Judul Awal: In The Name Of Love
Aldevo Archelaus sangat mencintai kekasihnya, Beby Owen. Namun, naasnya kekasihnya menghilang dalam suatu insiden dan tak pernah kembali lagi. Hingga datang satu titik dimana ia merasa putus asa dan patah arang.
• • •...
Oh simple thing where have you gone? I'm getting old and I need something to rely on So tell me when you're gonna let me in I'm getting tired and I need somewhere to begin
And if you have a minute why don't we go Talk about it somewhere only we know? This could be the end of everything So why don't we go Somewhere only we know? Somewhere only we know?
(Keane_Somewhere only we know) •••••
Aldevo meremas surai cokelatnya dengan kesal. Harusnya saat kejadian itu ia lebih erat memegang tangan Beby. Harusnya saat itu ia mencari kekasihnya lebih dalam lagi. Bahkan seharusnya saat itu ia tak perlu mengajak Beby untuk menyelam bersamanya.
Ini semua salahnya. Aldevo penyebabnya. Aldevo yang membuat Beby menghilang dan mungkin saja sekarang gadis itu sudah mati. Ini semua tidak akan terjadi, jika ia yang memintanya.
"Beby...!!!"
Aldevo meraung layaknya orang tak waras. Tepatnya ia sudah gila memikirkan nasib Beby. Ia mencoba bangkit dari bangkar, lalu menarik selang infus yang tertancap di urat nadinya. Ia bahkan tak memperdulikan rasa sakit yang dirasakannya.
"Aldev, kau mau kemana? Kau belum sembuh, Nak!" Grice Archelaus mencegah anaknya untuk bangkit berdiri. Ia menahan lengan putranya meskipun terus memberontak.
"Lepaskan aku, Mom. Aku harus mencari Beby. Beby membutuhkanku. Tolong lepaskan aku!" Aldevo terus memberontak hendak melepaskan tangannya dari cengkraman sang ibu.
Sepanjang apa yang dilakukan oleh Aldevo tak pernah lepas dari pengamatan Jevand dan sang ayah, O'niel Archelaus. Sang ayah yang melihat itu diam-diam keluar dari ruangan kamar sang putra. Ia bergegas memanggil dokter maupun perawat jaga di bagian station perawat.
Tak berselang lama, sang dokter diikuti oleh para perawat dibelakangnya memasuki ruang perawatan Aldevo. Sang dokter menerima sebuah suntikan dari perawat yang tepat berada di sampingnya.
Aldevo mengamuk juga berteriak seperti orang gila. Ia terus menyerukan nama 'Beby' dan berharap dapat menyusulnya.
Sang perawat yang bertugas cukup kesulitan ketika hendak membantu dokter menyuntik. Pasalnya, pasien tak bisa diam. Dengan terpaksa Grice dan O'niel Archelaus harus memegangi erat tangan Aldevo di sisi masing-masing. Hingga ia tak mampu bergerak. Kesempatan itu dipergunakan dengan cepat oleh sang dokter untuk menyuntik Aldevo.
Semenit kemudian, kesadaran Aldevo berangsur hilang. Perawat membaringkan tubuh Aldevo ke bangkar, lalu memasangkan kembali selang infus di pergelangan tangannya.
"Tuan dan Nyonya, saya minta agar pasien tolong dijaga lebih ketat lagi. Kondisinya saat ini sangat tidak stabil dan membutuhkan banyak istirahat. Saya harap pasien tidak memikirkan hal yang membuatnya strees, karena itu akan berimbas pada kinerja otaknya," tutur sang dokter bername tag, dr. Oliver Holt.
O'niel Archelaus menatap anaknya yang terbaring lemah di atas bangkar. Lantas mengiyakan ucapan dokter tersebut. Di sampingnya, sang istri terus saja menghapus kelopak matanya yang tidak berhenti melinangkan air matanya.
Di sudut jendela berdiri seorang pria dengan tangan dimasukkan ke dalam saku celananya. Pandangannya lurus menatap sang kakak yang terbaring di atas bangkar. Terbersit di sebagian hatinya merasakan sakit yang sama seperti dengan Aldevo. Sebagian lagi hati lainnya merasa senang karena kakaknya menderita akibat ulahnya sendiri.
Sungguh Jevand tak ingin membenci kakaknya. Tetapi keadaan yang membuatnya berubah sejauh ini.
'Kurasa apa yang kau rasakan saat ini tidak sebanding dengan apa yang dirasakan dengan Beby, Kak!' batin Jevand.
Drrtt... Drrrttt...
Getaran dari ponselnya seketika membuyarkan pemikirannya. Jevand lantas berjalan ke arah luar ruangan kamar Aldevo. Kemudian mengangkat telponnya sebelum getaran itu semakin lama bergetar.
"Ada apa?"
"Maaf Boss sampai saat ini kami belum bisa menemukan korban."
"Jika belum ditemukan cari terus sampai dapat. Ingat, jangan pernah menghubungiku lagi jika kalian belum mendapatkan hasilnya. Paham?"
"Paham, Boss."
Sambungan telpon pun terputus. Jevand meremas surai cokelatnya dengan kasar. Harus dengan cara apalagi ia menemukan Beby. Ia telah mengerahkan seluruh orang kepercayaannya untuk mencari gadis itu. Bahkan ia mendatangkan penyelam handal untuk membantu pencarian Beby.
Namun, hasilnya masih saja nihil. Tak ada jejak kepergian gadis itu.
Hah, sebenarnya kemana perginya wanita itu?
°°°°°
170907 . . 200311
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.