26.

4.2K 681 53
                                    

"Ran" panggil Ten menyadari gadis itu hampir terlelap

"Hmm?"

"Digantungin tuh capek nggak?" Tanya nya membuat Rani terjaga, reflek menegakkan kepalanya. Kantuknya lenyap seketika mendengar suara rendah pemuda ini. "Capek pasti ya, hehehe kok gua nanya sih"

"Goblo"

"Hush !"

Rani mengatupkan bibir mendengar teguran Ten tapi berusaha tidak peduli kemudian kembali menjatuhkan kepala nya dipundak Ten dengan nyaman. Mata nya tak lantas terpejam. Gadis itu mengigiti bibir gelisah. Menurutnya ini kesempatan terakhir, Rani akan menanggung hasilnya apapun itu. Yang jelas dia harus jujur saat ini juga.

Tapi saat bibirnya hampir terbuka, Ten mendahului.

"Ran, jujur gu... gua sayang sama lu, lebih dari sekedar temen. Gua... gua pengen kita punya hubungan yang jelas. Gua capek gini-gini terus sama lu. Tijel."

Langkah pemuda itu berhenti karena mereka memang sudah sampai diujung jalan. Rani turun dari punggung Ten, menatap pemuda yang sekarang berbalik menghadap kearahnya.

"Maaf, kalo gua selama ini nggak pernah bikin effort lebih supaya hubungan kita lebih jelas. Tapi gua juga nggak ngerti apa yang gua tunggu. Gua cuma ngerasa lu pengen nyampein sesuatu sama gua. Sampe bikin gua harus nunggu dulu."

Ini kali kedua Rani tersentak mendengar kalimat Ten. Pemuda ini, membaca bahasa tubuhnya dengan sangat baik. Rani dibuat takjub sendiri. Gadis itu kemudian berdeham menetralkan suara yang agak bergetar.

"Iya, udah lama gua pengen bilang ini. Tapi selalu nggak bisa. Ketahan, gua juga nggak ngerti apa yang nahan gua." Rani membasahi bibir nya. Gugup. "Gua... juga sayang sama lo. Gua, pengen bareng lo terus. Tapi saat gua sadar gua sayang sama lo, gua takut." Gadis itu menjeda, reflek merunduk menyembunyikan rona diwajah nya

"Gua takut gua belum cukup baik buat lo." Ucap nya polos "kedengerannya norak emang. Tapi begitu adanya. Gua pernah patah hati bahkan sebelum menikmati cinta, jadi apa sekarang gua udah cukup baik supaya nggak patah lagi?"

"Dan kemaren, saat pertama Chungha datang. Gua semakin ragu. Gua bukan orang yang ngerti lo sebaik Chungha. Gua bukan orang yang kenal lo selama Chungha. Dan hal itu terus bikin gua ngebandingin diri gua dengan orang orang disekitar lo. Like a loser."

Rani kembali menggigiti bibirnya dengan gelisah. Menunggu respon Ten yang dengan setia mendengarkan racauannya.

Ten tersenyum tipis. Tangannya terangkat, menapak diatas kepala Rani mengusapnya pelan.

"Lo bukan Chungha, atau siapapun. Lo itu Rani. Buat apa jadi orang lain kalo gua sukanya Rani yang apa adanya. Kita masih bisa belajar mengenal lebih dalem lagi. Nggak perlu ngebandingin diri lu sama yang lain." Ten meraih tubuh gadis itu. Membawa kedalam pelukannya "gua sayang sama lu karena lu Rani. Kalo lu bukan Rani, mungkin gua nggak akan sayang sama lu." Dan itu kalimat terbaik sepanjang masa yang pernah Rani dengar. Membuat gadis itu hampir menangis haru dalam pelukan Ten

Ten mengurai pelukannya mengusap kening gadis itu lembut.

"Mulai sekarang kalo ada yang tanya hubungan lu sama gua, lu tinggal bilang 'iya, dia pacar gua' nggak usah bingung kaya kemaren kemaren"

"Cheesy banget"

💞💞💞

"KAK JONGIN, INI KENAPA ADEKNYA SENYUM SENYUM SAMA HAPE?" teriak Jaemin diambang pintu kamar Rani membuat gadis yang sedang gegoleran diranjangnya mendelik sebal

"KAK JONGIN, INI KENAPA ADEKNYA GANGGU BANGET? BISA DI MUSNAHIN NGGAK?" Rani balas berteriak membuat pagi yang tenang dikediaman keluarga Kim sepenuhnya musnah.

Jongin sendiri hanya melengos mendengar adik-adiknya berteriak saling mengejek. Tapi akhirnya melepas apron dan naik keatas menuju kamar Rani.

Rani dan Jaemin yang sudah saling berebut handphone jadi memisahkan diri. Takut sendiri melihat kakaknya datang dengan wajah garang. Walau satu sama lain masih sempat saling menyalahkan.

"Bisa nggak sehari aja jangan berantem? Pusing kakak dengernya. Nggak malu udah pada gede berantem terus, kedengeran tetangga?" Omel Jongin sambil memperhatikan adik-adiknya yang merapikan pakaian masing-masing. "Turun sarapan. Nggak usah ribut" titahnya kemudian keluar dari kamar Rani sambil menggerutu.

"Kakak pacaran kan?"

"Berisik. Turun sana, ntar telat" sahut Rani galak

Jaemin menghela nafas tapi menurut juga untuk turun, duduk dimeja makan dengan menu sarapan buatan Jongin. Disusul Rani yang sudah rapi.

"Kak Rani pacaran" celetuk Jaemin saat Rani baru meminum susunya. Membuat gadis itu mendelik.

Jongin menatap Rani yang sekarang menatap sengit Jaemin.

"Bener dek?" Tanya Jongin

"Iya bener, tadi dia senyam senyum liatin hape, terus ada sayang sayangnya di chat tuh." Sahut Jaemin lancar

"Hush ! Fitnah. Nggak ada sayang sayangan sok tau kamu anak kecil"

"Hih, emang bener kok."

Rani melengos, malas melanjutkan. Kemudian fokus pada sarapannya.

"Sama siapa dek?" Tanya Jongin lagi

Rani menoleh menatap kedua saudaranya bergantian. Jaemin dengan tatapan sengitnya dan Jongin dengan tatapan menyelidiknya.

"Nanti dia jemput kok"

Jaemin jadi gemas sendiri. Dia tidak suka ada rahasia diantara mereka bertiga. Tidak ada yang boleh ditutupi sekecil apapun masalahnya. Sedangkan Jongin hanya menghela nafas, sebenarnya penasaran juga.

"Nggak usah sok misterius jadi orang tuh"

"Apasih? Nggak sabaran banget. Dibilangin nanti dia jemput juga" sahut Rani sewot

"Jaem, sarapannya. Nanti telat sekolah." Tegur Jongin membuat Jaemin mau tidak mau menurut.

Dan ketika mereka sudah menyelesaikan sarapan, bel rumah berbunyi. Rani melompat begitu saja segera menuju pintu depan di ikuti Jaemin dan Jongin.

"Dah siap?" Tanya Ten saat gadis itu membuka pintu dengan senyum lebar.

"Udah. Bentar pamit dulu"

Saat berbalik Rani mendapati Jaemin dan Jongin berdiri di belakang nya.

"Kak pergi dulu ya. Siang udah pulang kok. Ntar langsung ke distro" pamit Rani

Tapi Jaemin segera melewati Rani dengan brutal membuat gadis itu hampir jatuh dengan tidak elegan. Untungnya dia menggunakan flatshoes.

"Mana pacar kakak? Mana?" Serang Jaemin. Tapi matanya justru mendapati Ten tersenyum aneh kearahnya "eh ada kak Ten. Jemput kakak ya? Loh katanya dijemput pacarnya?"

"Kak, ini adeknya kebanyakan makan micin ya? Kok bolot gini? Tanya Rani dan hanya dapat gelengan prihatin dari Jongin

"Loh berarti KAK TEN????"

😆😆😆😆😆😆

Ten -au ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang