ia ingin memberi kesan yang baik kepada tamu dari Eropa tersebut.
Tak lama kemudian, keluarganya menaiki mobil dan duduk di kursi masing-masing, dan bersiap untuk berangkat.
"Papa, kapan pulang?" tanya Angela kepada ayahnya yang kebetulan sehabis pergi kerja yang sebenarnya dalam jangka waktu dua minggu.
"Semalam, waktu kamu udah tidur. Soalnya Papa ada tamu penting hari ini," jelas ayahnya dengan lembut.
Angela bersyukur memiliki sebuah keluarga yang harmonis juga menyayanginya, tidak seperti keluarga lain yang mungkin memiliki permasalahan sendiri. Meskipun ayah dan ibunya sering sibuk bekerja, namun kedua orang tuanya selalu memperhatikan ia dan kakaknya dengan baik.
Keluarga Angela mengobrol dan bercanda ringan selama perjalanan menuju tempat yang telah dijanjikan. Berselang satu jam, akhirnya mereka sampai di tempat tersebut—pantai.
"Meja itu," tunjuk Papa pada sebuah meja yang dekat dengan pantai.
Di meja tersebut, sudah ada Antonio dari Italia, beserta istri anaknya, Sally dan Gerald. Angela memperkenalkan dirinya kepada mereka sebelum duduk di kursi terdekat dengan pantai bersama Axel.
Tak lama, datang teman-teman Papa yang lain. Pria tinggi jangkung; Herman, pria dengan kursi roda; Ando, dan pria dengan tongkat; Andi.
Namum, di belakang mereka, ada seorang teman Papa yang berwajah sangat kebarat-baratan, namun sangat mirip dengan Papa.
Ia telah mengalihkan perhatian keluarga Angela.
* * *
Terima kasih sudah membaca:)
Vote dan comment!
Jangan lupa baca sequelnya ya:
'Nach Sieben Jahren'See you in the next episode!
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet
Teen FictionSequel: NACH SIEBEN JAHREN [ON GOING] #275 TEEN FICTION [25/12/17] Part lengkap semua, follow dulu baru baca. Jangan lupa vote atau komen. * * * Angela Kaistal, gadis yang menghabiskan kelas sepuluhnya menont...