Bagian 40

1.6K 68 0
                                    

Nindy.

Dengan melihat nama Nindy tertera di layar ponsel Diaz sekali lagi, Aluna tau kalau ada hal serius yang ingin Nindy smpaikan. Dan dia sadar keberadaannya di samping Diaz sekarang membuat Diaz bimbang untuk mengambil tindakan. Akhirnya dia memutuskan untuk beranjak ke dalam sebentar.

"Tunggu Lun!"

Diaz refleks memegang pergelangan tangan kiri Aluna. Seperti kebiasaan lamanya yang sedari tadi sudah ingin dia lakukan. Aluna hanya diam terpaku, melihat tangan Diaz yang masih memegang pergelangan tangannya.

"So.. Sorry."

Dilihat Aluna seperti itu, Diaz tau kalau apa yang dia lakukan adalah salah. Akhirnya dia segera melepaskan tangannya. Diaz mengerti kalau Aluna bukan Aluna yang dulu lagi. Diaz tidak seharusnya sembarangan memegang tangan Aluna seperti tadi.

"Bisa kamu tetap disini? Aku tidak ingin menyembunyikan hal apapun lagi dari kamu."

Awalnya Aluna tidak mengerti apa maksud dari permintaan Diaz. Tapi setelah Diaz menggeser tombol hijau di layar ponselnya dan memilih ikon loudspeaker, Aluna akhirnya duduk kembali.

"Hallo, Assalamualaikum Diaz. Kamu dimana sekarang?"

"Wa'alaikumsalam. Aku berada di rumah Aluna sekarang."

Aluna terkejut kalau Diaz bisa sejujur ini.

"Benarkah? Terus apa jawaban Aluna?"

Aluna bingung, kenapa Nindy ga kelihatan marah atau cemburu.

"Dia belum bisa jawab, dia cuma terkejut. Tapi aku yakin dia bakal segera menyadari perasaannya sendiri." jawab Diaz dengan tersenyum sambil sekali-kali melihat wajah culun Aluna yang sedang kebingungan.

"Syukurlah. Aku seneng akhirnya kamu segera menyadari perasaan kamu Diaz. Aku dukung kamu sepenuhnya, dan selalu doain kamu dari sini."

"Thank's Nindy."

"Sama-sama, salam buat Aluna. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam." Diaz dan Aluna menjawab berbarengan.

"Loh, kok?"

"Kenapa? Kamu terkejut kan Lun? Tidak banyak orang yang tau kalau hubunganku sama Nindy sebenarnya ya seperti tadi. Sesama sahabat yang saling mendukung. Dia malah yang duluan nyuruh aku buat ngungkapin perasaanku ke kamu. Cuma aku masih belum berani."

Benarkah? Kak Nindy emang baik banget.

"Jadi kamu ga usah merasa bersalah lagi pada Nindy. Aku ga butuh jawaban kamu segera Lun. Aku ga ingin kamu terburu-buru buat ngasih jawaban ke aku. Tapi aku pengen kita bisa deket lagi kayak dulu. Bisa kan?"

Aluna terdiam sebentar,

"Bisa, tapi ada satu syarat."

"Apa?"

"Kamu ga perlu panggil aku pake aku kamu lagi."

"Yang bener?  Tapi biasanya cewek... "

"Aku bukan cewek biasanya." Aluna langsung memotong ucapan Diaz.

"Okey, kalau cuma itu syaratnya bakal aku lakuin. Maksudnya, bakal gue lakuin."

Aluna tersenyum, dan Diaz tidak akan melewatkan hal itu.

"Yawda, udah malem Diaz. Mending kamu pulang."

"Yakin nih gue diusir? Udah ga kangen lagi sama gue?"

"Hisss, apaan sih. Siapa juga yang kangen."

"Haha, oke-oke Lun. Kalau masih kangen, lo tinggal nyebutin nama gue tiga kali. Dan gue pasti bisa ngerasain kalo lo lagi kangen sama gue."

"Hmmm,,, dasar tukang mbual. Udah-udah sana pulang."

"Haha,, iya-iya gue pulang. Salam buat ibu dan simbah ya. Assalamualaikum, gadis culunku sayang."

"Yeek,, apaan sih. Wa'alaikumsalam."

Aluna benar-benar tidak menyangka akan kejutan-kejutan yang didapatinya hari ini belum juga berakhir. Tapi jujur dia lega dan senang bisa kembali dengan Diaz seperti dulu lagi.

Kalau dibilang kangen, Aluna memang benar-benar merindukan saat-saat yang dia lalui bareng sama Diaz. Bahkan saat ini dia tidak juga bisa tidur mengingat kejadian-kejadian yang mengejutkannya hari ini. Menatap deretan kontak di ponselnya, Aluna mencoba menghubungi Diaz.

Culun calling...

2 detik

5 detik

10 detik

Culunmaaf salah pencet.

Diaz tidak bisa menahan tawanya membaca pesan dari Aluna itu. Tanpa membalas, Diaz langsung menelfon balik Aluna.

"Hallo, assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam. Kalo kangen bilang aja kangen, pake bilang salah pencet segala."

"Iihh,, apaan sih. Siapa juga yang kangen."

"Hmmm,,, dasar cewek ya. Gengsinya minta ampun. Kenapa kok lo jam segini belum tidur?"

"Aku ga bisa tidur."

"Pengen gue nyanyiin sebuah lagu."

"Ntar malah ga bisa tidur."

"Ya terserah sih kalau ga pengen."

"Emm,, yawda deh boleh."

Bagai bunga, harum nafasmu yang kurasa...
Santun warna yang beri kesejukan, hilangkan rasa lelah..
...

Aluna benar-benar terkejut, Diaz bisa menghafal lagu ini. Lagu ini adalah lagu di album pertama Peterpan.

Satu hati yang kuberi cinta, kuberi rasa, kuberikan sanjungan...
Tuk saling Cinta, saling menjaga, tuk saling menyatukan...

€€€

"Adek kelihatan ceria banget hari ini."

"Ah, biasa aja kok bu."

"Di luar udah ada yang nunggu tuh."

Aluna bergegas keluar. Dia tidak menyangka Diaz bakalan  secepat ini tiba di rumahnya. Padahal baru beberapa menit sebelumnya dia ngobrol sama Diaz lewat ponselnya.

"Hai Lun."

"K.. Kak Raka?"

Bersambung...

AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang