Bagian 8

2.6K 104 0
                                    

"Denger, gue ga tau apa masalah lo sama gue. Tapi kalo lo cuma pengen dapet perhatian gue dengan lirikan tajam mata lo itu, lo salah besar."

Aluna semakin kesal. Ingin rasanya dia memplester mulut cowok sok tau ini, tapi itu tidak dilakukannya. Bukan karena dia takut, tapi dia tidak ingin membuat kehebohan lagi di dalam kelas. Sekarang saja dia sudah menjadi objek tontonan seluruh penghuni kelas hanya karena dia diajak ngobrol sama cowok yang pernah tidak naik kelas ini.

Sementara itu Diaz menunggu respon apa yang akan ditunjukkan sama cewek yang sebangku dengan cewek berkacamata tebal, tapi Aluna malah tidak memperdulikan. Dia lebih memilih melihat buku sejarah yang ada di depannya, meski pikirannya sekarang sedang tidak ada disana.

Menit demi menit berlalu, kekhawatiran Aluna semakin bertambah. Bukan karena keberadaan Diaz, tapi karena Restu yang belum juga kembali ke kelas.

"Kamu sebenarnya ngapain aja Res?  Kok ga balik-balik."

Aluna sudah tidak tahan lagi. Dia akhirnya memutuskan untuk menyusul Restu ke kamar mandi. Tanpa mempedulikan tatapan mata seluruh penghuni kelas dan Diaz yang hendak memanggil.

Dugaan Aluna benar. Sesampai di kamar mandi cewek, dia mendapati Restu dalam keadaan tidak baik-baik saja. Dengan seragam atasan yang basah dan kacamatanya yang pecah.

"Astaghfirullahal'adhim. Restu, siapa yang melakukan semua ini?!" tanya Aluna panik.

Tangisan Restu semakin kencang.

"Sudah, sudah. Kamu sekarang tunggu disini, aku akan ambil tas kamu di kelas."

Tubuh Aluna ikut gemetar melihat keadaan Restu. Dia berjanji pada dirinya sendiri, dia tidak akan membiarkan Restu terlihat seperti ini lagi.

Meski awalnya Restu menolak, tapi dia akhirnya bersedia menerima bantuan dari Aluna. Untung hari ini ada mata pelajaran olahraga, jadi Restu tidak akan pulang dengan seragam yang basah. Aluna juga bersedia pulang agak terlambat hari ini, biar bisa menemani Restu dan mendapatkan semua penjelasan darinya tentang semua ini.

€€€

"Suntuk aja lo bro, ada masalah apa lagi?" tanya Jaya yang mengikuti kedua temannya yang sudah terlebih dulu istirahat seusai permainan basket mereka.

"Iya nih, permainan lo tadi juga tumben kurang bagus. Lo kelihatan kurang fokus." tambah Indra.

Diaz cuma menghembuskan nafas kasar.

"Sepertinya gue tau penyebab Dipta kurang fokus." sahut Rinda yang baru datang sambil membawa beberapa botol air mineral.

Sementara Indra dan Jaya menerima botol air mineral dengan wajah yang penasaran, Diaz malah menggelengkan kepalanya pelan.

"Kalo lo mau bilang lo dapat kabar dari anak-anak di kelas gue, maaf, gue ga mau membahasnya." tutur Diaz yang beranjak berdiri siap-siap pergi.

"Eit, jangan langsung marah gitu dong." Jaya menahan Diaz pergi. "Kita kan sudah minta maaf masalah salah paham kemarin."

"Iya Dip, mending lo cerita ke kita apa sebenarnya masalahnya. Biar kita ga salah paham lagi." tambah Indra.

"Gue minta maaf Dip, gue ga ada maksud apa-apa kok." tutur Rinda yang merasa bersalah karena membuat mood Diaz memburuk lagi.

Diaz akhirnya mengalah, teman-temannya mungkin ada benarnya. Dia memilih untuk kembali duduk di tepi lapangan basket bersama mereka. Sambil meminum air mineral yang baru dibukanya, perlahan Diaz menceritakan semua hal yang memenuhi fikirannya.

"Emm, jadi lo cuma mau mencari informasi pemilik suara itu dari Restu?" tanya Indra menanggapi.

Diaz mengerutkan keningnya. "Restu?"

Kalo orang lain mungkin teman-teman Dipta akan kesal, tapi karena tai itu Dipta, mereka bisa memaklumi.

"Restu itu cewek berkacamata tebal, Dip." jawab Indra.

"Oh, sorry gue ga tau." jawab Dipta

"It's okey. Oh ya Dip, kalo waktu itu lo denger sewaktu Restu mengobrol dengan temannya saat di kantin, kenapa kita ga nyoba selidiki dari teman sebangkunya dulu?" lanjut Rinda.

Diaz mencoba mengingat siapa siswa yang sebangku dengan cewek berkacamata tebal itu.

"Iya, bisa jadi itu Dip. Apalagi Restu sedikit cupu, jadi tidak banyak teman yang bisa dia ajak makan di kantin."

Setelah ingat kalau ternyata yang menjadi teman sebangku itu adalah cewek yang suka menatapnya dengan lirikan yang tajam, Diaz menggeleng tak setuju.

"Sepertinya bukan cewek itu." jawab Diaz.

"Lo yakin?"

"Yupz, firasat aja."

Ketika Diaz dan teman-temannya sibuk menemukan siapa kemungkinan pemilik suara itu, tiba-tiba ponsel Diaz berdering menandakan ada pesan yang masuk.

Km ga usah dkt2 lg dg Restu klo tdk mau berurusan dg ku.

Bersambung...

AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang