39-Akhir

7.2K 236 33
                                    

ANGELA menatap iba kakaknya yang sedang koma itu.

Terakhir ia bertemu dengan kakaknya, kakaknya pamit ingin ngegaming bersama temannya jam dua subuh. Tapi siapa yang tahu, Axel ternyata pergi lomba motor sambil kebut-kebutan dan berakhir tragis dengan tulang-tulangnya yang hampir hancur semua.

[flashback on]

"Mama kenapa?" tanya Angela yang baru pulang, mendapati ibunya menangis di telepon dan ayahnya memeluk ibunya.

"Persiapkan barangmu, Angela. Kita pindah ke Jerman sekarang juga," ucap Papa berusaha tegar.

Angela melongo, "Apa? Maksud papa apa?"

"Axel... Kecelakaan!" teriak ibunya tampak frustasi.

"Tidak ada rumah sakit Indonesia yang bisa mengobati Axel. Kita harus pindah ke Jerman yang cocok dengan perawatan tulang," jelas ayahnya.

Tanpa sadar, Angela meneteskan air mata.

[flashback off]

"Angela sayang, kamu makan dulu yuk," ajak Papa lembut.

Angela menggeleng. Ia tak nafsu makan. Bagaimana ia bisa makan saat kakak kesayangannya sedang koma dan semua tulangnya hampir hancur?

"Papa tau ini berat buat kita semua.. Tapi kamu harus makan, nanti kamu sakit dan akan memperburuk keadaan," nasihat Papa.

Angela mengganguk, naik lift turun ke lantai 1, dan memasuki satu-satunya restoran yang ada di rumah sakit itu.

"Möchten Sie bestellen?" tanya pelayan dengan aksen Jerman-nya yang khas.

Angela mengganguk dan memesan makanan, dan duduk di salah satu meja paling pojok.

"Ethan, gue harap lo ada disini, tau gak sih? Gue harap lo bisa nemenin gue dengan masa-masa sulit gue di sini.. Nemenin Axel yang menjalani masa penyembuhannya di Jerman. Gue harus nemenin dia disini, gue udah menghilang dari sekolah seminggu.. Gue kangeeen banget sama lo semua. Dan satu hal yang perlu lo ketahui Ethan, I love you, I miss you and I'm sorry. Gue menghilang bukan gara-gara lo," gumam Angela, tanpa sengaja menitikkan air matanya.

Angela mengelap air matanya. Hidupnya sudah berubah.

* * *

2 tahun kemudian.

SEORANG lelaki tampan mengenakan topi putihnya, kemudian menarik kopernya keluar dari kamarnya.

"Barang kamu udah disiapin semua kan, buat keperluan kuliah kamu di Jerman?" tanya ibu lelaki itu.

Lelaki itu mengganguk, kemudian memeluk dan mencium pipi kanan ibunya.

Kemudian ia duduk sebentar, menikmati suasana rumah yang akan ia tinggalkan selama delapan tahun lamanya.

Otaknya juga berputar, memikirkan gadis yang masih ia cintai setelah menghilang dua tahun lamanya.

"Ethan, berangkat. Pak supir sudah siap," pesan ibunya sambil menatap putra sulungnya penuh kasih sayang.

Lelaki itu berjalan tanpa suara ke garasi rumahnya, sambil menarik kopernya. Ia meletakkan koper besarnya di dalam garasi, kemudian duduk di kursi tengah mobil mewahnya.

"Berangkat, den?"

"Iya, Pak."

Pak supir mulai menstart mobil itu. Ibu lelaki itu tampak mengetuk jendela
mobil itu keras, membuat anaknya kembali turun dari mobil.

"Ethan," ucap ibu itu serius, "Mama ketemu ini di lemari baju kamu. Bawalah, siapa tahu kamu membutuhkannya."

Ibunya memberi sebuah kotak beludru, diterimanya kotak itu dengan hati-hati. Mata lelaki itu tampak berair, menatap isi kotak itu. Kalung berliontin kunci, yang ia beli dua tahun lalu untuk kekasihnya.

"Makasih, Mama. Ethan berangkat dulu," ucap lelaki itu dengan suara bergetar, kemudian memasuki mobil.

Lelaki itu menatap kalung itu dengan manik mata rindu. Terdapat memori-memori penting berputar di otaknya. Kalung itu melambangkan seseorang, yang bernama,

Angela Kaistal.

TAMAT.

* * *

Terima kasih sudah membaca:)

Vote dan comment!

Jangan lupa baca sequelnya ya:
'Nach Sieben Jahren'

See you in the extra episode!

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang