"DIA ngurung diri, bego! Di kamar! Gue harus gimana! Dia juga gak mau makan!" omel Axel kesal, sambil memegangi ponsel yang berada di telinga kirinya.
"Ya mana gue tau! Lo jadi kakak cari tau sendiri lah!"
"Lo jadi sahabatnya harusnya tau dong dia kenapa?!"
"Gue ga tau! Orang seharian gue ga ketemu dia!"
"Kalo gitu, lo sini lah! Obrolan cewek kek sama dia!"
"Mana bisa! Lo liat jam dong! Sekarang udah mau jam sembilan! Ini udah malem banget!"
"Ah, rese! Justru itu, dia dari tadi belum makan!"
"Gue udah SMS tapi ga dibales! Lo kira gue ga peduli sama dia?! Gue juga lagi berusaha ngontak dia!"
"Au ah, rese!"
Axel memutuskan panggilannya dengan kesal, terlebih lawan bicaranya di telpon juga sudah naik pitam.
Ia menatap pintu kamar adiknya yang tertutup rapat sejak adiknya sepulang sekolah.
Adik kesayangannya ini pulang sekolah dengan mata berkaca-kaca, namun tampaknya Angela berusaha untuk kuat.
Axel sudah menggedor pintu itu berkali-kali, namun yang ia terima hanyalah, "Kakak jangan ganggu aku dulu!" ataupun kacang.
Ia tidak mengerti apa yang terjadi pada adiknya itu. Ia sudah berusaha untuk mencari tahu seperti bertanya pada sahabatnya Carly dan Raisa, dan yang ada malah sahabat adiknya itu terpancing emosinya.
Axel sendiri di rumah, dan tentu ia harus menjaga adiknya dengan baik. Cowok itu menghela napas lega ketika adiknya keluar kamar.
"Abang!" seru Angela, sambil memeluk abangnya.
"Kamu kenapa?"
"Kok aku sama Ethan, emosi aku labil banget ya. Tadi aku denger kayaknya Ethan punya pacar, terus aku jadi galau gitu. Padahal kan aku gak suka dia," cerita Angela manja.
"Kamu tau gak dek? Orang, kalo lagi sama orang yang dia sayangi, labil banget. Mungkin kamu suka dia,"
"Enggaaaak, Bang! Abang, mah! Tau ah, aku mau makan!" ucap Angela gusar sambil berjalan menuju ruang makan.
Axel menatap adiknya sambil geleng-geleng kepala, "Dasar labil."
* * *
SETELAH mengalau selama semalaman, akhirnya Angela bisa berpikir dengan otak jernih. Berhubung itu hanyalah berita semata, ia belum tahu kebenarannya.
Jadi, Angela memutuskan untuk mencari tahu kebenarannya, dengan bertanya dengan Ferdinand—adik Ethan.
Ia mengajak Ferdinand untuk nongkrong berdua di sebuah kafe sepulang sekolah. Ia memang tidak kenal dengan Ferdinand, namun entah mengapa, demi mendapat informasi tentang Ethan, ia rela pergi dengan Ferdinand yang tak ia kenal.
Katanya, kalau demi orang yang kita cintai, kita rela ngorbanin apapun.
Namun Angela masih terus berkata bahwa, "Gue gak suka Ethan!"—meskipun hatinya mengatakan sebaliknya.
Angela duduk di sebuah meja di pojok—alasannya karena ia tidak mau ada anak-anak dari sekolahnya memergoki ia dan Ferdinand, lalu menggosipkan hal yang aneh tentang Angela. Padahal, Angela melakukan ini hanya demi Ethan.
Gadis itu melambaikan tangan kanannya kepada seorang cowok berambut cokelat gelap, dengan wajah yang hampir identik dengan Ethan.
"Hai, Ferdinand." sapa Angela halus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet
Teen FictionSequel: NACH SIEBEN JAHREN [ON GOING] #275 TEEN FICTION [25/12/17] Part lengkap semua, follow dulu baru baca. Jangan lupa vote atau komen. * * * Angela Kaistal, gadis yang menghabiskan kelas sepuluhnya menont...