Nadira Sanha Aurelia. Seorang gadis yang memiliki perubahan yang luar biasa. Bahkan teman lamanya tidak mengenali Sana. Perubahan itu terjadi karena masalah hidupnya yang datang bertubi-tubi. Mulai dari keluarganya hingga cinta pertamanya.
Kami bertiga sampai di Korea. Yeeeeee. Tujuan ku adalah mengunjungi Namsan Tower. Pas di Indonesia aku search di Mbah Google katanya kalau musim semi,taman dekat Namsan Tower sangat indah. Bunga sakura bermekaran.
Kami sedang menunggu datangnya bus yang akan membawa kami ke Namsan Tower. Karna kami wisatawan asing, jadi kami tak memiliki T-Money (kartu transportasi). Kami hanya membayar bus dengan 1.200 won.
Busnya datang. Kami bertiga naik ke bus. Hati ku benar-benar bahagia. Ini pertama kalinya bagi ku berkunjung ke Korea. Ternyata yang aku lihat di drama korea akhirnya terwujud.
Kami sampai di halte Namsan Tower. Kami hanya perlu berjalan sedikit hingga sampai ke Namsan Tower.
Wah, benar-benar indah. Bunga sakuranya bermekaran. Aku membuka lebar mulutku, terkagum.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Yeppun" kataku pelan. Ghani yang berada disamping ku melihat ku dengan wajah keheranan.
"Sejak kapan lo bisa bahasa Korea?" Tanyanya
"Gue tau dari drama" jawabku santai.
Lalu, aku dan Viona mencari-cari spot foto yang bagus. Kami bertiga berfoto bersama.
"Gue suka disini" gumam ku pelan
"Di Indonesia, ga ada musim semi. Hhh, gue mau kuliah di sini" gumamku lagi
"Yah, gue ditinggal dong. Kalo lo mau kuliah di sini" kata Ghani kecewa.
"Eh, masih ada aku disini" kata Viona menginterupsi.
Sesampainya di Namsan Tower, Viona mengajak ku untuk membuat gembok cinta. Aku cuma melihat-lihat saja. Yang biasanya aku lihat di drama, pasangan datang kesini untuk menggembok cintanya disini.
Gemboknya banyak banget. Udah penuh. Warna gembok yang warna-warni, tampak cantik sekali.
Ghani menyenggol lengan ku. Dia mengisyaratkan padaku, sambil menunjuk gembok
