Eternal Love Of Mine - Part 47

672 31 1
                                        

So fuck this love callin' my name
Get out of my veins
If you need your space, then just walk away
You know how to fuck me up, then make it okay
I guess that's your just game, and I'm the one who gets played
Again, and again, and again, and again

(Camila Cabello_This Love)
•••••

Aldevo keluar dari mansion. Langsung menuju mobil sport hitamnya. Melaju dengan cepat menembus jalanan kota Chicago yang nampak lenggang untuk malam ini. Sebelum akhirnya berhenti tepat di basemant sebuah restoran.

The Signature Room at the 95th, tempat di mana janji temunya dengan wanita yang akan dijodohkan olehnya diadakan. Mengikuti segala kehendak, ketika kebebasannya patut dikorbankan demi sebuah nama keluarga yang telah membesarkannya hingga kini.

Aldevo bersumpah bahkan merutuki nasibnya yang naas ketika pilihan jatuh padanya. Namun alih-alih larut dalam kenestapaan Aldevo berbesar hati mengambil jalan buntu dengan setengah hati menjalani proses perjodohan.

Memilih sengaja datang lebih dulu dalam pertemuan itu. Aldevo sempat dibuat penasaran dengan wujud paras sang calon istri kelak. Akankah dia mampu menandingi kecantikan 'wanitanya' atau hanya wajah berparas pas-pasan.

Jelas, jika wanita itu terbukti seperti bayangannya, tak perduli berapa kekayaan yang akan diperolehnya. Aldevo bersumpah akan melayangkan gugatan cerai pada wanita itu. Dan, kembali menunggu 'Beby' datang padanya. Tak perduli berapa tahun telah berlalu, cinta itu tak akan pernah padam untuk wanitanya.

Aldevo berjalan menuju meja pesanan yang telah diinformasikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aldevo berjalan menuju meja pesanan yang telah diinformasikan. Tiba di tempat, seorang waiter bertugas menuangkan wine pada meja kosong langsung menyambutnya.

"Welcome to The Signature Room, Sir. Ada yang bisa saya bantu?" tanya wanita berambut pirang itu sembari menarik kursi untuk Aldevo.

"Tolong berikan aku americano. Thanks." mengangguk, wanita itu pamit undur diri.

Cukup lama Aldevo menanti kedatangan keluarga dari kedua belah pihak. Sampai satu persatu dari mereka muncul mengisi kekosongan kursi yang mendadak membuatnya tegang. Tak ayal sekujur tubuh Aldevo menggigil ketika iris hijaunya bertemu pandang dengan pria tua bernetra cokelat pekat tersebut.

"Senang bertemu denganmu Aldevo Archelaus," pria tua bernama Dany Wellington, menjabat tangannya erat.

Aldevo bergeming sesaat, sebelum akhirnya menjawab. "Saya jauh merasa terhormat bisa bertemu dengan anda, Sir."

"Soonkau harus memanggilku Daddy, Nak! Ingat, kau akan menjadi bagian dalam Wellington," ujarnya sembari terkekeh nyaring.

Pembicaraan lalu berlanjut membahas politik perekonomian global yang rasanya tak pernah habis diperbincangkan. Kepala Aldevo rasanya mau pecah setiap kali dua pria diatas generasinya ini tak henti-hentinya membahas kurs yang sebentar naik dan turun.

Oh, rasanya ia ingin kabur saat ini juga. Tapi tak akan etis jika ia pergi sebelum bertemu dengan wanita yang katanya adalah calon istrinya.

Dimana wanita itu sekarang?

Apakah wanita itu lupa jika dia memiliki pertemuan sepenting ini? Atau wanita itu sengaja tak menampakkan batang hidungnya dengan kata lain, dia melarikan diri dari perjodohan ini? Hah, yang benar saja.

Ini hampir menginjak dua jam, dan wanita itu masih belum muncul juga. Aldevo mulai melirik pria tua di hadapannya. Guratan samar pada rahangnya memperjelas bagaimana emosinya kini.

Mendorong mundur kursi yang didudukinya, Dany Wellington berjalan menjauh meninggalkan tamunya.

Dari kejauhan Aldevo melihat pria itu sedang menghubungi seseorang. Mimik wajahnya berubah cepat, seolah menjelaskan jika saat ini dia sedang meluapkan kekesalannya. Beberapa menit berikutnya, dia kembali dengan wajah seperti sebelumnya.

Wow, Aldevo dibuat terpana oleh kestabilan pria tua itu. Bagaimana bisa dia mengontrol emosinya dalam sepersekian detik? Padahal beberapa menit sebelumnya ia baru saja melihat bagaimana pria itu meledak-ledak mengeluarkan emosinya. Wah, Dia luar biasa.

Menit demi menit berlalu, Aldevo melihat seulas senyum terbit dari sudut bibir pria tua tersebut. "Itu dia," ujar Danny Wellington menunjukkan sesuatu yang dibanggakannya.

Menoleh, Aldevo seakan membeku. Dia seperti merasa Dejavu di satu tempat.

Wanita itu dengan percaya dirinya berjalan menuju bangku kosong. Dalam setiap langkah yang diambil wanita itu Aldevo bersumpah untuk kali ini ia sedang tak berhalusinasi. Wanita itu masih hidup. Wanita itu berada di sini. Dan, kini dia tengah berjalan mendekatinya.

Owh, Shit, andai ini hanya halusinasi sementara tolong jangan bangunkan aku dari mimpi yang manis ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Owh, Shit, andai ini hanya halusinasi sementara tolong jangan bangunkan aku dari mimpi yang manis ini.

°°°°°

191208
.
.
200516

* Menurut kalian cerita ini gimana sih?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

* Menurut kalian cerita ini gimana sih?

Jangan lupa Vote+Komen ya.
Thank U 😘

Eternal Love of MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang