Bagian 1

10.4K 243 4
                                    

Semua kini tak lagi sama. Kehidupan Aluna telah berubah. Padahal dia baru saja berhasil memulihkan kepedihannya setelah dua tahun ditinggal oleh ayahnya. Sekarang dia dihadapi kenyataan kalau dia harus meninggalkan orang-orang yang sangat disayanginya, orang-orang yang selalu ada buatnya di saat dia senang maupun di saat dia berada pada masa terpuruknya. Dia harus pindah ke Jogja.

"Cieee,,, culun mau ke sekolah baru nih ye."

"..."

Aluna sempat tersentak dari lamunannya. Tapi tak ada yang berubah. Panggilan itu malah membuatnya semakin berat untuk menghadapi kenyataan yang ada didepannya.

Ershand bukan tanpa alasan memanggil Aluna dengan panggilan itu. Tapi kenyataannya tidak sesuai dengan harapannya. Aluna tetap membisu. Padahal dia sangat berharap bisa mendengar reaksi Aluna seperti biasanya ketika mendengar panggilan itu. Dia rela dimarahin bahkan diteriakin sama adeknya ini, daripada melihat Aluna tanpa ekspresi seperti ini.

"Adek, adek masih belum terlambat kalau ingin merubah keputusan adek. Ibu tidak ingin adek merasa terpaksa melakukan semua ini."

Aluna sempat mendongakkan kepalanya. Benarkah dia masih bisa memilih?  Tapi saat matanya beradu dengan mata ibunya, dia tahu dia tidak punya pilihan lagi. Dia tidak boleh egois. Dia tidak mungkin membiarkan ibunya merawat neneknya seorang diri.

Tanpa menjawab pertanyaan dari ibunya,  Aluna langsung berdiri dari tempat duduknya dan berjalan mendahului abangnya.

"Kami berangkat dulu Bu.  Assalamualaikum." Pamit Ershand.

"Wa'alaikum salam."

€€€

Selama di perjalanan Aluna tetap tidak mau bersuara. Ershand semakin merasa bersalah. Andai hari ini dia tidak harus ke Surabaya untuk mengurus pekerjaan ayahnya yang sekarang sudah dilimpahkan padanya, pasti dia akan menemani Aluna sampai dia kembali ceriah.

Sesampai di halte,  Ershand sengaja ikut turun. Dia ingin menghabiskan waktu sebentar bersama adeknya sampai busnya datang.

"Lun..."

"..."

"Culun..." Ershand harus mencoba lagi.

"Jangan panggil aku culun,  bang." sahut Aluna akhirnya meski dengan suara datar.

Betapa leganya hati Ershand mendengar adeknya kembali bersuara.

"Maafin abang ya Lun. Andai tubuh abang bisa dibagi dua, pasti yang satu bisa mengurus perusahaan ayah di Surabaya dan satu lagi bisa menemani ibu disini merawat simbah. Jadi kamu ga usah ikut pindah ke Jogja."

"Aluna berat banget meninggalkan mereka bang. Tapi Aluna juga ga bisa kalau harus berjauhan dengan ibu." Air mata yang sudah ditahan Aluna sedari tadi akhirnya menetes juga.

Ershand langsung mendekat dan menarik Aluna ke dalam pelukannya. Air mata Aluna semakin mengalir dengan deras.

"Abang tau, ini semua berat buat kita. Tapi apa kamu masih ingat apa yang pernah dikatakan almarhum ayah Lun?"

Aluna meregangkan pelukannya, menatap Ershand sambil mengerutkan dahinya.

"Sesudah kesulitan, pasti ada kemudahan. Karena Allah tidak akan memberi cobaan yang tidak bisa dilalui oleh hambanya."

Aluna mengangguk pelan pertanda masih ingat.

"Aluna jadi kangen sama ayah bang. Di saat-saat seperti ini, ayah pasti berhasil membuat Aluna ceria lagi."

"Hmm,, jadi abang ga bisa nih?"

Aluna tersenyum pelan. "Dikit."

"Gini dong, adek abang jadi ga kelihatan jelek. Ya sudah, itu busnya sudah datang."

Aluna mengangguk pelan.

"Besok berangkat sendiri pake sepeda ya. Tadi hafal kan jalan dari rumah ke halte?"

"Iya, inget bang."

"Oh ya Lun,"

"Apalagi bang?"

"Kalo kangen abang, telfon ya."

Aluna hanya menghembuskan nafasnya pelan, dan langsung berbalik menuju bus. Ershand akhirnya bisa pergi ke Surabaya tanpa kefikiran lagi.

"Awas..!!"

Bersambung...

Hallo readers! Jumpa lagi dengan cerita sederhanaku. Tapi sebelum itu aku ingin ucapin Selamat menempuh ibadah puasa Ramadhan bagi yang menjalankan 😊

Kali ini menceritakan tentang adeknya Bang Ershand yang muncul di bab-bab terakhir di cerita sebelumnya (Relativitas Pilihan Hati). Ceritanya masih baru, tapi tetap memakai setting beberapa tahun yang lalu.

Tetep kalian bisa ngevote kalau cerita ini berkenan, dan comment buat ngasih kritik dan saran.

Selamat membaca dan semoga terhibur... 😉

AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang