01

14.7K 1.2K 47
                                    

vote dan comment dari kalian akan sangat membantuku dalam mengerjakan ceria ini

jadi jangan pelit-pelit, ya? xoxo

***

Genap dua hari yang akan datang, usia Lisa akan bertambah menjadi dua puluh satu tahun dan fakta itu membuat senyuman di wajahnya tak luntur ㅡ meskipun saat dosennya mengakhiri kelas dengan sedikit terlambat.

Professor Yang yang baru selesai menuliskan materinya di papan tulis kini berbalik menghadap mahasiswanya, "Kelas kita akhiri sampai disini, jangan lupa untuk membawa hasil penelitian kalian minggu depan." Ia kemudian membereskan barang-barangnya dan berjalan menuju pintu ruang kelasnya.

Namun sebelum tubuhnya menghilang di balik tembok, teriakan mahasiswanya membuat ia kembali berbalik. "Terima kasih, ssaem!"

Lelaki yang baru menginjak usia empat puluh tahun itu tersenyum sebelum akhirnya menghilang menuju lorong kampus.

"Lisa, kau ada rencana malam ini?" Gadis bernama Chaeyoung yang mulai dari semester ini duduk di sampingnya sukses membuyarkan pikiran Lisa.

Lisa tersenyum tak enak, "Maaf Chaeng, aku ada janji dengan Taeyong oppa."

Senyuman yang merekah di wajah Chaeyoung memudar untuk beberapa saat, namun gadis bermarga Park itu dengan cepat menyembunyikan kekecewaannya. "Ah begitu ya... baiklah."

"Maafkan aku chaeng, lain kali aku akan menemanimu," Ulang Lisa sekali lagi.

Dari tempatnya duduk, Chaeyoung memeluk teman sebangkunya itu kemudian menggeleng cepat, "Aniyooo.. tak apa Lisa. Selamat menikmati malam-mu dengan Taeyong oppa, okay?"

Lisa baru sempat membalas pelukan Chaeyoung saat suara teman kelasnya menginterupsinya. "Lisa, ada yang mencarimu!"

Belum sempat Lisa bertanya, kepala Taeyong sudah menyembul dari balik pintu kelasnya dengan sebuah senyuman saat kedua mataya bertemu. Gadis itu kemudian berpamitan dengan Chaeyoung dan berterima kasih kepada teman sekelasnya tadi sebelum akhirnya membalas rengkuhan Taeyong.

Seusai kepergiannya, teman sekelas yang diketahui namanya Yunjin tadi mencebikkan bibirnya. "Pacarnya Lisa itu buta atau bagaimana? Ia begitu sempurna tapi mengapa mengencani gadis seburuk Lisa?" Ujarnya pada teman sebangkunya.

"Mungkin dia memiliki kelainan mental, dan hanya Lisa yang mengerti kelainannya itu. Makanya ia mengencaninya," Balas temannya.

"Menyebalkan. Lebih baik pacarnya itu mengencaniku, arghhh!" Yunjin berteriak saat sebuah tangan menjambak rambutnya dari belakang. Gadis itu bahkan belum menyelesaikan kalimatnya.

Ia baru ingin membentak, namun niatnya ia urungi saat melihat siapa yang menjambaknya. "Mengencani siapa katamu? Kau pikir hanya karena apa yang kau pakai lebih mahal dari yang Lisa pakai, dirimu itu lebih hebat darinya, hah?!" Chaeyoung Park, cucu dari Rektor, mendorongnya sekuat tenaga sampai gadis bernama Yunjin itu terhempas ke dinding belakangnya. "Kalau kau masih ingin berkuliah dengan tenang, lebih baik tutup mulutmu itu!"

***

Jalanan kota Seoul saat malam memberikan kesan hangat tersendiri bagi seorang Lalisa Manoban. Beberapa murid sekolah dasar yang baru menyelesaikan pelajaran tambahan berlarian di sepanjang trotoar, sementara para pegawai yang baru selesai lembur kerja berjalan gontai ke arah halte bus. Lisa juga melihat beberapa pasangan berjalan bergandengan, begitu pula dengan beberapa ahjumma yang baru pulang dari pasar.

Gadis itu tersenyum tulus. Hanya dengan memperhatikan orang yang lalu lalang seperti ini saja, perasaannya ikut menghangat.

"Lis? Kau mau makan apa?"

Suara Taeyong membuyarkan lamunannya, beruntung Lisa mendengar jelas apa yang kekasihnya itu tanyakan. "Bagaimana kalau sup daging di kedai ahjumma Lee?"

Taeyong mengangguk di balik helm yang ia kenakan. Lelaki itu kemudian membelokkan motornya ke arah kedai sup daging yang menjadi kegemarannya dengan Lisa. Sudah tak terhitung berapa kali keduanya ke kedai ini selama dua tahun mereka menjalin kasih, bahkan ahjumma Lee yang merupakan pemilik kedai sudah hapal dengan keduanya.

Tak butuh waktu yang lama, kedua insan itu sampai di kedai kayu milik ahjumma Lee yang tidak terlalu besar namun selalu ramai itu. Lisa masuk terlebih dahulu karena Taeyong perlu menjawab telponnya.

"Oh, Lisa-yaa... dimana Taeyong?"

Lalisa tersenyum saat suara ahjumma Lee menyambutnya yang masih berada di depan pintu. Dengan senyuman yang tak kunjung luntur, gadis itu menjawab pertanyaan ahjumma tersebut, "Taeyong masih di motornya ahjumma. Ada telpon dari rekan bisnis yang tidak bisa ia tolak."

"Ah begitu," Ujar ahjumma itu kemudian mempersilahkannya duduk di bangku kosong. "Dua sup daging dengan daun bawang yang banyak seperti biasa?"

Mendengar ahjumma Lee yang hapal pesanannya dengan Taeyong tak henti membuat Lisa terkagum. Gadis bermarga Manoban itu sangat yakin bahwa ahjumma di hadapannya ini telah melewati usia lima puluh tahunnya, namun entah bagaimana ia bisa mengingat pesanan setiap pelanggannya dengan apik. "Ne, ahjumma. Tolong jangan berikan terlalu banyak cabai ke dalam sup milik Taeyong. Ia baru sembuh dari diarenya," Tambah Lisa yang kemudian diangguki oleh sang ahjumma.

"Baiklah kalau begitu, pesananmu akan meluncur dalam beberapa menit!"

Lisa terkekeh melihat tingkah konyol sang ahjumma. Selain masakannya yang enak, ahjumma Lee juga memiliki sifat yang begitu cerah dan menyenangkan. Ia akan memperlakukan setiap pelanggannya seperti anaknya sendiri, dan mendengarkan segala macam keluhan pelanggan dengan sabar sehingga tak heran apabila setiap harinya kedai kecil milik ahjumma Lee selalu dipenuhi oleh pelanggan.

Sepuluh menit kemudian, sesuai dengan kalimat ahjumma Lee, pesanan Lisa datang. Ia berterima kasih kepada Younghoon, cucu kandung ahjumma Lee, yang telah menyajikan pesanannya dengan sangat baik lalu kembali memperhatikan ponselnya yang sebelumnya berbunyi – menampilkan pesan dari Taeyong.

Gadis itu meniup poninya, kemudian menyendok sup daging miliknya. Namun seberapa keras pun ia mencoba membendung air matanya, pada suapan ketiga Lisa benar-benar kehilangan kendalinya. Gadis itu terisak di tengah-tengah kegiatan mengunyahnya.

Lisa, maaf aku tidak bisa menemanimu makan. Ada urusan bisnis yang harus aku selesaikan jadi aku kembali ke kantor dengan taksi. Kau bisa mengendarai motorku kan? Kuncinya aku titipkan di Younghoon jadi kau bisa pulang dengan motorku.

Selamat makan.

***

a/n: jadi setelah melalui beberapa pemikiran, aku mantap merevisi cerita ini agar alurnya lebih teratur lagi. mungkin kalian sadar bahwa pada versi terbaru ini aku menambahkan beberapa tokoh yang sebelumnya tidak pernah aku singgung. Bagaimana menurut kalian?

XXI (jjk.lmb) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang