Bagian 54

964 45 0
                                    

"Dasar cowok sok ganteng, sok tau,  dan sok bener!"

Diaz begitu terkejut, dia hampir tidak mempercayai pendengarannya. Benarkah Aluna yang berbicara padanya barusan?

"Kenapa? Tidak terima?!" lanjut Aluna.

Akhirnya Diaz percaya kalau memang Aluna yang sedang berbicara dengannya sekarang.

"Ma..maksud kamu apa?"

Bukan hanya Diaz,  Aluna sebenarnya juga tidak menyukai sikap canggung ini. Makanya dia berusaha untuk berbicara biasa pada Diaz. Karena jujur, dia merindukan obrolan yang diiringi pertengkaran mereka dulu.

"Kamu selalu berbicara sesuai dugaan kamu. Yang belum pasti itu benar atau salah. Kamu ga pernah ngasih kesempatan orang lain buat njelasin."

Apa yang diduga Diaz selama ini salah? Dia sebenarnya juga berharap kalau dugaannya salah. Karena itu berarti dia masih mempunyai kesempatan untuk memperbaiki hubungannya dengan Aluna, gadis culunnya.

"Kalau kamu mempermasalahkan soal jaket baseball ini," Aluna berusaha melepas jaketnya.
"Nih aku balikin." kemudian Aluna meyodorkan jaket pada Diaz.

Awalnya seakan-akan Diaz menerima jaket yang diberikan Aluna. Aluna bahkan hampir menangis saat Diaz menengadahkan telapak tangan kanannya. Karena Aluna fikir Diaz benar-benar keberatan kalau jaketnya masih dia kenakan. Tapi saat jaket hampir terlepas dari tangan Aluna,  Diaz memanfaatkan jaket tersebut untuk menarik lengan kanan Aluna. Hal yang dulu sering dia lakukan.

Aluna begitu terkejut. Sejak memutuskan untuk mengenakan jilbab, Aluna berusaha sekuat tenaga untuk tidak bersentuhan kulit dengan lawan jenisnya. Tapi dia tidak habis fikir, Diaz memanfaatkan jaket tadi untuk menarik lengannya tanpa harus menyentuh kulitnya. Jujur, Aluna merindukan saat-saat ini.

"Kalau begitu, tolong jelaskan semua Lun. Biar aku ga salah duga lagi." tutur Diaz.

Hampir saja Aluna mengeluarkan suara, saat tiba-tiba panggilan teman-teman sekelasnya mengurungkan niatnya.

"Maaf aku harus kembali kesana."

Diaz bisa saja bersikap egois untuk tetap tidak melapaskan lengan Aluna. Tapi dia tidak mungkin membiarkan Aluna dicerca banyak pertanyaan oleh teman-temannya. Akhirnya dengan berat hati Diaz melepas cengkramannya.

Keesokan harinya,

"Semalem lo tidur jam berapa sampai mata pandanya kelihatan jelas kayak gitu?" Tanya Indra yang mendapati Aluna turun dari bus dengan kondisi melelahkan.

"Aluna ga bisa tidur semalem Kak." jawab teman Aluna.

"Beneran? Sekarang langsung pulang apa lo tiduran dulu di jurusan?"

"Ih, Kak Indra apaan sih. Aluna mau nagih janji." rengek Aluna.

"Yaaa,,, kirain dah lupa."

"Kalau soal makanan ga mungkin Aluna lewatin."

"Yawda kalau gitu. Yuk naik. Bakso apa mie ayam?"

"Dua-duanya, sama nasgor juga ya?" jawab Aluna sambil memasang helmnya.

"Astaga, selama outbond lo ga dikasih makan sama sekali?"

"Kenapa? Kak Indra keberatan? Dasar pelit. Siapa suruh ngasih emot makanan sebanyak gitu."

AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang