Bagian 23

1.6K 71 0
                                    

"Restu?"

Aluna sungguh tak percaya siapa yang kini sedang terlihat di depan matanya.

"Ternyata ini ulah si cupu. Gue bener-bener ga nyangka. Ayo lun, kita harus meminta penjelasan ke dia." ajak Carla yang sudah berdiri terlebih dahulu.

"Ta-tapi..."

"Tapi kenapa?! Lo mau nunggu sampai buku tugas lo semua rusak." paksa Carla karena tidak tahan melihat tingkah Aluna.

Akhirnya Aluna bersedia bangkit dan masuk ke kelas. Restu yang sedang berusaha menutup kembali tas milik Aluna tiba-tiba berhenti ketika mendengar suara langkah masuk ke dalam kelas. Restu begitu terkejut ketika melihat siapa yang sedang masuk dan menghampirinya sekarang.

"Al-Aluna..?"

Restu merasa tertangkap basah sekarang. Dia harus bisa merancang alasan yang tepat.

"Kenapa Res? Kenapa? Apa salah aku sama kamu?" tutur Aluna dengan tangan yang membawa buku tugas kimianya yang sudah rusak parah.

"I-itu... A-aku..." Restu bingung harus menjawab apa.

"Ayo jawab yang jelas!" sahut Carla yang sudah tidak tahan.

Restu yang dibentak seperti itu merasa tidak terima. Akhirnya dia memilih mengatakan yang sebenarnya.

"Karena kamu sudah menghalangiku untuk dekat dengan Kak Dipta."

"Apa?!" sahut Carla.

Aluna hanya terdiam. Selain terkejut dengan jawaban Restu, dia juga baru sadar kalau Restu tidak gagap lagi.

"Kamu ingat, berapa kali kamu sudah menghalangi Kak Dipta untuk dekat sama aku?"

"Kak Dipta ndeketin lo? mimpi lo!"

"Tapi kamu kan tau sendiri Res apa alasan aku mencegah Dipta mendekati kamu?"

"Alasan apa? Supaya kamu yang malah dekat sama Kak Dipta? Munafik kamu."

"Hei cupu! Meski alesan lo itu bener. Tapi ga sepatutnya lo ngrusak buku tugasnya Aluna. Apalagi lo sampe fitnah gue juga."

"Karena kamu sama aja dengan si culun ini. Kalian sama-sama sok deket sama Kak Dipta."

Plakk... !!!

"Jaga omongan lo. Ngaca dulu sebelum ngomong!"

Meski Carla dulu ikutan ngatain  Aluna culun, tapi dia tahu kalau Aluna sebenarnya ga pantas dipanggil seperti itu, dan dia juga tau kalau Aluna tidak suka dipanggil seperti itu.

Sambil masih memegangi pipinya, Restu lari meninggalkan mereka keluar kelas. Aluna terduduk lemas, kalimat terakhir Restu masih terngiang di kepalanya.

"Lo terlihat ga sehat Lun, kita ke UKS saja."

Carla meninggalkan Aluna di UKS sendirian, karena dia harus segera ke lapangan biar tak dapat hukuman. Aluna tidak bisa membendung air matanya lagi. Dia tidak menyangka teman sebangkunya, teman makan barengnya di kantin, dan satu-satunya teman yang dia fikir sangat tulus padanya, tega menyakitinya seperti ini.

"Nih, mungkin berguna lagi."

Aluna terkejut tiba-tiba ada sapu tangan yang disodorkan di depan matanya.

"Sepertinya kita selalu dipertemukan saat lo nangis gini."

"Kak..."

"Raka, dan lo?"

"Oh ya Kak Raka. Aku Aluna Kak."

"Udah, lo pake aja Lun."

"Aluna minta maaf ya Kak, selalu ngerepotin. Sapu tangan yang sebelumnya saja belum Aluna kembaliin."

"Ga papa, gue masih punya selusin. Gue cabut dulu ya, udah ditunggu sama anak PMR yang lagi jaga di lapangan." pamit Raka sambil membawa sekotak obat.

Braakk...

"Astaga, kamu ga perlu mendobrak pintunya Diaz. Untung cuma aku sendirian disini."

"Yakin cuma sendiri? terus siapa barusan yang keluar dari sini?" Diaz mencoba mengatur nafasnya yang masih ngos-ngosan.

"Kakak kelas, dia ambil obat."

"Yakin cuma ambil obat?"

"Kalau kamu kesini cuma ingin menginterogasiku kayak gini, mending kamu keluar."

"Iya sorry-sorry. Gue cuman panik setelah lihat Restu berangkat sendiri ke lapangan. Lo diapain lagi sama Carla?"

"Ga diapa-apain kok. Dia malah yang bantu gue kesini."

"Syukurlah, gue juga ga percaya kalau Carla bisa melakukan hal seperti itu."

"Kamu kenal dekat ya sama Carla?"

"Ga juga, cuma pernah deket dengan kakaknya."

"Oh" Tiba-tiba hati Aluna mencelos.

"Jealous ya?"

"Enggak, siapa juga yang jealous."

"Masak sih. Sini gue periksa." Diaz menyentuh kening Aluna.

"Apaan sih kamu."

"Lain kali kalau ada masalah jangan dipendam sendiri. Itu sama aja lo ga nganggep gue."

"Okey Bang Dokter."

"Lo masih kelihatan lemas, mending lo istirahat aja. Buburnya masih dibelikan Jaya."

"Kamu ga balik ke lapangan?"

"Yang gue cari disini, kenapa mesti ke lapangan? Udah, lo istirahat aja, gue tunggu disini."

"Karena gue ga mau lihat lo kenapa-kenapa lagi."

€€€

"Dasar cupu lo!  Ngelakuin gitu aja sampe ketahuan. Awas kalo lo sampe nyebut nama gue."

Bersambung...

AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang