Debate

8.1K 577 11
                                    

Kamis pagi.

Lisa sudah menceritakan semuanya kepada Jisoo, Jennie, dan Rose. Dia bercerita dengan tenang, seolah hal yang diceritakannya tak bernilai pelik di mata orang lain.

"Kok lo malah tenang-tenang aja, Lis?" tanya Rose heran. Dia menyeruput jus jeruknya lalu meletakkannya kembali di meja kantin.

"Terus gue harus apa? Teriak-teriak? Nangis-nangis gitu kayak orang kesurupan hantu Somba?"

"Ya bukan gitu. Lo gak sedih orang tua lo bakalan cerai?"

Lisa memandang Rose lama lalu menggendikkan bahunya. "Sedih, sih. Tapi, mau gimana lagi? Mereka sendiri yang udah ngambil keputusan ini dan gue gak mau maksa mereka buat tetep bersama tanpa ada rasa cinta lagi. Bakal lebih gak enak rasanya."

Jisoo bertepuk tangan. "Wuihhh, sejak kapan Maknae kita yang swag ini berubah jadi bijak?"

Lisa menoyor bahu Jisoo, "eh, gue emang udah bijak dari jaman orok, kelesss."

"Hallah, ngaku.." kata Jennie sambil mengunyah makanannya yang belum habis.

Mereka terdiam cukup lama, hingga akhirnya Jennie pamit untuk pergi ke ruang OSIS.

"Ngapain, Jen?" tanya Jisoo.

"Ngurusin data acara perpisahan nanti.." jawab Jennie kemudian berlalu meninggalkan ketiga curut yang masih sibuk berkutat dengan makanan masing-masing.

***

"Yu, ini datanya udah semua?" Jennie bertanya kepada Yusi yang menjabat sekretaris di OSIS angkatan Jennie.

"Udah, Kak." jawab Yusi singkat lalu kembali berkutik dengan laptop di pangkuannya.

"Joshua, ini yang mau ngisi acara dari setiap kelas udah dicatat semua?"

Joshua yang sedang mengorek data untuk mendapatkan sponsor menoleh kepada Jennie. "Udah, semuanya udah gue catet, tinggal diketik aja."

"Hmmm, yawda. Hiroku, ini lo ketik ya, terus soft copynya bagi ke gue." Hiroku mengangguk mendengarkan perintah Jennie, dia menerima sebuah buku nota dari tangan Jennie lalu menyimpannya di dalam tas.

Jennie bersandar pada kursi kayu yang dibuat khusus untuk ketua OSIS. Saat ini hanya ada dirinya, Joshua, Hiruka, dan dua adik kelasnya seperti Yusi dan Zee. Dia memandang Zee lama. "Eh, Zee!"

Zee menoleh pada Jennie, cowok berkaca mata minus itu memandang Jennie dengan tatapan bertanya. "Kenapa, Kak?"

"Lo kalo ngegantiin gue sebagai Ketos sanggup gak?"

Zee sempat terkejut, tapi dia langsung menguasai dirinya. "Kenapa gue, Kak?"

"Ya, karena menurut gue kinerja lo itu bagus. Kalo lo mau, biar gue usulin nanti sama pembina kita."

"Boleh, Kak. Lagian gue dari dulu juga pengen ngerasain sensasinya jadi ketua OSIS."

"Jangan cuma pengen ngerasain sensasinya, lo juga harus tanggung jawab sama jabatan lo itu."

"Iya, iya, Kak." jawab Zee lalu kembali fokus pada catatan di tangannya.

"Eh, ini geng Bangtan mau dance ya, Jen?" Hiruka bertanya saat dia baru membuka lembaran nota yang akan diketiknya pada laptop.

"Napa nanya gue?"

"Ya kan lo pacarnya Taehyung."

"Eh, berita dari mana tuh? Kagak bener banget!"

"Halaahh, sok nolak lo, Jen.."

"Emang mereka mau ngeluarin dance beneran?" tanya Jennie mengalihkan pembicaraan.

Our Love Story (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang