18.

4.4K 714 10
                                    

Rani merebahkan kepala nya di atas meja kelas. Pening yang mendera tak lagi tertahan kan. Perut nya mual dan perih. Minyak angin aromatherapi yang sejak tadi dioleskan di pelipis dan sekitar leher nya tak lantas mengurangi rasa tidak nyaman nya.

Rani tahu mag nya pasti sedang kambuh. Setengah gelas susu dari gelas Jaemin tadi pagi tidak membantu sama sekali. Dia harus makan sesuatu, meminum obat nya. Atau paling tidak segelas teh hangat bisa membuat perut nya lebih baik.

"Ehem, Miss Rani" tegur dosen berkebangsaan Amerika di depan kelas

Mau tidak mau Rani mengangkat kepala nya perlahan. Pusing dan mual kembali mendominasi membuat pandangan nya memburam.

Gadis itu hanya mengernyit menanggapi sindiran pedas Mr. Chris, memijat pelan kening nya dan berusaha fokus. Menahan rasa sakit dengan menggigiti bibir nya, berharap dapat sedikit lagi lebih kuat dengan peluh dingin yang mengalir. Wajah nya sudah cukup pucat dan tidak ada yang cukup peka kecuali Soonyoung yang duduk jauh di depan nya.

Pemuda itu tampak khawatir,tapi posisi mereka tidak dalam keadaan yang menguntungkan. Mereka harus bersabar sampai kelas selesai.

💪💪💪

"Nggak sarapan ya lu?" Tembak Soonyoung memapah gadis yang tampak kehilangan suara hanya untuk menyahuti

Soonyoung sendiri tidak mengharapkan jawaban melihat Rani yang tampak berusaha mempertahankan kesadaran nya.

Pemuda itu menduduk kan Rani di bangku panjang di bawah pohon. Yakin gadis itu tak lagi kuat berjalan, mengambil alih ransel Rani, menggendong nya di depan tubuh.

"Gua telponin Yujin, kata Daniel 1 jam lagi dia ada kelas. Kaya nya udah dikampus. Jan kemana-mana, gua beliin minum dulu." Titah Soonyoung sambil jari nya sibuk dengan handphone sedikit berlari menuju kantin yang sudah tidak begitu jauh lagi.

Gadis itu mengusap-usap perut nya yang semakin perih dan mual. Kemudian dia mulai bersendawa kecil. Rasa nya seperti ada gas asam yang meledak di perut nya, sendawa nya benar benar menganggu.

Rani melihat Yujin yang setengah berlari menghampiri nya. Begitu gadis itu sampai, dia segera meraih bahu Rani yang melemah dengan pandangan tak fokus.

"Ran? Mag lagi? Soonyoung mana?" Mengusap pelan kening sahabat nya itu

Dan dalam hitungan detik gadis itu segera kehilangan kesadaran nya.

😢😢😢

"Kok bisa pingsan?" Tanya Daniel yang baru sampai di klinik dekat kampus mereka.

Ya, Yujin membawa Rani ke klinik untuk dapat perawatan.

"Iya, si bego nggak sarapan. Udah tau lemah masih sok kuat" sahut Jennie di samping Rani. Benar-benar kesal

Sedangkan si sakit yang sudah sadar hanya melirik tanpa minat. Pusing masih tersisa, tenggorokkan dan perut nya pun belum terasa nyaman walau sudah tidak seburuk tadi.

"Gua sampe kaget tadi Rani pingsan. Gua kira ngibul, nggak tau nya beneran huhuhu" Yujin bergeleng pelan meratapi nasib

"Terus siapa yang ngangkat? Soonyoung?" Tanya Daniel lagi kini ikut duduk di sisi Rani, memijat pelan kening gadis itu yang menunjuk-nunjuk kepala nya. Meminta Daniel memijat, pijatan tangan Daniel itu ajaib. Memijat nya random, tapi lebih mujarab dari obat2 sakit kepala.

"Ten, kebetulan tadi gua bareng" sahut Yujin "tapi tadi udah pergi, nemenin Chungha ngurus kuliah. " lanjut nya sambil mengawasi raut wajah Rani

Daniel hanya mengangguk.

"Ck, kak Jongin masih lama nggak sih?" Tanya Jennie begitu melihat Soonyoung masuk

"Nggak bisa jemput. Sudah di rumah sakit sama Jaemin kata nya. Sebentar lagi kak Jae jempuy. Kebetulan deket sini. Sekalian jemput Joy"

Wajah Rani langsung berubah masam mendengar kak Jae akan menjemput. Tidak, dia bukan nya benci. Hanya saja pasti tidak nyaman duduk semobil dengan kedua sepupu nya. Dulu saat dia dan saudara nya terpuruk mereka careless, jadi rasa nya asing jika Jae tiba tiba peduli.

"Ck, kenapa? Siapa yang nyuruh kak Jae jemput gua!?" Tanya Rani

"Kak Jongin" sahut Soonyoung pelan, berusaha bicara selembut mungkin. Prihatin

Tidak lama Jaehyung benar-benar muncul. Pemuda berkaca mata itu masuk dengan wajah sendu. Tidak secerah biasa nya.

"Dek sakit apa?" Tanya Jae berdiri di samping Daniel. Daniel tentu saja tahu diri. Baru saja ingin beranjak mempersilahkan kakak sepupu sahabat nya untuk duduk, Rani justru menahan nya.

"Mau kemana sih lo. Kepala gua masih sakit" ucap Rani membuat Daniel ciut mendengar nada suara Rani yang seperti nya sangat kesal

"Kak Jae, Ran.." Cicit Daniel

Rani hampir menyemprot Daniel kalau Jae tidak menepuk pundak Daniel, tersenyum.

"Nggak papa. Gua nggak lama juga kok" sahut Jae

"Kakak duluan aja. Aku nggak papa, nanti nebeng Daniel ato nggak Soonyoung" ucap Rani datar

"Bareng kakak aja dek. Sekalian mau ke Rumah sakit"

"Aku masih ada kelas, sampe jam 2 nanti"

"Absen aja dulu. Kamu sakit gitu." Sahut Jae sabar

"Nggak papa, bentaran juga baikan." sahut Rani lagi

Jae menghela nafas. Adik sepupu yang dulu selalu bersikap manis dan penurut, sekarang justru selalu menghindar dari nya.

"Ayah kamu sebentar lagi masum ruang operasi. Ayo ikut kakak ke rumah sakit. Ya?" Ajak Jae lagi selembut mungkin. Melihat gadis itu seketika membeku dia tahu Rani tidak akan menolak. Tapi Jae harus siap jika setelah ini kondisi adik sepupu nya ini justru semakin tidak stabil

😢😢😢

Ten -au ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang