Bagian 41

1.8K 79 14
                                    

"Hai Lun."

"K..Kak Raka?"

Aluna begitu terkejut. Dia tidak menyangka sama sekali kalau Raka pagi ini menjemputnya.

"Kenapa Lun? Udah siap?"

"Eh, i-iya Kak. Tunggu bentar, aku mau ambil tas dulu."

10 menit kemudian,

"Assalamualaikum."

"Waalaikum salam. Loh nak Diaz. Aluna baru saja berangkat."

"Sudah berangkat? Sendirian Bu?"

"Ndak kok, tadi dijemput sama nak Raka. Ibu kira Aluna sudah ngasih kabar."

Sebenarnya Diaz sudah mendapatkan pesan dari Aluna beberapa menit sebelumnya kalau pagi ini dia tidak bisa berangkat sekolah bareng. Tapi Diaz tidak percaya, dia tetep kekeh mau jemput Aluna.

"Oh,,, Raka yang pakai kacamata itu ya bu?"

"Iya, nak Raka yang itu."

"Emm, kalau gitu Diaz pamit dulu bu. Ini titip buat simbah. Assalamualaikum."

"Waalaikum salam, makasih nak Diaz."

Diaz baru sadar dia sudah melewatkan satu hal. Dia fikir cuma Nindy yang berada di tengah-tengah hubungannya dengan Aluna, tapi dia lupa selama dia dan Aluna berjauhan ada sosok yang selalu mendampingi Aluna, tempat Aluna berbagi kesedihan, dan teman yang selalu memotivasi Aluna, yang sekarang semakin Diaz rasakan kalau sosok itu adalah saingan terberatnya di setiap kisah percintaannya.

€€€

“Kak Raka, nanti pas waktu istirahat bisa bicara sebentar?” tanya Aluna sesampai di sekolah.

“Boleh, emangnya mau bahas apa sih? Kayaknya serius amat.”

Jawab Raka yang sekarang berjalan beriringan mengimbangi langkah Aluna.

“Nanti Kak Raka juga tau.”

Tiba-tiba ponsel di saku Aluna berbunyi, Aluna terkejut sampai sejenak menghentikan langkahnya.

Alfa cuek: Aku cemburu 😔

Aluna mencoba menahan tawanya setelah membaca pesan dari Diaz yang tidak pernah diduganya.

Culun: Cemburu? Aku siapanya kamu? Dan kamu siapanya aku?

Alfa cuek: Emang harus jadi siapa-siapa kamu dulu ya baru boleh cemburu? Ga adil banget.

Aluna sudah tidak bisa menahan tawanya lagi, kenapa Diaz jadi bersikap kekanak-kanakan seperti ini. Raka yang masih berjalan di sampingnya pun sampai menoleh. Karena melihat Aluna tertawa seperti ini merupakan pemandangan asing baginya. Tapi Raka tidak tau dia harus merasa senang atau sedih. Dia sengan karena melihat Aluna bisa tertawa bebas seperti ini, tapi dia sedih karena bukan dia yang menyebabkan Aluna tertawa lepas seperti ini.

Siapakah pengirim pesan itu? apakah ini ada hubungannya dengan hal yang akan dibicarakan Aluna saat istirahat nanti? batin Raka.

Jam Istirahat,

"Udah nunggu lama Kak? Huh.." tutur Aluna sambil ngos-ngosan.

"Ndak kuq, kurang lebih sepuluh menit an."

"Maaf ya Kak, tadi disuruh Pak Bagyo bantu bersihin lab kimia bentar."

"Iya, ga papa Lun. Nih, biar ga ngos-ngosoan ngomongnya." Raka menawari sebotol air mineral.

AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang