Bagian 7

2.6K 106 0
                                    

"Dia satu kelas sama lo Dipta."

Diaz tidak menyangka teman-temannya menjawabnya dengan berbarengan seperti itu. Dia memang tidak pernah mempedulikan hal apapun di dalam kelasnya, jadi wajar kan kalau dia tidak kenal siapa cewek berkacamata tebal itu.

"Dip, gue seneng akhirnya lo mau memperhatikan hal kecil di sekitar lo. Apalagi itu tentang cewek. Tapi apa lo yakin sama keputusan lo?" tutur Jaya.

Diaz bingung apa yang dimaksud dengan keputusan yang dibicarakan oleh teman-temannya?

"Bener Dip, lo cuma bercanda kan? apa selera lo udah berubah sekarang?" tambah Indra.

"SeleraMaksudnya apa sihKenapa arahnya jadi sampai kesitu?"

"Dip, kita ini temen lo. Kita semua disini pasti mendukung lo. Tapi kita ga yakin bisa dukung lo kalo lo sama cewek berkacamata tebal itu." lanjut Rinda.

Fix, teman-temannya mulai ngelantur sekarang.

"Astaga, sempit sekali sih pikiran kalian. Gue cuma tanya apa kalian kenal sama cewek itu bukan berarti gue bakal menjadikan dia pacar gue. Males ah, gue cabut dulu."

Diaz benar-benar tidak menyangka tentang pemikiran teman-temannya. Kalau tau akan begini, dia tidak akan pernah bertanya tentang hal ini tadi. Tapi dia lebih membenci dirinya sendiri sekarang, kenapa dia mulai bertingkah tidak seperti biasanya akhir-akhir ini. Hanya karena rasa penasaran pada suara yang belum jelas keberadaannya.

Tapi meski Diaz sudah berusaha untuk mengenyahkan rasa penasarannya, tidak dipungkiri kalau sedikit demi sedikit dia mulai mencari kebenaran tentang cewek pemilik suara itu. Dan salah satu caranya, mau tidak mau dia harus mendekati cewek berkacamata tebal yang katanya berada satu kelas dengannya itu.

Karena misi itu, kebiasaan Diaz di dalam kelas pun sudah mulai berubah. Tadinya yang selalu diisi dengan kegiatan tidur di setiap kegiatan pembelajaran, kini Diaz terkadang bangun hanya untuk memastikan keberadaan si cewek berkacamata tebal. Bahkan ada satu hal yang dilakukan Diaz yang sampai membuat terkejut para penghuni kelas.

"Baik anak-anak, seperti di bab sebelumya kalian bentuk kelompok maksimal tiga orang. Kali ini kalian akan membahas tentang penyebaran agama Islam di Indonesia." tutur Bu Siska selaku guru pengampu mata pelajaran Sejarah.

Diaz yang biasanya tetap diam di bangkunya, kini beranjak ke tempat lain. Semua mata penghuni kelas mengarah kepadanya.

"Gue satu kelompok sama lo." tutur Diaz ketika sudah sampai di bangku tempat duduk si cewek berkacamata tebal.

"K-kak Dipta?" Restu sungguh terkejut.

"Loh Kak, Kak Dipta kan sudah jadi kelompok kita sama seperti sebelumnya." sahut cewek yang duduk di depan bangku Restu dan Aluna, tak terima.

"I-iya Kak. Kak Dipta sudah jadi kelompoknya Clara." tutur Restu sedikit ketakutan melihat tatapan tajam Clara.

"Gue pengen cari suasana baru." lanjut Diaz.

Aluna yang mendengarkan perdebatan ini cuma terdiam dan mengembuskan nafas dengan kasar. Padahal rencananya, dia ingin mengajak Restu saja dalam satu kelompoknya.

"Tapi Kak?" protes Clara.

"Udah, lo sama teman sebangku lo. Gue disini sama mereka." jelas Diaz sambil menunjuk ke arah Restu dan Aluna.

"Duh, kenapa harus satu kelompok dengan cowk sok tau ini sih. Sial." batin Aluna kesal.

Clara akhirnya mengalah, tapi dia memberi tatapan tajam pada Restu seakan mengisyaratkan 'tunggu pembalasan dari gue.'

Mendapati itu Restu merasa takut dan langsung menundukkan kepalanya. Aluna yang menyadari hal itu langsung mendekat ke Restu dan berbisik.

"Kamu ga papa Res?"

Restu cuma menggeleng.

"A-aku mau ke belakang dulu." pamit Restu tiba-tiba.

Aluna merasa ada yang janggal antara sikap Clara dan Restu. Tapi dia berharap semua akan baik-baik saja. Dan tinggal satu masalah lagi sekarang, cowok sok tau yang kini duduk di dekatnya.

"Apa lo?" ucap Diaz mendapati lirikan tajam dari Aluna untuk ke sekian kalinya.

Aluna tetap melirik, tanpa berniat membalas ucapan Diaz. Diaz yang dilirik seperti itu, menjadi tidak nyaman.

"Denger, gue ga tau apa masalah lo sama gue. Tapi kalo lo cuma pengen dapet perhatian gue dengan lirikan tajam mata lo itu, lo salah besar."

Bersambung...

AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang