Bagian 51

929 44 0
                                    

Ciiit.... Braak...

"Astaga,, baru juga kemarin lusa gue bawa ke bengkel nih motor." Seorang pemuda pengendara motor sempat mengumpat sebentar setelah yakin bagian belakang motornya terkena benturan dari apapun yang berada di belakangnya.

Pemuda tersebut hampir saja naik pitam setelah mengetahui pengemudi mobil di belakangnya hanya terdiam tanpa keluar untuk bertanggung jawab atas perbuatannya. Tapi hal itu dia urungkan setelah tau siapa yang berada di dalam mobil dengan kondisi yang masih syok sama seperti dirinya alami beberapa saat sebelumnya.

"Dipta?" ucap pemuda itu.

Pengemudi mobil perlahan menolehkan wajahnya. "Lo ndra?!"

Diaz dengan segera membuka pintu mobilnya dan keluar. Meski sempat berada pada suasana yang kaku, akhirnya Indra bisa segera mencairkannya dengan mencoba mengajak Diaz tos seperti yang biasa mereka lakukan di masa SMA dulu.

"Dua tahun ga barengan, lo lupa apa yang sering kita lakukan dulu Dip?" tanya Indra sambil menunggu Diaz yang tidak segera membalas tosnya.

Bukannya Diaz lupa, tapi dia hanya masih terkejut akhirnya bisa melakukan keseruan ini lagi. "Mana mungkin gue bisa lupa Ndra. Gue yang nyiptain tos ini."

Entah mengapa di tos terakhir saat mereka berpelukan Diaz seakan kembali ke masa-masa SMAnya dulu. Betapa dia merindukan hal ini. Sampai akhirnya dia tersadar bahwa dia habis menabrak bagian belakang motor sahabatnya,  Indra.

"Motor lo Ndra? Sorry banget gue tadi ga fokus."

"Ya elah Dip. Kayak ga kenal motor gue aja. Kan emang udah langganan masuk bengkel."

Diaz jadi teringat masa-masa SMAnya lagi, motor itu emang motor kesayangan Indra. Dikasih uang buat ganti motor saja, Indra bakal lebih memilih mempertahankan motornya.  Meski seminggu bisa sampai tiga kali masuk ke bengkel.

"Yuk, ada cafe deket sini. Lo lagi ga sibuk kan?"

Sebenarnya diaz harus ke kantor menemui ayahnya. Tapi dia ga mungkin menyia-nyiakan waktu saat akhirnya bisa bertemu dengan sahabat lamanya ini. Hitung-hitung buat ganti motor Indra yang sudah dia tabrak.

"Boleh, tapi kita bawa motor lo dulu ke bengkel."

Di cafe,

"Gimana Singapura? Gue ga nyangka lo yang lebih lama di SMA bakal bisa belajar sampe sana. Iri gue sama lo."

"Ah, itu cuma kebetulan aja bokap gue punya rekan kerja disana."

"Kalo hal itu emang bisa dianggep cuma kebetulan. Tapi kalo lo bisa nyelesein study lo hanya dalam waktu setahun, itu bukan kebetulan Dip. Apa motivatornya tetap orang yang sama?"

Entah kenapa Indra tiba-tiba membicarakan hal ini. Sontak Diaz terkejut, dia tidak tau harus menjawab apa.

"A-apa? Ya,, ya tetap sama lah. Alika yang jadi penyemangat gue. I-iya Alika, adik gue."

"Ternyata lo tetep sama Dip. Ga bisa bohong di depan gue." batin Indra

"Em,, Alika ya."

Tiba-tiba terbesit di benak Indra buat ngerjain sahabat lamanya ini.

"Tapi sayang sekali selama lo disana lo ga bisa kita hubungin. Lo bahkan ga bisa dateng di acara penting gue."
lanjut Indra santai.

"Acara penting? Apakah yang Indra maksud adalah acara pernikahannya dengan Aluna? Kalau memang benar, berarti dia sudah tidak punya kesempatan lagi. Sudah tidak ada waktu buat meratapi penyesalan lagi Diaz. Sekarang kamu harus bisa buktikan kalau kamu sudah bisa bersikap dewasa." batin Diaz berkecamuk.

"Oh iya Ndra, nomer gue ganti dan nomer anak-anak yang lain kesimpen di ponsel gue yang dulu. Sorry, gue ga bisa dateng di acara bahagia lo." jawab Diaz santai tapi tetap tidak bisa menutupi keterkejutannya di depan Indra.

"Sok tegar lo Dip." Indra membatin sambil tersenyum.

€€€

"Wah, semangat banget nih bakal ketemu sama pembicara yang masih muda." goda Ratih.

"Apaan sih mbk. Aluna ga sabar aja pengen ngerasain suasana tenang menyejukkan di tempat outbond nanti. Udah kelamaan ngerasain panas di Surabaya."

Perlengkapan Aluna sudah siap semua, dia hanya tinggal menunggu Indra buat nganterin kumpul di jurusan. Tapi rasanya masih ada yang mengganjal hatinya. Tapi dia tidak tau itu apa. Sampai akhirnya lamunannya terhenti karena suara bel motor Indra yang sudah dia hafal.

"Aluna berangkat dulu ya mbk. Salam ke bang cendol. Assalamualaikum."

"Waalaikum salam, hati-hati Lun."

Setelah naik motor beberapa meter, Aluna baru ingat ternyata yang mengganjal hatinya sedari tadi adalah kabar buruk yang belum disampaikan sama abangnya. Mudah-mudahan tidak ada hubungannya dengan acara workshop san outbondnya.

"Kak, motornya habis masuk bengkel lagi? Kok pelat nomernya miring gitu." tanya Aluna saat turun dari boncengannya.

"Oh, itu keserempet sedikit pas di parkiran." Indra sengaja tidak menceritakan kejadian sebenarnya. Dia tidak mau merusak suasana hati Aluna sekarang.

"Oh, kirain habis kecelakaan."

"Ndak kok. Sana kumpul, udah banyak yang dateng  tuh."

"Makasih ya Kak. Aluna kesana dulu."

"Kalo ada apa-apa langsung hubungin gue."

Kedekatan Indra dengan Aluna selama dua tahun terakhir membuatnya selalu protect dengan Aluna. Entah perasaan apa yang dia rasakan, tapi dia ingin selalu menjaga Aluna. Meski dia tau dari dulu sampai sekarang untuk siapa hati Aluna berlabuh.

Di tempat workshop,

"Silahkan duduk di sini."

"Terima kasih. Ya,,, ga kelihatan pembicaranya." tutur Aluna sambil menghembuskan nafasnya keras.

"Yang penting kita masih bisa dengar suaranya." jawab mahasiswi yang tadi mempersilahkan duduk Aluna.

Saat Aluna menoleh, dia tiba-tiba teringat dengan Restu, teman sebangku SMAnya dulu. Badannya yang agak gemuk tapi tetep terlihat cantik. Sekilas sama dengan mahasiswi yang duduk di sebelahnya kini.

"Gimana ya kabar Restu sekarang?"

Sejam berlalu. Aluna menikmati acara ini karena penjelasan dari pembicaranya mudah dimengerti. Awal-awal tadi Aluna seperti mengenal suara pembicara yang kata abangnya masih muda ini. Tapi sayang karena masuknya telat tadi dia tidak bisa mengetahui biografi si pembicara.

"Baik, sekarang masuk  ke sesi pertanyaan. Biar bisa mendapatkan kesempatan semua, saya akan berjalan sampai belakang."

"Asyik,,, akhirnya masih punya kesempatan buat lihat pembicaranya." batin Aluna teriak.

"Ada yang mau ditanyakan Aluna Shafira Achmad?"

Bersambung...

AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang