Bagian 26

1.6K 74 0
                                    

"Apakah benar selama ini Diaz mendekatinya hanya karena suaranya mirip dengan suara Alika?"

Aluna mengurungkan niatnya untuk menemui teman-teman Diaz. Setelah kemarin dia bertanya-tanya pantaskah dia merasa tidak nyaman ketika melihat kedekatan Diaz dan mantan pacarnya? Sementara dia tidak tau dia dianggap Diaz sebagai apa selama ini. Dan saat ini akhirnya dia mengerti, Diaz hanya menganggapnya sebagai pengganti adiknya, Alika.

"Lah ini yang dibicarain dateng." sahut Indra.

"Loh, mana Aluna?" tanya Diaz sambil mengerutkan keningnya.

"Gue kira lo ga bakalan dateng karena ada urusan sama dia Dip." jawab Rinda.

"Gue ke toilet bentar tadi, dia gue suruh kesini duluan."

"Tapi buktinya dia ga ada disini."

Tiba-tiba ponsel Diaz bergetar.

Culun : aku ga jadi ikut ya, tiba-tiba ibu nelfon katanya ada urusan di rumah. Maaf...  🙏🙏

Tidak biasanya Aluna seperti ini.

Alfa cuek: Seriusan? 😏

Culun: Beneran, nih aku udah di dalam bus. Sampein salam aku buat teman-teman kamu ya. 😊

Alfa cuek: ya udah ati-ati. Salam buat ibu.

Culun: 👌👌👌

"Dia ada urusan, ayo kita cabut."

Aluna akhirnya keluar dari persembunyiannya setelah semua sudah pergi. Dia tidak bisa membendung air matanya lagi. Entah kenapa akhir-akhir ini dia jadi cengeng seperti ini.

"Yang pertama di musholla, terus di UKS, kemarin di cafe, sekarang disini, nanti dimana lagi?"

Aluna terkejut tiba-tiba ada orang yang duduk di sampingnya dan menawarinya sapu tangan. Sapu tangan dengan corak sama tapi warna berbeda.

"Nih pake. Sepertinya gue emang selalu dipertemukan sama lo setiap lo nangis ya? Apa gue ditakdirkan untuk menghapus air mata lo?"

Aluna mendadak menghentikan kegiatannya menghapus air matanya.

"Gue bercanda, lanjutin aja."

Melihat Raka yang memakai kacamata ini, membuat Aluna teringat akan sesuatu.

"Kak, apakah kakak kenal sama kak Nindy?  Dia satu angkatan sama Kak Raka."

"Nindy? Anindya maksud lo?"

"Iya benar, Anindya."

"Kenal lah, deket malah. Lo juga udah pernah ketemu dia."

"Benarkah? Kapan?"

"Lo inget pertama kali kita bertemu di musholla? Ada cewek yang buru-buru ambil wudlu dan akhirnya berjamaah sama lo? Lah cewek itu Anindya."

Aluna benar-benar terkejut sekarang. Jadi Nindy adalah kakak yang mengajak dia sholat bareng waktu itu. Benar-benar Aluna tidak bisa menyainginya.

"Stop Aluna! Ingat kamu cuma dianggep Diaz sebagai adeknya."

"Emang kenapa?"

Aluna cuma menggeleng pelan. "Ga ada apa-apa kok Kak. Cuma tanya aja."

"Sebenarnya gue mulai deket sama dia sejak dia kehilangan ayahnya satu tahun yang lalu. Dia sering curhat ke gue. Kemudian kelas XI nya sekelas, jadi tambah deket deh."

"Tambah deket?"

"Tambah deket sebagai sahabat. Karena gue tau, dari dulu sampai sekarang hatinya cuma untuk satu orang. Adipta."

Tiba-tiba Aluna ingin menangis lagi.

"Kenal kan? dia cukup terkenal di sekolah ini."

"Iya Kak, kebetulan aku satu kelas sama dia. Ga nyangka dia disukai sama Kak Nindy." jawab Aluna dengan enggan.

"Tapi sayang hubungan mereka udah berakhir setahun silam karena kesalahpahaman."

Cukup, Aluna tidak ingin mendengar lagi kisah tentang mereka. Akhirnya dia bertanya langsung tentang intinya.

"Emang kesalahpahaman apa?"

Sebenarnya Raka sudah berjanji pada Nindy untuk tidak membahas hal ini pada orang lain. Tapi dia fikir Aluna bukan orang lain, karena dia yakin empat kali pertemuan mereka yang tanpa sengaja menandakan kalau mereka ada sesuatu.

"Adipta fikir Nindy selingkuh sama gue saat dia lihat gue memeluk Nindy dengan erat. Padahal kejadian sebenarnya adalah gue lagi nolong Nindy saat dia akan di dorong dari atas loteng."

"Didorong?"

"Iya, sebelumnya Nindy dapet pesan kalau Adipta sedang menunggunya di rooftop. Karena saking semangatnya Nindy percaya saja kalau itu pesan dari Adipta. Tapi sampai disana dia hanya seorang diri. Gue yang sedikit penasaran melihat dia buru-buru naik loteng akhirnya gue buntutin dia. Tapi sebelum nyampek sana, tiba-tiba ada cewek jatuh dari atas menimpa gue. Dan ternyata cewek itu adalah Nindy. Dan saat gue menolongnya itulah, Adipta melihat kita."

"Kak Raka lihat siapa yang dorong Kak Nindy."

"Enggak, tapi gue sempet lihat jam tangan yang dipakai orang itu saat itu."

Begitu banyak informasi yang Aluna dapat hari ini. Ternyata kesalahpahaman antara Diaz dan Nindy belum beres. Dan dia tau harus bicara ke siapa sekarang.

Hari ini Aluna pulang sedikit sore. Setelah diajak Raka sholat ashar dulu di musholla, Raka menawarkan diri untuk mengantarkan Aluna pulang karena kebetulan dia membawa mobil. Sampai halte, Aluna lanjut bersepeda seperti biasanya. Tapi tidak jauh dari rumahnya, Aluna melihat pemandangan yang benar-benar tidak diduganya.

"Ah, dua cowok cakep lagi bersitegang."

Bersambung...

AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang