34-Obat

5.3K 225 0
                                    

"UDAH Angel, Ethan itu nggak pantes buat lo tangisin,"

Enam puluh menit terlewat sudah sejak Angela menangis, dan Vian yang datang tiba-tiba entah dari mana--menemani perempuan itu. Untungnya, tangis perempuan itu kian mereda karena Vian yang dengan sabar terus menenangkannya.

"Gue mau cuci muka dulu," isak Angela sambil berlalu ke dalam kamar mandi.

Vian menatap datar Angela, lalu ikut berjalan keluar kamar, hingga akhirnya...

Tok tok!

Mata Vian melebar mendengar seseorang mengetuk pintu rumah Angela. Mendapati sang tuan rumah masih berada di dalam toilet, Vian sambil bersenandung kecil membuka pintu rumah Angela, mendapati seorang cowok dengan segenggam cokelat di tangannya.

Mata Vian menyipit sinis, "Wow, ada Ethan Clayton sama cokelat," ucap Vian dengan nada sok terkagum--mengejek, "Ngapain lo ke sini?" tanyanya jutek.

"Gue bisa aja nanyain hal yang sama," balas Ethan tak kalah kesal.

"Hm, gue di sini... Ngapain ya?" ucap Vian sambil memutar bola matanya, menatap langit-langit rumah.

"Gue di sini, ketemu pacar gue. Nah elo, lo pasti nggak punya alasan yang jelas kan, ke sini? Hm, selain, makin ngeretakin hubungan orang?" sembur Ethan pedas.

"Oke, bro. Pertana-tama, lo salah rumah. Ini rumah Angela, bukan rumah Ellen. Jadi, silahkan ke rumah Ellen, bukan ke sini," ucap Vian, lalu menghirup napas lamat-lamat, "Kedua, gue punya alasan yang benar-benar berguna untuk berada di sini. Gue lagi menenagkan seorang gadis tak bersalah yang menangisi cowok brengsek yang seenaknya ninggalin dia dan pergi sama cewek lain." balas Vian tak kalah pedas.

Sial, umpat Ethan dalam hati. Omongannya ngebuat gue merasa bersalah beneran.

"Nah, diam, kan?" ucap Vian sambil tersenyum miring--setelah melihat Ethan yang terdiam, "Udah ya, nggak ada waktu gue sama lo!" sambungnya, sambil membanting kencang pintu rumahnya di hadapan wajah Ethan.

Vian menghela napas, kemudian memutar tubuhnya menghadap ke dalam ruangan.

"Ada yang datang?" tanya Angela sambil menggengam teh hangat di tangannya.

Jantung Vian berdebar kaget, dengan susah payah ia menelan ludahnya. Dengan cepat ia berkata, "Nggak ada," bohongnya.

"Terus, ngapain lo buka pintu?"

Vian mengigit bagian dalam pipinya, lalu menatap langit-langit rumah untuk mencari alasan, "Ada kucing liar yang masuk. Udah gue usir," ucapnya.

"Aduh, jangan diusir dong! Mana kucingnya tadi?" keluh Angela sambil mendekati pintu tersebut.

"E-eh, udah keburu loncat ke rumah tetangga lo. Udah yuk, duduk." ajak Vian sambil melangkah ke dalam ruang tamu.

"Makasih ya Vian, selalu ada buat gue saat gue lagi sedih," senyum Angela manis sambil merebahkan dirinya di atas sofa.

Vian balas tersenyum menatap gadis di sampingnya, "Iya, itu gunanya sahabat, kan?"

"Iya," ucap Angela pelan, lalu termangu sesaat, "Tapi, sekali lagi makasih ya, selalu temenin gue ketika gue lagi sedih," senyum Angela.

Dan selalu menjauhkan lo dari Ethan.

"Gimana, kalau kita jalan-jalan? Mumpung masih siang," usul Vian sambil menunjuk jam dinding yang menunjukkan pukul tiga.

"Jalan-jalan?"

* * *

ANGIN berhembus kencang, membuat rambut cokelat tua milik Angela berkobar-kobar layaknya bendera merah putih di atas tiang bendera.

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang