Mungkin ini agak lama updatenya.. sorry..!
But, now, happy reading..!
Kicauan burung-burung kecil di dahan tak serta merta menarik perhatian Bu Mala. Wanita paruh baya ini masih setia berdiri di samping tempat tidur Faizal, menyaksikan tingkah anak keduanya yang ogah-ogahan saat diminta untuk mencoba kemeja dan jas yang sengaja Bu Mala pilihkan untuk Faizal dalam rangka menjemput Luri.
Berlebihan? Nggak juga, pikir Bu Mala. Pasalnya setelah menjemput Luri, wanita yang akan dijodohkan dengan Faizal. Kedua keluarga itu akan mengadakan jamuan makan malam di kediaman Luri.
Dan untuk mensiasati tingkah Faizal, Bu Mala sengaja meminta Kana untuk datang ke rumah bersama keluarga kecilnya. Kana adalah anak pertama Bu Mala.
Biasanya, dengan kedatangan Indra,-suami Kana, membuat Faizal betah di rumah, mereka berdua akan ngobrol dan berbicara otomotif tiada habisnya. Dan Bu Mala berharap, untuk hari ini Faizal melupakan sejenak urusan bengkel yang memang menjadi sandaran keuangan keluarga semenjak Haji Abdullah pensiun dari pekerjaannya sebagai guru.
"Bu, Izal mau keluar sebentar sama Bang Indra! Mau berburu onderdil mobil di pasar klitikan!" ucap Faizal sambil melepas hem dan menggantinya dengan kaos oblong.
"Jangan macem-macem, Zal! Ibu nggak mau kamu menghindar apalagi sampai kabur!" tegur Bu Mala.
"Masyaallah, Ibu! Izal cuma mau satu macem. Pergi ke klitikan sama Bang Indra! Mumpung ketemu, juga!"
"Tapi kamu harus mempersiapkan diri untuk nanti sore!" Izal berdecak mendengar alasan ibunya.
"Jangan berdecak seperti itu, Zal! Itu nggak sopan, apalagi di depan orang tua! Kebiasaan!"
"Iya, Bu! Maaf! Lagian apa Izal juga harus persiapan, pake konde gitu? Orang cuma jemput lalu makan malam doang!"
"Sembrono! Setidaknya kamu harus memberi kesan terbaik ketemu pertama kali sama Luri!" Bu Mala berkata sambil memasukkan kue kering ke dalam toples.
Izal menyomot satu kue dari tangan ibunya, "Bu, kalau orang cinta, apapun keadaannya ia pasti bisa nerima Izal. Izal memang seperti ini, bergelutnya sama cat dan tiner. Untuk dapat uang, Izal harus bergulat dengan hal kotor, dunia Izal memang seperti ini dan Izal nyaman." ucap Izal sambil kembali lagi memasukkan kue kering ke dalam mulutnya.
"Izal sudah berusaha nurutin kemauan Ibu dan Bapak. Izal akan ikut jemput Luri, akan ikut makan malam. Tapi tolong, jangan rubah apapun yang ada dalam diri Faizal untuk hal yang tak semestinya. Jika memang perjodohan ini merujuk pada pernikahan, saling menerima kekurangan adalah syarat utama. Ibu ngerti kan maksud Izal?" Perkataan Faizal membuat Bu Mala terdiam, namun tak lama kemudian beliau mengangguk. Mungkin hal yang baru dikatakan Faizal adalah suatu perkara yang luput dari pemikirannya.
* * *
Seorang wanita bersurai legam, kulitnya langsat dan bertubuh sintal tengah tersenyum, duduk di antara kedua orang tuanya setelah beberapa jam lalu melewati penerbangan dari Singapore ke jakarta.
Claudy Luriana. Ya, wanita itu yang akan dikenalkan sebagai calon istri seorang Dwian Faizal.
"Saya sendiri, bersedia menjalani perjodohan ini. Pa, Ma, Om, Tante! Hanya saja semua terserah dengan Izal!" Luri menjawab dengan mantap saat ditanya oleh Haji Abdullah selaku orang tua Faizal.
Semua mata tertuju pada Faizal setelah sesaat mereka mendengar pernyataan Luri. Faizal hanya menelan ludah, dalam hati dia merutuki perjamuan makan malam ini.
Mengapa orang tuanya langsung menanyakan perihal ini sekarang?
Kenapa juga wanita bernama Luri itu dengan entengnya menerima semua ini! Siti Nurbaya saja terlebih dahulu nolak ketika dijodohkan, ya kan ya?
Shit..!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Or Not?
Humor"Ups, maaf! He...he... nggak sengaja! Reflek, saking senangnya!" kata-kata itu keluar dari mulut Manda, saat Faizal menarik tangan yang hendak dicium oleh Manda. "Inget batas suci!" Seloroh Faizal sekenanya. "Idih segitunya. Ketahuan nggak pernah de...