8-Mal

8K 322 2
                                    

KEDUA tangan Angela menggengam beker di tangannya tidak percaya, melihat arah jarum pendek jam bekernya. Jarum sudah menunjukkan pukul dua belas—yang berarti ia sudah tertidur selama dua belas jam.

Ia meraih ponsel di sebelah kanannya, melihat begitu banyak notifikasi di ponselnya. Bahkan ibunya telah mengirimnya pesan.

Angela, tadi pagi Mama sama Axel udah berangkat ke Bogor buat jalan-jalan, tapi pas bangunin kamu, kamunya gak bangun-bangun. Jaga diri ya di rumah.

Angela cemberut membaca pesan dari ibunya. Ditinggal ke Bogor? Menyedihkan.

Ia tak ingin merasa sedih ataupun galau di hari liburnya, lalu ia membuka chatroom lainnya asal. Senyumanya mengembang saat melihat sebuah obrolan pendek.

AngelaK: Than, kok kita gak jadi benerin tugas biologi?
Ethan: ah, gapapa, biar gua ganti sendiri
AngelaK: bener Than?

Angela menatap waktu selisih Ethan
membalas chat-nya. Selisih dua belas jam, yaitu Ethan baru membalasnya sekarang, dan dibalas kilat oleh Angela.

Ia menanti jawaban Ethan, dan Ethan tak membaca pesannya ataupun membalas. Angela pun berpindah ke chatroom lain—chatroom yang membuat pipinya semerah tomat.

VianAJ: Selamat hari libur! Mau jalan-jalan?
AngelaK: Ayooo!
VianAJ: gue jemput?
AngelaK: yok, jam?
VianAJ: otw.

* * *

SENYUM Angela mengembang ketika ia melihat sebuah mobil mewah berwarna putih memasuki garasi rumahnya. Kemudian, keluarlah seorang lelaki dibaluti hoodie hitam dan jeans panjang sambil membawa tentengan tas.

Dengan ramah, cowok itu menyapa Angela hangat dan menyodorkan tas jinjing itu. Dibukanya tas itu, membuat Angela tersenyum lebar saat mendapati ada dua bungkus cokelat dari Swiss di dalam tas itu.

"Oleh-oleh dari Swiss," ucapnya, menjawab pemikiran Angela.

"Sekarang, udah mau jalan?" tanyanya disambung anggukan kepala Angela.

Angela dekat santai duduk di jok penumpang mobil mewah itu. Namun keteledorannya membuat kepalanya menabrak atap mobil pendek itu, mengundang gelak tawa keduanya.

Dengan kejahilan yang memenuhi dirinya, ia memenceti tombol-tombol
yang ada di dashboard mobil tersebut.

"Tombol-tombol ini buat apa, Vi?" tanya Angela sambil memencetinya perlahan.

"Ini buat nyalain AC di belakang, kalo yang ini buat penghangat," jelas Vian sambil fokus menyetir.

"Keren banget mobil lo, mobil gue gak ada beginian,"

"Ya gitu deh, hehe,"

"Kita mau ke?"

"Mal."

Angela mengganguk mengerti sambil tersenyum lebar mendengar perkataan Vian. Ia tak peduli kemana pun mereka akan pergi, asalkan dengan Vian, itu bisa membuat Angela senang.

Mobil Vian berhenti di depan lobby utama sebuah mal termewah, kemudian Vian memberi kunci mobilnya, dengan bisikan tipis pada pelayan di sana, "Valet."

Pelayan di sana lansung mengenali Vian, dan melayaninya dengan ramah. Angela hanya menatap takjub, dan masuk ke dalam mal bersama Vian.

Udara dingin dari AC menusuk kulit Angela, namun Angela tak peduli. Setelah beberapa bulan tidak datang ke mal ini, akhirnya ia kembali lagi. Ia sangat antusias untuk melihat beberapa barang keluaran terbaru.

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang