Judul Awal: In The Name Of Love
Aldevo Archelaus sangat mencintai kekasihnya, Beby Owen. Namun, naasnya kekasihnya menghilang dalam suatu insiden dan tak pernah kembali lagi. Hingga datang satu titik dimana ia merasa putus asa dan patah arang.
• • •...
Give me reasons we should be complete You should be with him, I can'tcompete You looked at me like I was someone else, oh well Can't you see? (Can't you see?) I don't wanna slow dance (I don't want to slow dance) In the dark Dark
(Joji_Slow Dancing In The Dark) •••••
Aldevo terjaga di keheningan malam. Rasa gelisah tak mau pergi dari dirinya. Sejak menginjakkan kaki di mansion, pikiran kusutnya tak lepas dari wanita sialan itu. Hanya dalam tempo singkat wanita tersebut berani-beraninya meminta sesuatu yang gila.
Satu tangannya naik menyentuh keningnya yang berdenyut. Ini gila. Perjodohan ini gila. Dan, wanita itu gila.
Dalam sekali tatapan saja Aldevo dapat membaca, jika wanita itu tak mudah untuk diintimidasi. Pesonanya begitu kuat untuk menjatuhkan seseorang. Alih-alih wanita itu akan tunduk, malah sebaliknya ia yang akan bersujud di hadapannya.
Ini tidak bisa dibiarkan. Harga dirinya seolah dilucuti.
Wanita itu ingin sebuah permainan?
Baiklah, akan ia kabulkan permintaannya. Akan ia ciptakan permainan hati yang nantinya membuat wanita itu sengsara, jatuh sejatuh-jatuhnya hingga nyaris tak mampu bangkit lagi, karena jeratnya.
Wanita itu, his new toy.
Aldevo bangkit dari ranjang, berjalan lurus ke arah lemari pendingin. Lalu, menenggak minuman menyejukkan itu langsung dari botolnya. Langkahnya lantas menuntunnya menuju nakas di samping ranjang. Menarik laci dari dalam, ia keluarkan sebuah handycam.
Membuka layar LCD, jemarinya bermain lincah menekan icon pencarian, lalu dalam sekejap layar berukuran 3 inch itu menampilkan video seorang wanita cantik tengah meliukkan anggota tubuhnya.
Wanita itu meloncat indah, kemudian berputar sembari jemari lentiknya bermain terampil. Durasi waktunya cukup lama. Namun, ia tak pernah bosan mengulang kembali rekaman itu. Sebagian kenangan yang tersisa dari hati yang mendamba.
"Beby..."
Ia sebut nama wanita itu, ketika malam kelam menyapanya. Seolah ia ingin membagi keluh kesahnya.
Selalu seperti ini, semenjak kepergiannya. Keheningan selalu membunuhnya dan pada akhirnya ia akan berteman dengan sepi. Namun, kini...
Wanita itu, sumber masalah baru dalam hidupnya. Dia datang membawa sebuah penawaran, lalu meminta tanpa basa-basi. Terkutuklah, dia.
Setelah malam berlalu dan sengatan matahari terasa menusuk kulitnya, dari radius seratus meter manik hijaunya mampu mengenali siluet ramping bergaun pendek tersebut. Dia—wanita itu tengah menggandeng mesra seorang pria.
Shit, apalagi ini?
Astaga, sudah berapa kali Aldevo mengumpat akhir-akhir ini? Ah, sepertinya tak terhingga.
Ribuan jarum seperti menyerbu menyakiti saraf otaknya. Memborbardir dirinya dengan pertanyaan tak terjawab. Siapa pria itu? Apakah dia kekasihnya? Atau salah satu pria skandalnya?
Argh, ini tidak bisa dibiarkan, jika perandaian itu benar sepenuhnya. Lalu, bagaimana nasibnya? Tidak mungkin ia tersisih begitu saja, kan? Pasti tidak demikian.
Menghancurkan pikiran kemelutnya, Aldevo singkirkan segera pemikiran buruk mengenai wanita itu. Ya, mungkin saja pria itu hanya kerabatnya atau bisa saja dia sahabatnya.
Tapi jika diperhatikan kembali, rasa-rasanya tidak akan mungkin bila seorang kerabat bertingkah laku semesra itu.
Damn, Aldevo harus mengkonfirmasinya sendiri.
Detik berikutnya, Aldevo melempar serbet di pangkuannya. Lalu bangkit dari kursi yang didudukinya.
"Kau sudah selesai, Dev?" tanya Scott memperhatikan pergerakan sahabatnya. Saat ini mereka tengah menikmati makan siang di salah satu restoran di kawasan W Lake St.
Secara tiba-tiba pria itu menunjukkan raut mengeras. Padahal sebelumnya dia masih baik-baik saja. Dan, apa ini? Dia ingin meninggalkannya sendirian! Kenapa lagi manusia itu?
"Kau mau kemana?"
Aldevo melirik sekilas pada Scott yang menatapnya kesal. "Ada sesuatu yang perlu aku selidiki."
Meletakkan beberapa lembar dollar di atas meja, Aldevo biarkan pria itu sendiri menikmati makan siangnya. Setidaknya ia masih tahu diri untuk memperingan kantong sahabatnya.
Dengan langkah cepat ia tinggalkan restoran tersebut, dan terus melangkah mengikuti kemana arah pandangnya. Hampir saja Aldevo kehilangan jejaknya, namun sepertinya dewi fortuna sedang berbaik hati padanya.
Tepat di tikungan kanan dekat lampu merah pemberhentian, sepasang manusia yang belum jelas statusnya berjalan menyeberangi jalan. Mereka kemudian masuk ke salah satu boutique terdekat.
Tanpa membuang waktu Aldevo ikuti pergerakan mereka. Tak perduli bagaimana tanggapan orang lain menilainya. Sungguh ia tak perduli, rasa penasarannya kian meninggi pada wanita itu.
Sedikit membetulkan jas yang dikenakannya, Aldevo mendorong pintu kaca yang hendak ia masuki. Iris hijaunya langsung menyusuri keadaan sekitar.
Wanita itu tak ada di mana pun.
Tidak puas dengan hasil buruannya, Aldevo edarkan kembali pandangannya. Hingga sosok yang dicarinya keluar dari fitting room. Wanita itu tampak memamerkan apa yang dikenakannya pada teman lelakinya, namun hanya direspon gelengan kepala saja. Segera Aldevo bersembunyi di balik pilar terdekat.
Lalu wanita itu mengganti beberapa kali pakaiannya sampai Aldevo rasa pria yang menemaninya merasa jengah. Usai pertunjukan show dadakan yang dilakukannya, wanita itu berbisik pada pria yang menemaninya. Shit, mengapa mereka begitu dekat.
Berjalan menjauh, Aldevo pandangi kembali kemana perginya wanita itu dan mengikutinya. Refleks, kakinya terasa mati kutu ketika pintu berlogo ladies menghentikannya.
Akan ada banyak cara agar wanita itu melihatnya. Dan, akan ada banyak waktu bagaimana wanita itu terpikat olehnya.
Tepat ketika pintu terbuka, Aldevo tersenyum menyambut kemunculannya. "Ditemukan. Ternyata kau ada di sini."
"K-kau."
°°°°°
200611
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.