Eternal Love Of Mine - Part 5

2.9K 115 20
                                        

This love is unbreakable, it's unmistakable and each time I look in your eyes
I know why this love is untouchable
I feel that my heart just can't deny,
each time I look in your eyes
Oh baby, I know why this love is unbreakable

(Westlife_Unbreakable)
•••••

Aldevo berlari menyusuri koridor rumah sakit di kawasan W Horrison St. Ia ingin sesegera mungkin menemui kekasihnya. Ia tak habis pikir, kejadian yang menimpa wanitanya itu begitu cepat.

Masih terbesit di benaknya kala Aldevo tengah sampai di lokasi tempat ia bertemu dengan Beby. Saat itu Aldevo hendak menyebrangi jalan. Namun, ia melihat wanitanya terlebih dahulu ingin menghampiri dirinya.

Senyum merekah terpancar dari raut wajah Beby. Hingga sebuah motor melaju dengan cepat menyerempet tubuhnya sampai ia berguling di jalanan. Nafas Aldevo seketika tercekat menyaksikan sendiri apa yang terjadi pada kekasihnya.

Para pejalan kaki yang melihat kejadian itu langsung memanggil ambulance. Bisa Aldevo lihat darah segar mengalir dari pelipis Beby. Dalam sekejap Beby di larikan ke rumah sakit terdekat.

Dalam kekalutan dibalut dengan rasa kecemasan Aldevo mengikuti ambulance dari belakang. Rasanya begitu sesak hingga menghimpit jantungnya.

Dan kini di sinilah ia, berdiri di depan sebuah ruang Unit Gawat Darurat (UGD). Menanti penjelasan dari dokter yang menangani kekasihnya itu.

Tiga puluh menit telah berlalu. Akhirnya dokter yang ditunggu-tunggu datang juga. Aldevo mendekati dokter itu dan berkata, "Dok, bagaimana keadaannya?"

Dokter bername-tag Edward Sculz itu menatap Aldevo sepintas, lalu menghela napas. "Dia tidak apa-apa. Hanya mengalami luka di bagian pelipis. Tapi sudah saya jahit. Untuk saat ini pasien sedang istirahat. Anda bisa melihatnya, tapi jangan mengajaknya bicara dulu, jika dia siuman."

Aldevo mendengarkan penjelasan sang dokter sambil sesekali menganggukan kepalanya untuk merespon pernyataanya.

Setelah selesai menjelaskan, dokter itu pergi dari hadapan Aldevo. Perlahan-lahan Aldevo mendekati pintu ruang UGD tersebut. Ia memutar handle pintunya, seketika aroma obat-obatan nyeruak di penciumannya. Dinginnya pendingin ruangan seolah membekukan hati yang tengah dilanda kecemasan terhadap wanitanya.

Aldevo mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruang UGD yang penuh pasien berbaring. Akal sehatnya melambat akibat proses kerja otaknya diserang rasa panik.

'Honey, kau dimana?' batin Aldevo.

Aldevo menyibak tirai-tirai para pasien satu persatu. Mencari keberadaan wanita yang paling dicintainya.

Bukan...

Bukan...

Ini bukan Beby-nya...

Hingga tirai terakhir di sudut ruangan langsung mengambil alih dari rasa frustasinya. Dengan langkah gontai Aldevo mendekati bangkar itu.

Ketika dirinya sudah mendekat pada bangkar tersebut, ditatapnya wanita berparas cantik itu tertidur dengan tenangnya. Sebelah tangannya dipasangi selang infus yang menggantung di tiang. Kepalanya dibebat oleh kain yang melingkarinya.

Aldevo memposisikan tubuhnya untuk duduk di kursi samping bangkar yang telah disediakan.

'Sayang, maafkan aku. Ini semua terjadi karenaku. Kumohon, kau bangun!' gumam Aldevo lirih.

Aldevo mengelus sebelah tangan Beby yang terbebas. Ia mengecup lembut di sana, memberikan kekuatan untuk kekasihnya. Aldevo berjanji tidak akan meninggalkan Beby sendirian.

Aldevo ingin selalu berada di sisi Beby. Karena jelas kekasihnya itu sudah tak memiliki siapa pun di dunia ini. Hidupnya hanya sebatang kara. Orang tuanya telah lama meninggal. Beby menghidupi dirinya dari hasil jerih payahnya mengajar menari dan juga salah satu penari handal di White Shoes Dance Company. Itulah alasannya Aldevo berkeras hati ingin mempersunting kekasihnya.

Mengikatnya sampai mati, agar ia selamanya berada didekapnya. Aldevo tak akan mampu hidup tanpa Beby.

Ya Tuhan, semoga saja apa yang menimpa pada diri Beby tidak berimbas pada kemampuannya. Terkadang Aldevo merasa takut jika sesuatu terjadi pada kekasihnya itu. Bukan hanya karena kecintaannya saja, tetapi juga karena kemampuannya dalam menari patut diacungi jempol.

Bagi Beby menari seperti hidupnya, nafasnya. Tanpa menari ia tak sanggup lagi melewati segalanya. Itulah yang selalu Aldevo ingat dari perkataan Beby dua tahun silam.

Tapi sial Aldevo membuat Beby celaka. Dan ini membuat hati Aldevo dilanda rasa takut. Takut jika Beby tak mampu menari lagi.

Jangan salahkan pemikiran Aldevo yang begitu kolot. Ini terjadi pada diri Aldevo saat Beby tengah terluka atau mengalami insiden yang dirasanya berbahaya.

Apakah ia perlu memberikan pengawasan yang ketat untuk kekasihnya? Ah, ini tak mungkin.

Beby pasti akan terang-terangan menolak apa yang ia pinta. Lalu, harus apa ia jika Beby sudah berpikiran seperti itu?

Aldevo merasakan jemari yang menggenggam tangan Beby perlahan bergerak.

"Sstt..." sebuah erangan lolos dari bibir Beby.

Aldevo terperangah menatap wajah pucat sang kekasih. Perlahan-lahan ia melihat kelopak mata dari wanita yang dicintainya itu terbuka dengan sempurna.

Beby mengerjapkan matanya. "I-ini dimana?" ucapnya terbata.

Aldevo membelai dengan sayang puncak rambut Beby. "Ini di rumah sakit. Sayang, maafkan aku telah membuatmu seperti ini."

Beby menggelengkan kepalanya tanda ia tak setuju dengan ucapan Aldevo. "Ini bukan salahmu. Ini memang sudah takdirku."

"Tapi tetap saja ini kesalahanku. Harusnya aku yang-"

Beby cepat-cepat membungkam bibir Aldevo dengan jari telunjuknya. "Jangan pernah melawan akan takdir, Aldev. Karena, jika Tuhan telah menggariskan apa yang telah dikehendakinya tidak ada satu pun orang yang mampu mencegahnya. Ini takdir, Aldev. Dan aku baik-baik saja."

Ya Tuhan, dia terbaring di rumah sakit. Dan dia hanya bilang 'Aku baik-baik saja'? Terbuat dari apa hatimu itu Beby hingga begitu pasrah menerima keadaan?

°°°°°

170530
.
.
200214

Eternal Love of MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang