12

10.7K 1.3K 128
                                    

Tolong baca authornote yang dibawah nanti. Thank you♡

***

Jennie tengah sibuk membaca kertas yabg terselip di papan berjalan miliknya saat seseorang menabraknya. Gadis itu refleks berdecak sebal dan menoleh pada orang itu tak suka.

"Maaf maaf, aku tidak sengaja." Ucap lelaki itu.

"Mata dua tuh dipake yang bener!" Umpatnya kesal. Pasalnya papannya langsung terjatuh saat mereka bertabrakan tadi.

"Sekali lagi aku minta maaf," Jungkook mengambil papan yang terjatuh dan memberikannya pada Jennie, detik kemudian ia berlarian dan perlahan menghilang.

"Gak tau sopan santun banget! Ugh." Jennie membereskan rambutnya sebentar lalu mulai kembali berjalan ke tempat yang tadi telah Taeyong beritau. Moodnya memang sudah tidak baik semenjak ditunjuk untuk mengurus majalah edisi bulan depan.

Seorang Jennie Kim disuruh berjalan kesana-kemari dengan heels? Ugh. Dasar menyebalkan!

Setidaknya sekitar sepuluh menit kemudian ia baru sampai pada ruang tempat pemotretan, dan to her surprise mereka telah memulai kegiatan foto tanpa menunggu dirinya.

"Yah! Bagaimana bisa kalian memulai semuanya tanpa aku?!" Semua menoleh kaget, termasuk sang fotografer yang sedang fokus pada kameranya dan ketujuh lelaki yang telah berdiri di set.

"Kami sudah menunggumu selama setengah jam nona, apa kau tidak bisa liat waktu yang tertera di jadwalmu?" Seorang lelaki tua yang berurusan dengan setting mengangkat bicara.

"Kau pikir aku sengaja terlambat?! Jalanan sore macet, asal kau tau!" Para stylish dan bahkan kru perempuan menggeram kesal. Setelah banyak kejadian yang mengharuskan mereka secara mendadak merubah konsepnya, apakah kesialan mereka harus ditambah lagi dengan manusia satu ini yang marah-marah terus?

"Memangnya siapa yang menyuruhmu keluar sore-sore?" Ujar Sohee si stylish tertua.

"Kau! Berani benar padaku?! Kau tak tau siapa aku ha?!" Jennie menujuk wanita itu dengan tatapan penuh amarahnya. Ia paling tidak suka terpojokan seperti ini.

"KIM JENNIE!" Suara teriakan seseorang membuat semuanya hening. Taeyong yang sedari tadi hanya terdiam di sofa yang tersedia disana kini menghampiri Jennie dengan tatapan yang jauh lebih marah dari milik si gadis.

"Berhentilah bersikap kekanakan dan biarkan mereka melanjutkan pemotretan. Jika memang tak mau, berhentilah bekerja!" Jennie terdiam melihat sikap Taeyong. Selama ini ia selalu berada di pihak Jennie, dan bagaimana bisa sekarang dia membentaknya?

"Lanjutkan saja pemotretannya, aku akan mengurusnya," Ujar Taeyong pada Pak Tablo -- yang saat itu memang bertugas untuk memipin kegiatan yang berlangsung. Lelaki itu mengangguk dan langsung menyuruh para kru kembali stand by pada posisi masing-masing untuk melanjutkan tugas mereka.

Taeyong dan Jennie bertatapan cukup lama sebelum akhirnya Taeyong yang membuka mulut, "Kumohon mulailah bersikap lebih dewasa..."

Jika tadi ia terlihat sangat tegas, mengerikan dan dingin, kini Taeyong jauh terlihat lebih tenang dan lembut. Ia merengkuh Jennie ke dalam pelukannya dan hal itu membuat si gadis terisak. "Maaf,"

Taeyong hanya tersenyum tipis dengan raut wajah yang sulit diartikan.

***

Setelah kedatangan Mingyu dan kepergian Pak Tablo yang mengurus pemotretan, kantor divisi editing menjadi benar-benar hening. Hanya suara angin dari AC yang mendominasi ruangan dan juga ketikan keyboard. Ke sepuluh pegawai disana mendadak menjadi patuh dan hanya berfokus pada pekerjaan mereka, sangat berbeda dari jam-jam sebelumnya.

XXI (jjk.lmb) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang