Bagian 47

1.3K 57 5
                                    

"Culun... "

"Kak Indra jahat banget tau nggk. Aluna benci sama kakak."

Tanpa menanggapi panggilan itu, Aluna lari sekencang-kencangnya.

Kalau diingat lagi betapa keras usaha Aluna setahun ini untuk melupakan seseorang yang memanggilnya dengan panggilan khas tadi. Dia bersyukur saat duduk di kelas XII, ruang kelasnya terletak agak jauh dari ruang kelas orang-orang yang ingin dia hindari. Bahkan agar tidak sampai bertemu dengan mereka, Aluna lebih sering berada di dalam kelas untuk menyibukkan diri. Bekal yang dia bawa dari rumah pun dimakan di dalam kelas setiap hari. Kalau dulu setiap jam istirahat Aluna selalu menyempatkan diri baca-baca  buku di perpustakaan, tapi sekarang dia lebih memilih meminjam beberapa buku dan membacanya di dalam kelas seorang diri. Untungnya juga kegiatan ekstra dan organisasi ditujukan hanya untuk kelas X dan XI, sehingga dia tidak harus aktif lagi di SKI .

Setahun ini Aluna hanya fokus sama keluarga dan kelulusannya. Untuk itu di kesehariannya dia gunakan untuk belajar dan belajar. Dia tidak mau masalah yang menimpanya sebelumnya terus mengganggu fikirannya sehingga berdampak pada sekolahnya. Karena dia ingin segera melanjutkan pendidikannya di salah satu perguruan tinggi yang berada di kota yang sama dengan abangnya sekarang tinggal. Yap di Surabaya.

Mungkin dulu ibu dan simbah berharap Aluna melanjutkan pendidikannya di Jogja juga. Tapi setelah mengetahui kisahnya dengan Diaz, akhirnya Aluna diberi izin untuk melanjutkan di Surabaya. Setidaknya disana masih ada Ershand yang menjaganya. Sudah cukup ibu Aluna melihatnya terpuruk saat kehilangan ayahnya, dia ingin melihat putrinya bahagia meskipun berada di tempat yang jauh darinya.

€€€

Ceklek.. 

"Assalamualaikum Abang Cendol...!"

"Wa'alaikum sa-lam."

Betapa senangnya Aluna bisa mendengar suara abangnya lagi. Setahun ini Ershand memang jarang pulang. Tapi Aluna bersyukur, karena dia tidak tau apa yang bakal dilakukan abangnya setelah tau tentang kisahnya dengan teman-temannya di sekolah.

"Culun...? Benarkah itu kamu?"

Aluna lupa, dia harusnya siap-siap mendengar lagi panggilan ini.

"Iihh,,, Abang Ershand. Sudah Aluna bilang jangan panggil Aluna kayak gitu."

Meski Aluna sedikit kesal, tapi dia langsung menghambur ke dalam pelukan Ershand. Ershand pun langsung mendekapnya dengan erat. Betapa dia merindukan pelukan ini.

"Aluna kangen banget sama Abang."

Aluna sebenarnya juga kangen dengan panggilan itu. Kak Indra benar.

"Abang juga Lun. Bagaimana kabar ibu?" tanya Ershand yang masih memeluk Aluna, sekali-kali mengusap punggungnya.

Kenapa ga tanya kabar Aluna bang. Aluna lagi ga baik.

Aluna melepaskan diri dari pelukan,  kemudian menatap mata Ershand seraya berkata, "Alhamdulillah, ibu sehat Bang. Tapi kadang dia masih memikirkan Bang Ershand. Ibu menunggu kapan Bang Ershand datang ke Jogja sambil membawa kabar gembira." jawab Aluna sambil mengedipkan sebelah matanya.

Mau tidak mau Ershand tersenyum melihat tingkah laku adiknya ini. "Sebenarnya dalam minggu ini Abang udah berencana ke Jogja Lun."

"Benarkah? Menginap kan? Ga cuma mampir?" tanya Aluna antusias.

AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang