Bagian 2

4.4K 159 0
                                    

"Awass...!"

Hampir saja.

Hampir saja Aluna terjatuh sebelum sampai ke tangga pintu masuk bus. Dia harus berterima kasih kepada siapapun yang berada di belakangnya sekarang, karena telah menahan tubuhnya dari tabrakan beberapa penumpang yang berebut untuk naik tangga masuk bus.

"Terima ka.."

Tapi belum sempat Aluna mengucapkan terima kasih, dia sudah kehilangan seseorang yang sudah menolongnya. Dia malah mendapat teriakan dari penumpang yang lain untuk segera mencari tempat duduk.

"Aah, siapapun kamu. Terima kasih sudah menahan tubuhku agar tidak sampai jatuh." tutur hati Aluna yang sudah menyerah untuk mencari siapa yang sudah menolongnya tadi.

Aluna memang tidak tau sama sekali tentang seseorang tersebut. Yang dia ingat cuma sepasang tangan berlengan jaket baseball biru muda berpelet putih dengan jam tangan karet hitam terpasang di pergelangan tangan kirinya telah memegang erat pundaknya dari belakang untuk menahan tubuhnya.

Untuk beberapa saat Aluna telah melupakan kesedihannya. Tapi ketika dia menghadap ke jendela bus, dia teringat lagi saat-saat yang di lalui bersama teman-temannya. Dulu dia tidak pernah naik bus untuk pergi ke sekolah. Jarak rumah dan sekolah yang tidak terlalu jauh, bisa dia lalui dengan berboncengan motor dengan temannya atau naik bemo bersama-sama.

"Bagaimana kabar kalian sekarang?"

Tak terasa air mata menetes di kedua sudut matanya. Segera dia mengusapnya dan memilih untuk melihat pemandangan di dalam bus agar dia tidak terlalu larut dalan lamunannya. Dan tanpa sengaja Aluna dikejutkan dengan seseorang yang beberapa saat yang lalu memenuhi pikirannya.

Aluna tidak mengenal cowok tersebut. Dia hanya tanpa sengaja mengamati kegiatan cowok itu saat dia mengobrol bersama abangnya tadi. Dia tidak menyangka bisa mengamati cowok itu lagi.

Setelah tadi ketika Aluna meregangkan pelukan abangnya, tanpa perintah matanya tiba-tiba menangkap sosok yang begitu damai sedang duduk di pojokan halte bus.
Cowok itu memakai bawahan seragam yang sama dengannya, tapi seragam atasannya tidak terlihat karena tertutup jaket yang terlihat pas di tubuhnya. Yang membuat Aluna tertarik untuk terus menatap, cowok itu dengan headset yang terpasang di telinganya terlihat nyaman dengan memejamkan matanya sambil menikmati lagu yang didengarnya.

Jujur,  yang membut mood Aluna membaik tadi bukan hanya penuturan dari abangnya,  tapi sosok cowok tersebut juga ikut andil di dalamnya. Dan betapa senangnya Aluna diberi kesempatan untuk mengamati cowok itu lagi. Tiba-tiba dia penasaran, lagu apa yang sebenarnya cowok itu dengarkan. Kalau boleh dia ingin mendengarkannya juga. Akhirnya Aluna bisa tersenyum untuk kedua kalinya di hari yang menyesakkan ini.

€€€

Sesampai di sekolah, mau tidak mau Aluna teringat akan sekolahnya yang dulu. Betapa senangnya dia dan beberapa teman dekatnya akhirnya bisa masuk ke salah satu SMA favorit di Surabaya. Perjuangannya saat duduk di bangku SMP dulu tidak sia-sia. Tapi kesenangan itu tidak berlangsung lama. Karena baru tiga bulan dia belajar disana, dia sudah harus pindah karena kepentingan keluarga.

"Aluna, kamu bisa. Kamu kuat. Kamu pasti bisa melalui semua ini."

Aluna menyemangati dirinya sendiri. Dia ga boleh menyerah dengan keadaan.

Setelah berjalan beberapa meter,  akhirnya Aluna tiba di depan pintu kelas yang akan menjadi tempatnya belajar sembilan bulan kedepan. Kelas X-5. Dia tidak perlu susah untuk menemukannya, karena semingggu yang lalu dia dan abangnya sudah berkeliling di sekolah ini setelah mendaftarkan dirinya.

"Bismillahirahmanirahim..."

Tok.. Tok.. Tok..

"Masuk."

Aluna perlahan membuka pintu.  "Assalamualaikum."

"Wa'alaikum salam. Oh, kamu murid baru itu ya? Ayo silahkan masuk. Silahkan memperkenalkan diri."
Tutur wanita cantik berhijab ungu yang menerima pendaftarannya minggu lalu.

"Baik bu. Selamat pagi teman-teman semua. Perkenalkan nama saya... "

Sebelum Aluna melanjutkan perkenalkan dirinya,  tiba-tiba matanya menangkap sesuatu yang tidak asing.

"Tangan itu..."

"Jaket itu... "

"Jam tangan itu..."

"Culun...?"

Bersambung...

AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang