13.

4.7K 778 17
                                    

Rani merapatkan punggung pada sandaran kursi. Kembali melempar pandangan keluar jendela sambil menopang dagu nya dengan siku bertumpu dimeja.

Terlihat sangat tenang. Tapi hati nya bergemuruh hebat begitu kalimat terakhir tadi lolos dari bibirnya. Seakan mengakui bahwa kenangan masa lalu benar membuat gadis ini hampir mati rasa. Sampai sulit baginya membaca perasaan nya sendiri.

Dua gadis yang duduk di ranjang itu hanya menatap Rani prihatin. Mereka memang tahu cerita masa lalu Rani. Gadis itu harus belajar mengurus rumah dan dua saudara laki-laki nya sendiri. Padahal mereka masih memiliki orang tua.

Jennie bahkan pernah bertukar cerita dengan Joy. Gadis dengan julukan Ratu Gosip dimana-mana, saudara sepupu Rani dari keluarga sang ibu.

"Ran, mau gua telponin Soonyoung?" Tanya Yujin hati-hati

Rani menoleh, senyum nya mengembang. Rani yang terlihat tenang kadang lebih mengkhawatirkan dari pada Rani yang konyol pecicilan, yang sehari minimal 5 kali tersandung kaki nya sendiri.

"Nggak usah. Gua mau jalan kaki aja. Ntar naik bis"

"Tapi udah malem"

"Nggak papa"

Yujin dan Jennie hanya mengangguk mengiyakan.

®®®®®®

"Lu bawa bom ya Chung? Berat gila" keluh Ten yang menyeret koper besar milik Chungha masuk ke rumah Ten

"Iya. Bom panci" sahut Chungha santai sambil berjalan mendahului Ten masuk kerumah. Langsung menyerbu ibu dan ayah Ten. Disusul Tern yang berlonjak girang melihat Chungha sudah sampai.

"Kak, kak Chungha nya sekamar aku aja. Anterin kopernya ke kamar ku" ucap Ten begitu kembali dari kamar tamu

"Nyeeeeettttt kenapa nggak bilang dari tadi sih?" Keluh Ten

"Yaelah Ten, cuma mindahin koper doang udah lebay. Gimana kalo disuruh pindah hati cobak?" Chungha mendorong-dorong bahu Ten

Ten mendengus kesal. Masalah nya kamar tamu tuh di lantai bawah, lah kamar Tern sebelahan sama kamar Ten di lantai dua. Dan KOPER NYA CHUNGHA TUH BERAT BANGET. WAJAR DONG NGELUH YA???

Tapi akhirnya tetap dipindahkan juga oleh Ten. Malas berdebat ria dengan gadis gadis itu. Dia pasti tersudut.

______

"Ten," panggil Chungha dari pintu kamar Ten yng terbuka membuat pemuda itu menoleh

Ten menggerakkan kepalanya menyahuti, merubah posisi tengkurap menjadi duduk sempurna di tepi tempat tidur.

Chungha masuk membiarkan pintu kamar terbuka. Menarik kursi dari meja belajar. Duduk disana sambil memeluk sandaran kursi.

"Ayo cerita" pinta Chungha

"Cerita apa?" Ten jadi tertawa melihat gadis itu tampak merengut kecil, menggemaskan.

"Cewek yang waktu itu kata lu suka ngeliatin lu" ucap Chungha sedikit tidak sabar

"Lu dulu deh. Katanya ada cowok yang suka stalking in lu?" Sahut Ten

"Iihhh itu nggak penting. Ntar aja cerita lu dulu. Gua penasaran gila"

"Mau mulai cerita dari mana?" Tanya Ten

"Terserah." Sahut Chungha antusias

Ten tampak sedikit berpikir. Ada banyak yang bisa dia ceritkan. Semua hal menarik, membuat pemuda itu tidak tahan untuk tersenyum mengingat nya. Tapi dia ingat awal dimana dia menyadari gadis ini memperhatikan nya.

"Waktu itu dia siaran di radio kampus. Dia bilang gini, 'Teruntuk kakak baik. Jangan terlalu baik kak, nanti banyak yang baper. Aku nggak di baik in aja baper huhuh' . Pas hari itu gua minjemin laptop ke Yujin, Yujin yang kegirangan sampe meluk gua"

Chungha mengatupkan rapat bibir nya berusaha tidak menginterupsi dengan suara tawa. Namun Ten cukup tahu wajah cantik itu menahan tawa entah karena kalimat nya yg mana.

"Ck, apasih Chung?" Protes Ten tidak terima yang hanya di balas tawa renyah dari gadis cantik itu
"Gua nggak sengaja liat dia nunduk malingin muka sibuk sama hape nya. Padahal yang lain udah ketawa ngeledek. Dan gua liat Yujin muka nya jadi merah."

"Dan entah kenapa, semakin gua perhatiin dia emang sering ada di sekitar gua." Sambung Ten "Gua aja nggak ngerti kenapa tiba-tiba gua perhatiin dia. Asik, orang nya ceroboh, konyol juga kaya lu"

"Hayo kenapa hayo. Apa kamu mulai berpaling dariku? Tapi masih nyari yang mirip mirip aku" Goda Chungha sambil berkedip genit

"Geli Chung geli"

"Halah, geli geli tapi sukak"

Ten bergidik, tapi tawa nya tidak dapat di tahan. Ini yang membuat Ten betah bersahabat dengan gadis dihadapan nya ini. Walaupun garing, dia tidak pernah kehilangan cara untuk mempertahankan senyum nya.

Chungha menahan nafas sejenak sebelum akhirnya ikut tertawa. Rasanya bahagia mendengar pemuda itu bercerita tanpa melepas senyum, tapi sesak lebih mendominan. Membuat hati nya terasa di remas kuat oleh tangan tak kasat mata. Sakit. Pemuda ini tak melepas senyum saat menceritakan gadis lain dengan nya.

__________

Yah yah? Mbak Chung nya baper?? Kok gua nggak tega?😟😟
Apa Ten buat Chungha aja ya? Eh tapi sayang deng. Sama aa' Yuta aja mau tidak? Huhuhu

Ten -au ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang