"Mama.." Gumam nya pelan dengan mata basah dan tenggorokkan sakit. Pertahanan nya runtuh melihat senyum luka sang ibu saat menanggapi kicauan ayah nya yang tidak jelas.
Kaki nya melangkah mundur perlahan dari ambang pintu. Memilih duduk di depan ruang rawat. Rani menggigit bibir bawah nya kuat, berusaha menahan air mata yang tetap tumpah ruah tak tertahan kan. Hati nya remuk redam, rasa nya benar benar sakit tak berbentuk lagi.
Gadis itu terlalu larut dalam tangis sampai tak peduli dengan suara langkah kaki yang mendekat dan berhenti tepat dihadapan nya.
"Rani? Lu kenapa??" Sapa nya pelan, sedikit nada khawatir terdengar. Orang itu menekuk lutut nya, mencoba menatap wajah gadis yang tertunduk dengan bahu bergetar.
Rani mengangkat wajah nya begitu saja, membuat orang itu dapat melihat aliran deras air mata di wajah nya. Rani mengusap nya kasar, dan seketika melihat jelas siapa orang di hadapan nya. Ya, Ten. Bersama seorang lain nya yang menatap nya tak kalah khawatir. Chungha, gadis yang secepat kilat mengambil tempat di samping Rani dan memeluk nya. Mengusap punggung Rani lembut, memberikan ketenangan.
"Gua denger berita ayah lo dari Ten, yang sabar ya" ucap nya tulus
Rani membalas pelukan itu dan menangis begitu saja. Suara tangis nya bahkan lepas tak tertahan lagi.
------
"Makan kuy" ajak Chungha saat Rani mengantar dua orang itu pulang
Rani menggeleng pelan, "lain kali deh Chung" sahut nya
Gadis cantik itu mengerucutkan bibir nya lucu. Membuat siapa saja gemas ingin mencubit pipi nya kecuali Ten yang malah ingin menabok gadis itu.
"Gua pen makan bareng padahal, tapi yaudah nggak papa. Kapan kapan jangan nolak ya"
"Apa an sih Chung, ntar kan juga se kampus" ucap Ten yang sejak tadi tidak banyak bicara
Oh ya, Rani hampir lupa Chungha akan satu kampus dengan mereka. Bahkan mungkin satu fakultas hhhmm.
"Berisik" dengus Chungha menatap Ten garang, "cepet sembuh ya Ayah lu, jangan sedih terus. Gua sama Ten balik dulu ya. Bye" pamit Chungha dengan nada riang, seolah sebuah virus yang membuat orang lain bahagia mendengar nya
Chungha sempat memeluk Rani sebelum berbalik pergi mendahului Ten membuat Rani tersenyum melihat nya. Chungha baru mengenal nya dan sudah se-care itu hingga menjenguk ayah nya.
"Ran" panggil Ten membuat fokus Rani beralih ke pemuda itu dan refleks berdeham menyahuti
"Sabar ya. Maaf gua bawa Chungha ke sini, berisik banget dia pengen jenguk lu kata nya pas gua kasih tahu tadi pagi ayah lu masuk rs." Jelas Ten
"Nggak papa, gua seneng kok. Chungha baik" sahut Rani tersenyum tulus, "bilangin makasih banget ya. Dia udah ngehibur gua"
"Eh? Iya hehehe. Tadi waktu pulang kuliah di udah siap pergi padahal gua baru sampe rumah. Bagus deh kalo keberadaan dia ada guna nya" sahut Ten asal.
"Hush, mulut lu tuh" Rani menonjok pelan lengan Ten yang malah tertawa, "eh tapi emang rumah kalian deketan?" Tanya Rani
Kali ini benar benar penasaran, bukan nya kata Yujin gadis ini nge kos? Dan setahu Rani rumah Ten itu di salah satu perumahan elit. Ada ya kos-kos an di sana? Atau gimana sih ini?
Ten justru meringis, sedikit ragu mengatakan nya, tapi memang nya dia mau beralasan apa lagi selain berkata
"Dia serumah sama gua, nginep. Sampe orang tua nya balik ke sini." Sahut Ten seraya menggaruk tengkuk nya agak canggung
Satu ketukan keras membuat gema luar biasa di hati Rani, tapi buru-buru dia menguasai air muka nya. Berusaha terlihat biasa saja.
"Ohh serumah, pantes lah." Sahut gadis itu mengangguk mengerti
Diam beberapa saat, masih dengan Ten yang mengusap pelan punggung leher nya dengan ekspresi canggung. Terlihat seperti Ten yang sedang malu-malu di mata Rani.
"Chungha nungguin tuh, "
"Eh, iya. Gua balik dulu. Semangat ya, bye"
Ten berbalik, mengembangkan senyum dan melambai kecil membuat gadis itu balas melambai dan segera berbalik pergi tanpa menunggu Ten memasuki mobil nya.
Sedang di dalam mobil, sepasang mata itu melihat jelas interaksi antara Ten dan Rani tadi. Membuat nya menghela nafas dangan dada memberat. Apalagi melihat Rani yang buru-buru berbalik pergi sambil menepuk-nepuk pelan dadanya dan Ten yang mengacak rambut nya sambil tersenyum gila.
---
"Dek sarapan !!" Panggil Jongin membuat Rani buru-buru keluar dari kamar nya menuju dapur, melihat Jongin sudah rapi, begitu pula Jaemin.
"Kak, Rani telat nih. Setengah jam lagi kelas." Ucap gadis itu panik
"Loh kata nya siang?" Jaemin masih ingat betul kalimat Rani tadi malam kalau hari ini kelas nya di mulai pukul 1 siang
"Baru cek whatsapp, kata Soonyoung ada kelas pagi dadakan, kemaren dosen nya nggak masuk, minta nya hari ini pagi. Anterin kak buru" ucap gadis itu panik menarik-narik lengan Jongin
"Kamu tuh teledor banget sih dek. Ini gimana sarapan nya? Dari tadi malem kamu nggak makan" omel Jongin
"Ntar aja di kampus ayok kak" desak Rani, pasal nya dari rumah ke kampus itu makan waktu 20-25 menit, itu pun asal nggak macet.
Jongin mendengus beranjak mengambil jaket dan kunci motor di dalam kamar nya.
"Dek, kamu nggak sekolah?" Tanya Rani menyadari Jaemin masih mengenakan baju rumahan padahal sudah sesiang ini.
"Nggak, libur. Guru nya rapat" sahut Jaemin berdiri meraih gelas susu dan mengikuti Rani berjalan menuju teras.
"Kaya anak tk aja, kalo guru rapat trus libur" ucap Rani yang memasang sepatu nya cepat
"Emang ada anak tk yang tinggi nya ngalahin tinggi kakak nya? Mana ganteng gini" sahut Jaemin sambil menyodorkan gelas susu yang langsung di teguk hingga setengah gelas oleh Rani.
"Najis dek" ucap Rani setelah menyodorkn lagi gelas susu tadi dan berlari pergi menghampiri Jongin
Membuat Jaemin mengumpat pelan melihat punggung Rani sudah menjauh di ujung jalan.
-***-
KAMU SEDANG MEMBACA
Ten -au ✔
FanfictionTerlalu lama hang on, bikin susah move on. -R Hanya sebuah hayalan babu yang kurang belayan.g :"")) Best rank #1 in chittapon Cover by @mocaramel ❤ Start : May, 2017 End : July, 2017 ©neoculturetechno