Eternal Love Of Mine - Part 42

1.2K 41 0
                                        

Oh, I hope some day I'll make it out of here.
Even if it takes all night or a hundred years.
Need a place to hide, but I can't find one near.
Wanna feel alive, outside I can fight my fear.

Isn't it lovely, all alone.
Heart made of glass, my mind of stone.
Tear me to pieces, skin and bone.
Hello, welcome home.

(Billie Eilish ft. Khalid_Lovely)
•••••

- R E V I S I -

Aldevo berbaring pada sofa mungil di ruang tengah penthouse milik Scott Blanco. Matanya terpejam, sebelah jari telunjuknya terpasang photoplethysmography (PPG) yang terhubung dengan sebuah MacBook.

Dr. Alexander Grissham menatap cardiograph yang bergerak tak beraturan. Dipandanginya layar persegi panjang tersebut, sesekali menatap pasien merangkap sahabat dari sepupunya itu. Sekilas nampak biasa. Namun, siapa yang menduga akan ada ribuan belati yang siap menghunus pertahanan tubuhnya.

"Panas?" Alex mengajukan pertanyaan sambil menumpukan kedua kakinya.

"Gairah." Aldevo meresponnya.

Indikator pada layar MacBook menunjukan adanya peningkatan tekanan darah dalam arteri. Hal ini membuat rasa penasaran Alex meningkat. Ia kembali mengajukan pertanyaan pada Aldevo.

"Nightclub?" direspon Aldevo dengan, "Beby."

"Sentuhan?" direspon Aldevo dengan, "Dingin."

Alex menatap wajah Aldevo yang memucat. Sepertinya rasa yang berbulan-bulan lalu telah dilalui pasiennya, kini kembali menghantui. Tekanan darah itu naik dan turun tanpa stabil.

Dari hasil observasinya, Alex menjelaskan bahwa kondisi psikis Aldevo tengah berada pada kondisi yang sangat sensitif, tapi respon stress-nya masih sama seperti biasa.

"Apa kau merasa kurang sehat?" tanya Alex.

Aldevo membuka matanya, lalu menatap Alex yang memperhatikannya dengan lekat. "Entahlah, aku merasa pasokan udaraku meningkat setiap kali melihatnya."

"Siapa yang kau lihat?"

Aldevo diam sejenak. Menimbang-nimbang apakah perlu ia mengatakan pada dokternya itu. Tapi, ia putuskan untuk mengatakannya juga. "Beby."

Alex merubah posisi duduknya. "Apa yang kau lihat saat bertemu dengannya?"

"Dia menari dengan gaun ketatnya. Aku terpesona, lalu menciumnya." ujarnya.

Alex mengerutkan dahinya dalam. "Kau yakin itu 'Beby'-mu? Bisa saja itu hanya halusinasimu semata?"

Aldevo menggeleng keras, seolah tak menerima tanggapan yang kenyataannya memang benar adanya. "Apa kau juga berpikir sama seperti saudaramu itu?"

"Maksudmu?"

Aldevo bangkit dari sofa yang didudukinya. Ia melepas alat yang menjepit salah satu jarinya dengan paksa. "Aku tahu apa yang kalian pikirkan. Aku tahu apa yang kukatakan mustahil untuk kalian pahami. Jadi, kurasa percuma aku melakukan terapi ini. Jika aku sendiri belum mampu memusnahkannya."

Setelah mengatakan itu Aldevo meninggalkan penthouse Scott dengan amarah yang tak tertahankan. Menyendiri dalam kesunyian, sepertinya hal itu yang kini ia butuhkan.

Eternal Love of MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang