Bagian 5

3K 122 0
                                    

"Culun...?"

Kesalahan. Kesalahan karena Diaz tanpa sengaja menyuarakan apa yang ada di benaknya. Akibatnya semua mata di kelas ini perlahan mulai menatapnya dengan diam tanpa suara. Diaz tidak bisa membiarkan hal ini berlangsung lama.

"So-sorry." tutur Diaz akhirnya.

Diaz memang melakukan kesalahan. Dia sekedar menebak tanpa adanya bukti, hanya mengandalkan pendengaraan tajamnya yang belum tentu kebenarannya.

Tapi daripada memusingkan hal yang seperti ini, Diaz lebih memilih untuk menyembunyikan kepala di kedua lengannya di atas meja seperti kebiasaannya untuk membiarkan mimpi membawanya ke alamnya. Dia bahkan tak peduli siapa yang sedang berbicara di depan sana. Sampai tanpa sengaja dia melihat cewek yang memberikan tatapan tajam padanya.

"Dasar cewek, pengen cari perhatian? Huh!" tutur hati Diaz sambil melanjutkan tidurnya.

"H-hai Aluna, a-aku Restu." sapa cewek berkepang dan berkacamata tebal yang kini menjadi teman sebangku Aluna sambil mengulurkan tangannya.

"Oh hai, Aku Aluna. Bisa juga dipanggil Alun atau Luna." jawab Aluna tersenyum sambil menjabat tangan Restu.

"Baik anak-anak, kita lanjutkan pelajarannya tentang majas."

Pada menit-menit pertama, Aluna masih bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Tapi rasa penasarannya terhadap cowok itu tidak bisa dia pungkiri.

"Restu," bisik Aluna sambil menunjukkan ibu jarinya ke arah belakang. "Siapa?"

Restu sedikit menoleh sambil melihat arah ibu jari Aluna.

"Oh,, i-itu Kak Dipta." jawab Restu sambil berbisik juga.

"Kak?" tanya Aluna sambil mengerutkan keningnya.

Restu mengangguk pasti.

"Bukannya dia sepantaran dengan kita?"

"K-kak Dipta sebenarnya sudah kelas XI."

"Benarkah?" Aluna sedkit terkejut.

"Oh,,, jadi cowok sok tau itu pernah ga naik kelas." lanjut Aluna dalam hati.

"Eit, Kak Dipta punya gue ya. Awas lo kalau lo nyoba deketin dia." sahut cewek yang duduk di bangku depan meja Aluna.

Aluna cuma membalas dengan tatapan datar. "Udah gila ya nih cewek. Cowok sok tau dan ga naik kelas aja dikagumi sampai sebegitunya." tutur Aluna dalam hati.

Suara bel berikutnya menandakan pergantian jam untuk mata pelajaran yang berikutnya. Saat Bu Rahayu yang juga sebagai wali kelas X-5 keluar kelas, kelas menjadi gaduh tak seperti sebelumnya.

"Eh, kalau benar dia culun. Pasti cocok banget deh duduk sama Restu. Restu kan cupu. Jadi pasangan culun dan cupu." teriak salah satu pembuat onar di dalam kelas.

Mood Aluna yang sudah mulai membaik, tiba-tiba berubah karena panggilan itu lagi yang ditujukan pada dirinya. Dan semua ini tidak akan pernah terjadi kalau saja cowok itu tidak memberi panggilan itu padanya.

"Iya nih. Kalau di TV ada upin-ipin, di kelas kita ada culun dan cupu. Hahaha" sahut cewek depan meja Aluna yang sudah memberi peringatan padanya tadi.

"Hahhaha,, huuu..." sahut teman sekelas Aluna yang lain.

Diaz yang baru saja terbangun akibat teriakan pembuat onar di kelasnya, sudah tidak bisa tinggal diam.

"Braakkk..."

Diaz mendebrak mejanya dengan keras.

"Kalian kalo punya mulut tuh dijaga, berisik tau ga."

Diaz langsung keluar dari kelasnya, karena dia yakin dia tidak bisa tidur dengan nyaman lagi di bangkunya.

"Ya,,, ini gara-gara elo sih." semua pada menyalahkan si pembuat onar.

"Yaa,,, sorry-sorry."

Restu yang sedari tadi melihat Aluna yang tiba-tiba terdiam, jadi takut dan merasa bersalah.

"Al-Aluna, maafin aku. Ka-kamu pasti malu sebangku sama aku."

"Ah enggak kok Res. Beneran."

Aluna tidak menyangka Restu berfikiran seperti itu.

"Aku malah beruntung bisa sebangku sama kamu, bukan dengan mereka yang sok tau."

"Ma-makasih Lun. U-untung tadi Kak Dipta sudah membantu."

"Dipta?"

"Membantu?"

"Dia hanya sok peduli menurutku."

Bersambung...

AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang