Eternal Love Of Mine - Part 28

1.2K 58 18
                                        

You're so gorgeous
I can't say anything to your face
'Cause look at your face
And I'm so furious
At you for making me feel this way
But what can I say?
You're gorgeous

(Taylor Swift_Gorgeous)
•••••

Havana menyipitkan matanya kala sinar mentari masuk melewat cela jendela kamarnya. Ia bangkit dari ranjang berukuran queen size, lalu melangkah menuju wastafel. Di basuhnya wajah yang tampak kumal itu dengan air yang menyejukkan pori-pori kulitnya.

Setelahnya, ia mengikat tinggi surai cokelatnya menjadi satu. Kemudian memutuskan keluar dari kamar. Sebagai tamu yang menumpang di mansion besar ini, setidaknya ia masih tahu diri untuk tak berpangku tangan saja tanpa berbuat suatu.

Jadi, ia putuskan untuk membantu seperlunya saja. Jikalau tenaganya ini masih dibutuhkan. Mungkin ia dapat membersihkan atau melakukan apapun yang bisa ia kerjakan asalkan tidak menjadi benalu untuk orang yang sudah berbaik hati menampungnya.

"Morning."

Jantungnya nyaris jatuh saat nada bariton dari salah satu penghuni kediaman mengintrupsi langkahnya. Havana menoleh dengan cepat dan menemukan pria itu tersenyum padanya.

"Bagaimana tidurmu semalam? Apakah nyenyak?" tanya Levin dengan sebelah tangan berada di saku celana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagaimana tidurmu semalam? Apakah nyenyak?" tanya Levin dengan sebelah tangan berada di saku celana.

Gadis itu mengamati tiap inci penampilan pria di sampingnya. Dilihat dari sudut manapun, pria ini sungguh mendominasi. Rambutnya yang tertata rapih, setelan giordano yang melekat pas di tubuhnya, sepatu pantopel bermerek ternama, dan tak lupa arloji yang bertengger apik di pergelangan tangannya yang bisa ditafsir bernilai puluhan juta dollar.

Wah, pria di sampingnya ini totally perfect.

"Bagaimana? Apa kau suka tinggal di mansionku?" Sekali lagi Levin bertanya.

Namun, sepertinya fokus gadis itu tak mengarah padanya. Terbukti dari kedua kalinya ia bertanya, gadis itu masih hanyut dalam lamunannya.

Levin berjalan selangkah mendekati Havana, tangannya terulur mengetuk kening gadis itu hingga mengaduh.

"Apakah aku tampan?" bisik Levin tepat di sebelah telinga gadis itu.

Gadis itu membolakan matanya lalu melirik Levin sekilas. "Tidak." jawabnya cepat.

Havana memejamkan matanya. Sungguh rasanya tak sopan sekali mengamati pria beristri secara terang-terangan, bukan? Ini permulaan yang sangat memalukan.

Menundukkan kepalanya, Havana merasa sangat bersalah. Tak sepatutnya ia bersikap seperti itu.

Levin tersenyum memerhatikan gadis itu. Sikapnya sangat natural dan polos. Berbeda dengan wanita yang akhir-akhir ini berkeliaran di dekatnya. Mereka seperti ular yang membelit lehernya lalu dalam sekejap menunjukkan bisanya.

"Kau ingin kemana?" tanya Levin melihat kelinglungan gadis itu. "Kalau kau ingin ke bawah, kau bisa ambil sebelah kiri. Kalau kau ingin ke kamarku, kau bisa ambil sebelah kanan."

Melirik sekilas, Havana langsung mengambil arah ke sebelah kiri tepat seperti perkataan pria itu. Namun, sayangnya langkahnya terhenti ketika dengan seenaknya pria itu membodohi ya.

"Hahaha... Aku baru ingat arah ke bawah bukan ke sana tapi ke sebelah kanan."

Damn, pria itu mengelabuinya.

Havana menghentakkan kakinya, lalu berjalan cepat melewati sang pemilik mansion. Berlama-lama dengan pria itu akan membuatnya terlihat semakin bodoh.

"Wajahmu lucu sekali saat kutipu. Tolong kau pertahankan." ujar Levin menyusul gadis ke bawah.

Havana berdecak. "Sama sekali tidak lucu, Tuan." ujarnya ketika berada di undakan ke delapan.

Levin lantas menyamakan langkahnya dengan gadis itu. "Kau mau kemana? Pagi-pagi sekali sudah bangun. Kenapa kau tidak tidur saja?"

Havana menghentikan langkahnya, menatap pria itu tanpa ekspresi. "Aku tidak bisa hanya diam dan menunggu seseorang mengasihaniku. Aku harus melakukan sesuatu yang bisa kulakukan agar tak membebani seseorang."

Jawaban dari gadis itu sukses membuatnya terkesima. Levin menatap intens iris hazel Havana. Begitu teduh, tenang, dan terasa hangat. Entah mengapa ia seolah merasa terjebak pada ruang teduh dalam iris hazel gadis itu. Mengomando dirinya agar merasakan kehangatan di setiap suasana di dekatnya.

Tanpa Levin sadari gadis itu telah pergi meninggalkan dirinya. Sendirian.

'Ya Tuhan, gadis itu menyihirku.'

°°°°°

171123
.
.
200418

200418

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Eternal Love of MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang