22.

4.1K 667 22
                                    

Disinilah Rani sekarang. Duduk distarbuck sambil menyedot cappucino nya, menoleh beberapa kali kearah pintu masuk. Padahal baru 5 menit tapi hati nya sudah sangat gusar.

Ten. Pemuda itu menelpon dan bilang mereka harus bertemu malam ini, setelah dia selesai dengan urusan nya.

Dan yang luar biasa adalah, pemuda itu menelpon keponsel nya sendiri dengan ponsel Rani. Artinya, dia mengetahui password ponsel gadis itu? Tapi tahu dari mana????? Dan apa dia sudah melihat isi nya?

Rani jadi mengingat-ingat, apa ada sesuatu yang aneh yang dia simpan? Tidak ada seingat nya, hanya memo pengeluaran bulanan nya yang harus dia rahasiakan. Ya, dia rahasiakan dari saudara laki-lakinya.

"Heh? Ran? Ngelamun aja, kesambet ntar" ucap seorang pemuda yang sudah duduk manis di depan nya, dengan segelas cappucino yang sama.

"Lah? Ten? Kapan dateng?" Tanya nya linglung

Ten tersenyum lebar, tidak menjawab, hanya memperhatikan gadis yang masih memasang wajah dengan ekspresi lucu.

"Hiiiiiiiihhhh malah ngelamun," ucap Rani gemas, antara salah tingkah dan kesal karena di pandangi begitu.

Gadis itu mengacung-acungkan ponsel di tangan nya ke arah Ten.

"Nih, ponsel lu. Mana punya gua?" Tanya nya tidak sabaran

"Nggak mau tanya dulu, gimana gua bisa nelpon dari ponsel lu?"

Rani terdiam, jadi menurunkan tangan nya. Kembali menaruh ponsel Ten di meja. Merunduk, mengaduk cappucino yang tinggal setengah. Sedangkan Ten ikut menyedot minuman nya tanpa mengalihkan atensi dari gadis itu.

"Ya mau tanya dari tadi, lu tau dari mana password handphone gua? Terus lu liat isi nya nggak?" Tanya Rani masih merunduk, tapi ekor matanya melirik tajam.

"Password nya terlalu gampang, awal nya gua nggak tahu, tapi pas nyoba malah langsung bisa" sahut Ten

"Darimana lu tahu tanggal ulang tahun gua?" Tanya Rani lagi menatap lurus ke mata Ten

"Rahasia dong" sahut Ten berikut cengiran nya

Rani berdecak, ingin mencubit Ten. Tapi di tahan nya, ingin cepat pergi dari sana.

"Sini, mana handphone gua" tagih nya

"Jalan-jalan dulu yok" ajak Ten

"Lain kali deh, gua pengen pulang" sahut Rani yang sebenar nya agak kaget mendengar ajakan Ten barusan

"Nggak gua balikin handphone lu" ancam Ten tenang membuat gadis dihadapan nya mengerjap kaget, "buat apa gua ngajak keluar, kalo lo langsung pulang? Buat apa juga, gua nuker handphone kita, kalo lo bisa gua ajak pergi tanpa penolakkan?"

Rani membelalak tidak tahan mencubit lengan Ten, membuat empu nya lengan meringis sakit minta di lepaskan.

"Adududududuhhhh astaga ampun iya iya maaf"

Rani melepas cubitan nya, mendengus kesal, membiarkan Ten tetap meringis mengusap lengan nya yang berdenyut sakit.

"Kuker banget Ten, sumpah" keluh Rani memijit pelan kening nya pusing.

"Ya mau gimana lagi. Lu batalin tawaran kak Yuta buat jadi mc, lu berhenti siaran di radio, lu selalu puter arah kalo liat gua, lu nggak mau gua anter pulang, lu ngehindarin gue?" Tembak Ten tak tertahan.

Rani menatap pemuda itu terkejut. Gelagapan sendiri dengan kalimat panjang dari Ten

"Eng-enggak, apaan sih Ten"

"Jadi apa?"

Rani merasa kesulitan mengambil nafas, benar-benar hilang kata karena nyata nya apa yang dikatakan Ten memang benar.

"Nggak usah ngeles kaya bajaj" ucap Ten mendorong pelan kening Rani dengan telunjuk nya, "ayok jalan dulu"

Rani menghela nafas, menatap Ten pasrah dengan dada berdegup.

***

Ten menggenggam jemari Rani membuat gadis itu mengalihkan pandangan dari atraksi pria yang seakan menyemburkan api dengan mulut nya di tengah kerumunan. Wajah nya memerah dengan perut yang tergelitik bagai di penuhi kupu-kupu.

Rani mencoba menarik tangan nya, tapi Ten menahan. Bahkan sampai mereka keluar dari kerumunan manusia yang berkeliling membuat lingkaran pada pertunjukkan karnaval.

"Ten?"

"Hmm"

"Tangan gua gerah" ucap Rani beralasan, walau memang telapak tangan gadis itu mulai berkeringat.

Ten berhenti, melepas genggaman nya, mengusap telapak tangan gadis nya dengan kaos yang ia kenakan. Lalu meniupkan udara disana.

Rani berdebar, belum pernah dapat perlakuan semanis itu. Tapi bisa di bilang konyol. Mengundang senyum nya mengembang dengan tawa tertahan.

Ten sendiri tidak peduli. Kembali menggenggam jemari Rani dan menarik nya pergi. Berjalan santai menyusuri tiap stan makanan dan games.

"Lu bosen ya?" Tanya Rani membuat Ten menoleh

"Bosen kenapa?"

"Bosen dirumah. Sampe ngajak gua jalan gini?"

"Apa menurut lu karena bosen doang gua ngajak lu jalan?" Ten balik bertanya.

Langkah nya terhenti, menghadap Rani sepenuh nya. Menatap gadis itu serius.

"Berhenti pura-pura nggak tahu apa maksud gua."

Rani tertunduk, tahu betul apa maksud Ten karena memang dia yang memancing pembicaraan ini.

"Apa yang salah? Apa gua yang salah?"

Rani masih bungkam, fokus hanya pada pundak Ten. Karena mata bisa membuat Rani lumpuh begitu saja.

"Apa yang lu dapetin setelah 3 bulan jauhin gua? Apa lu pikir gua sebodoh itu sampe nggak ngerti tatapan mata lo selama ini?"

"Ten.."

"Jelasin, apa yang salah?" Ulang Ten tangannya menyentuh lembut dagu Rani, mengangkat nya. Menatap lurus mata gadis itu dengan tatapan teduh.

Wajah Rani memerah. Dia memang sadar bahwa Ten sudah mengetahui perasaan nya. Tapi, mendapatkan pernyataan langsung itu tetap memalukan.

"Nggak ada kayanya" sahut Rani berusaha terdengar yakin

Ten mengacak gemas rambut Rani, walau sebenarnya lebih ingin mengacak-acak wajahnya.

"Pulang yok" ajak Rani

Dengan wajah setenang itu, Rani merasakan hati nya berteriak memberontak.

Tidak, ini tidak benar. Bibir nya ingin mengungkapkan semua kebenaran. Betapa dia merasa lelah mengaggumi dalam diam.

Dan dari kebiasaan memperhatikan, dapat berubah sebesar ini. Sebesar keinginan nya ingin bersama pemuda ini.

Tapi semakin besar perasaan nya, rasa ragu mulai membesar pula. Apakah dia sudah cukup baik untuk Ten? Sebaik apa? Terlebih ada Chungha disana. Gadis yang jauh lebih dulu mengenal dan mengerti Ten.

Sayangnya pertanyaan-pertanyaan semacam itu baru terlintas setelah dia yang terlalu lama terlena mengagumi.

Dan saat salah satu bagian otak nya memberikan perintah untuk 'move on' justru sudah terlambat.

🐦🐦🐦

Ten -au ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang