15.

4.4K 730 2
                                    

Hanbin kehilangan kesabaran. Pemuda itu segera meraih pergelangan tangan Rani dan membawa gadis itu tanpa pamit.

"Eh eh bin tunggu dulu" gadis itu jadi panik sendiri, tapi mau tak mau hanya tertarik pasrah di bawa Hanbin masuk ke mobil di seberang jalan. Hanya sempat melambaikan tangan untuk berpamitan pada Ten dan Chungha. Rani sempat melihat Chungha membalas lambaian nya dan tidak menunggu waktu lama mobil itu segera melaju pergi.

"Ih, gua kan jadi belum sempet pamit tadi. Nggak sopan" protes Rani

"Nanti aja. Ada yang lebih penting. Gua sama yang lain udah dari tadi nyari in lu. Kebetulan tadi gua lewat situ." Sahut Hanbin tenang, berbanding terbalik dengan wajah nya yang masih menyisakan cemas.

Rani hanya mencuatkan bibir. Memilih diam tidak banyak berkomenter. Sampai akhir nya mobil Hanbin sampai di depan pagar rumah Rani.

"Ya Tuhannnnn.. Hanbin, gua takut" rengek gadis itu sambil menarik narik lengan Hanbin gemas

Hanbin menatap nya sendu, menghela nafas pelan kemudian meraih pundak sempit Rani, membuat mereka mau tak mau saling berhadapan.

"Kak Jongin gak bakal marah, percaya sama gua."

"Bin, ini sampe elu yang ikut nyari gua, kakak pasti marah besar ini"

"Nggak. Percaya sama gua." Hanbin tetap meyakinkan gadis itu. Menepuk pelan puncak kepala nya.

"Kak?"

Rani menoleh mendapati adik nya diam diambang pintu membuat Rani diam-diam meneguk air liur nya gugup.

"Dari mana aja? Ayo masuk, kak Jongin nungguin" ajak Jaemin datar

Rani semakin ketar ketir. Jaemin adik nya yang biasa penuh ekspresi sekarang malah tampak flat dan susah di tebak. Ini salah satu pertanda buruk.

"Gua pulang dulu ya. Kalo ada apa-apa telpon aja." Ucap Hanbin

Setelah mengucapkan terima kasih, Rani masuk mengekori Jaemin. Matanya segera menangkap kak Jongin diruang tengah duduk dengan ekspresi serius.

Merasa ada yang datang Jongin segera menoleh. Mendapati adik perempuan nya menghampiri dengan kepala merunduk. Hati pemuda itu langsung perih.

"Dek, darimana?" Tanya Jongin pelan

Rani tersentak, biasa nya Jongin pasti akan langsung marah-marah dengan kalimat pedas. Tapi sekarang kakak nya itu justru bertanya dengan intonasi lembut.

"Sudah makan belum? Kalo belum makan dulu, tadi kak Soojung dateng, sempet masak." Lanjut pemuda itu kemudian beranjak menghampiri Rani yang semakin merunduk kan kepalanya.

"Besok-besok jangan pulang telat lagi. Sampe larut begini." Ucap nya seraya mengusap lembut pucuk kepala Rani, membuat gadis itu sempat berpikir Hanbin sudah menghipnotis kedua saudara nya sebelum mengantar nya pulang tadi.

Jongin beralih menghampiri Jaemin yang bersandar di dinding menatapi punggung kakak perempuan nya.

"Kasih tau Soonyoung sama Daniel suruh pulang aja. Makasih udah bantuin, Rani nya udah pulang" Jongin menepuk pundak Jaemin, mengusap puncak kepala nya penuh sayang kemudian beranjak memasuki kamarnya.

Rani hanya mengerjap pelan. Entah kenapa jadi merasa was was.

________

Jaemin memasuki kamar kakak perempuan nya. Mendapati gadis itu duduk di meja belajar nya seusai mandi dan makan malan barusan.

"Kak" panggil Jaemin langsung merebahkan diri nya di kasur dengan kaki berjuntai "lagi apa?"

"Beresin buku buat besok" sahut Rani singkat "kak Jongin mana?"

"Di kamar nya. Telponan" sahut Jaemin

"Sama sapa? Malem gini? Emang kak Soojung belum tidur?" Rani sedikit mengerutkan kening, ingat pasti bahwa Soojung tidak biasa tidur larut jika tidak benar2 di perlukan.

"Telponan sama om Jungsoo, kakak nya mamah. Inget?"

Rani sempat menghentikan gerakan tangan nya sejenak, rahangnya otomatis mengeras. Namun tetap berusaha terlihat tenang.

"Ngapain nelpon. Malem-malem ganggu orang aja" sahut Rani dengan nada tidak suka

"Ngabarin keadaan di Rumah sakit doang" sahut Jaemin lagi membuat Rani benar benar menghentikan aktifitas nya.

Ini dia, pasti ada sesuatu yang buruk. Firasat nya belum pernah salah mengenai sikap saudara nya yang tadi tampak muram.

"Siapa yang sakit?" Tanya gadis itu pelan, pelan sekali.

Jaemin diam, bukan tidak mendengar. Sedikit tidak siap dengan respon Rani setelah ini. Bocah itu hanya menghela nafas berat, menatap langit langit kamar Rani.

Rani berbalik. Menatap serius adik nya yang masih enggan buka suara. Hati nya semakin was-was

®®®®®®®

"Ten?" Panggil Chungha

"Hnn"

"Lu nonton film apa ngelamun? Dari tadi kaya nya ngelamun mulu"

Ten merunduk sebentar lalu kembali mengangkat wajah nya, menatap tv yang menayangkan film tengah malam.

"Nggak" sahut Ten

"Kepikiran cewe tadi? Rani itu?" Chungha menyahut tanpa menoleh seakan bisa membaca pikiran Ten yang memang tensi nya sedikit menurun setelah pulang dari minimarket.

Ten menoleh, gadis cantik ini memang paling mengerti diri nya.

"Chat aja kalo khawatir tuh. Jangan diem kaya bekicot"

Ten mendecak kesal tapi detik berikut nya tangan nya segera meraih ponsel di samping kotak besar jus Mangga. Membuka room chat yang sejak awal kosong. Setelah berpikir beberapa saat akhir nya jemari Ten mulai mengetik pesan dan segera mengirim nya sebelum kehilangan nyali. Namun hingga 10 menit belum ada tanda read di chat nya. Membuat Ten menaruh kembali ponsel nya dan benar-benar menikmati film tengah malam nya bersama Chungha.

Sedangkan gadis di samping Ten sibuk mengunyah dan meneguk jus nya, berusaha tidak peduli bahkan setelah Ten menaruh ponsel nya lagi.

€€€€€€€€€€€€€€€

Ten -au ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang