"Kakak tau Hanbin kan?" Tanya Rani mengulat di tengah kasur Jongin dengan Jongin di tepi nya. Kadang Jongin heran sendiri. Adik nya sudah sebesar ini dan masih saja manja. Apa memang sifat wanita?
"Hmm.."
"Kata Soonyoung dia suka sama aku kak."
Kemudian diam. Rani menunggu respon Jongin sedangkan pria itu justru menunggu kelanjutan kalimat Rani.
"Jadi gimana?" Tanya gadis itu tidak sabar
"Apa yang gimana? Kakak nungguin dari tadi"
"Hiiihh Rani juga nungguin respon kakak dari tadi. Nggak kaget ato apa gitu?"
"Mau kaget gimana dek? Udah keliatan banget Hanbin tuh naksir kamu. Kamu nya aja nggak peka an. Atau sebenernya nggak mau peka." Sahut Jongin
Rani merasakan dada nya dipenuhi gema. Bahkan kakak laki laki nya mengatakan hal yang serupa dengan Soonyoung.
Memori nya memutar tiap kejadian yang dimana Hanbin sering ada didekat nya. Menegur nya, menyemangati nya, satu satu nya yang mendukung gadis itu bahkan saat Soonyoung menghakimi nya. Hanbin juga yang sering kerepotan saat Rani tiba tiba sakit di kampus selain Soonyoung, saat pemuda itu sering ikut meramaikan request di radio kampus. Atau saat pemuda itu selalu mengingatkan tugas padanya. Dan mana kala dia orang yang sesekali membeli barang atau makanan untuk Rani dengan dalih 'lagi banyak duit, bunda gua ulang tahun' dan semacam nya.
Rani menggigiti bibir nya gelisah.
"Kok kakak gak pernah bilang?"
"Dek, bukan kakak yang gak pernah bilang. Kamu aja yang gak pernah mau di bahas, dan bilang cuma temen baik. Soonyoung juga ngomong gitu kalo dia bahas Hanbin ke kamu." Sahut Jongin sambil menopang dagu nya dengan tangan yang bertumpu di nakas tepat di sebelah pemuda itu, menatapi adik nya yang gelisah sendiri.
"Yakan Rani pikir sama kayak Soonyoung kak. Orang Soonyoung sering juga ngasih ngasih barang. Di repotin juga" sahut Rani
"Jangan ngasih pembelaan deh. Masa nggak sadar. Beda dong Soonyoung sama Hanbin. Hanbin bukan temen yang sudah kamu kenal lama."
Rani mendesah pelan. Sekarang membenarkan semua perkataan Jongin dan Soonyoung. Dia yang memang kurang memperhatikan sekitar nya. Tapi.......bukan tanpa alasan.
Ada seseorang. Orang yang bagi Rani punya magnet besar. Orang yang mati matian ingin sekali di gapai nya. Namun mati matian pula ditahan nya perasaan itu. Sosok yang membuat Rani secara tidak sadar selalu melangkah ketempat orang itu berada.
Ten. Orang ini menarik perhatian nya terlalu kuat hingga sering membuat nya masa bodo dengan orang di sekitar nya. Hingga membuat tidak hanya satu atau dua pemuda yang di acuhkan nya seperti Hanbin. Karena Ten juga yang membuat Rani mampu perlahan menerima hubungan kak Myungsoo dan kak Exy.
Jongin mengusap kening adik nya pelan.
"Dek sudah malem. Minum susu sana biar bisa tidur"
Rani mengerjap, kakak nya tahu dia akan sulit tidur malam ini dengan banyak sekali hal yang akan berputar di kepala nya.
☺☺☺
Ten sekarang ada di kantin dengan Doyoung dan Hanbin. Pemuda itu menangkap mata Hanbin yang sesekali mencuri pandang ke meja yang tak jauh dari mereka. Dimana ada Soonyoung dengan formasi lengkap bersama teman sepermainan nya.
Kelompok mereka memang tampak paling ribut di kantin. Entah apa yang selalau mereka bahas. Utama nya Jennie dan Daniel yang sekelas dengan Ten.
"Liatin apa an sih bin. Serius banget" tegur Ten sambil menyeruput teh manis nya
"Hah?"
"Oh enggak. Tuh ribut banget" saut Hanbin agak tergagap, segera menguasai ekspresi wajah nya.Ten tahu betul apa yang diperhatikan Hanbin. Dia hanya merasa tidak begitu suka saat Hanbin memandangi gadis yang duduk bersandar pada Yujin.
"Cabut yok. Bentar lagi kelas" ajak Ten pada Doyoung yang segera di angguki pemuda itu
Setelah berpamitan pada Hanbin, dua pemuda itu beranjak dari kantin. Tapi baru beberapa meter, Ten mendengar derap lari dari arah belakang. Awal nya tidak begitu peduli hingga suara itu menghentikkan langkah nya dan Doyoung.
"Yang"
Kedua nya sama menoleh kebelakang dan mendapati Yujin berhenti tepat di hadapan Doyoung dengan Rani yang mengekor berjalan pelan agak jauh dari mereka.
Doyoung yang di panggil dengan sebutan itu menatap datar gadis mungil dihadapan nya.
"Nanti pulang bareng ya. Aku tungguin." Ajak Yujin setengah memelas
"Kelas gua lama"
"Nggak papa, kita perlu ngobrol"
"Terserah" sahut Doyoung dingin, memutar balik tubuh nya dan melangkah tidak peduli.
Ten sampai terkejut melihat respon Doyoung pada Yujin. Dia tahu pasti mereka sedang ada masalah. Tapi baru kali ini Ten mendapati Doyoung sedingin itu pada Yujin.
Yujin menghela nafas, menahan emosi yang hampir meluap menjadi tangis mendapati kekasih nya semarah itu dengan respon dingin.
"Sabar ya. Pasti ada jalan keluar nya kok" ucap gadis di samping Yujin, menyemangati sahabat nya satu itu, walau wajah Yujin tetap murung. Kepala nya bahkan enggan mengangguk, rasa ragu menyelimuti nya
"Beranten ya sama Doyoung. Sabar ya Jin," Ten ikut memberi simpati nya sambil menepuk pelan lengan teman SMP nya itu
"Ten bisa minta tolong?"
"Nanti pas kelas lu udah selesai tolong tahan Doyoung sampe gua dateng. Chat gua juga kalo kelas kalian udah kelar. " pinta Yujin memelas, sedikit kesal karena hari ini jadwal kelas terakhir mereka berbeda.Ten meringis, menggosok punggung leher nya pelan.
"Sorry, bukan nggak mau Jin. Pulang ini gua ada janji sama Chungha. Jadi langsung cabut, gua gak bisa."
Ten masih memasang wajah bersalah nya, sedangkan Yujin hanya mengangguk mengerti walaupun bahu nya semakin menurun.
"Tapi sebelum kelas bubar ntar gua chat deh" ucap Ten, tidak tega melihat wajah berharap Yujin barusan.
Gadis itu tersenyum tulus menghargai usaha Ten untuk tetap membantu.
Sedangkan gadis di samping Yujin bungkam dengan seribu pertanyaan di kepala nya yang tidak bisa dia keluarkan barang sepatah katapun.
____________________________
Kenapa nggak janjian sama gua aja sih Ten? Gua ajakin sahur on the road dah 😂😂😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Ten -au ✔
FanfictionTerlalu lama hang on, bikin susah move on. -R Hanya sebuah hayalan babu yang kurang belayan.g :"")) Best rank #1 in chittapon Cover by @mocaramel ❤ Start : May, 2017 End : July, 2017 ©neoculturetechno